Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau

- Syarikah Al Bait Guest menciptakan tenda hijau dan teduh di Mina untuk jemaah haji Indonesia.
- Rancangan Dedi Junaedi menggunakan bambu, gelagah, dan tanaman hias asli untuk menghalau terik matahari.
- Pekerjaan selesai dalam 10 hari dengan bahan impor dari Cirebon dan dibantu oleh dua orang dari Cianjur dan Yaman.
Makkah, IDN Times - Suasana berbeda terlihat di tenda Arafah dan Mina pada musim haji 2025. Tahun lalu, mungkin lorong tenda di Arafah dan Mina hanya terlihat trotoar dari paving blok, mesin pembuangan dari pendingin ruangan, meja kecil tempat termos air, dan suasana panas lantaran pepohonan yang tersisa ranting kering.
Namun, tahun ini terlihat berbeda. Saat masuk di lorong tenda milik Syarikah Al Bait Guest di Mina, mereka menyulap lorong terik di sepanjang tenda menjadi pondok teduh dan hijau.
Al Bait Guest memanfaatkan bambu dan gelagah untuk menghalau terik matahari yang akan dihadapi oleh jemaah haji Indonesia selama di Mina. Untuk menambah suasana menjadi hijau dan segar, mereka menempatkan beberapa pot tanaman hias asli.
Suasana teduh, sejuk, dan hijau itu didesain oleh Dedi Junaedi. Lelaki berusia 48 tahun asal Cianjur, Jawa Barat menjadikan lorong tenda sedemikian rupa agar jemaah haji Indonesia merasa nyaman dan tidak terlalu kepanasan.
Dia menjelaskan inspirasi rancangannya berasal dari pekerjaannya di Indonesia yang pernah bikin kafe dan saung untuk lesehan.
"Jadi bikin teduh jemaah haji dibikin kayak ginilah. Biar nyaman, sejuk, teduh, ada bunga-bunganya, ada kursi rotan kayak di Indonesia," ujar Dedi saat ditemui di Mina, Selasa (27/5/2025).
1. Target menyelesaikan pekerjaan hanya 10 hari

Posisi tenda di Mina yang ia rancang ada di dataran lebih tinggi, menjadikan jemaah yang menginap bisa melihat hamparan tenda di bawahnya. Posisi tinggi tersebut juga berpotensi tersengat panas langsung sehingga lorong di depan tenda dirancang menjadi kanopi dari bambu dan gelagah (manjah, dalam bahasa Cianjur).
Setelah rombongan Dirjen PHU Kemenag RI Hilman Latief dan tim Monev (monitoring dan evaluasi) masuk ke lorong bambu, sengatan panas Mina langsung berkurang. Ini membuktikan rancangan Dedi berhasil menghalau terik matahari.
Untuk merancang hingga pekerjaan selesai , Dedi hanya diberi waktu 10 hari. "Kemarin hanya dijatah pengerjaan 10 hari. Kalau lebih dari 10 hari ada denda katanya," ucap Dedi.
"Makanya disuruh cepat, saya mengerjakan siang dan malam, tidurnya sedikit," sambungnya.
2. Bahan baku diimpor langsung dari Cianjur dan Cirebon

Ia menjelaskan bahan yang dipakai diimpor langsung dari Palimanan, Cirebon. "Kadang-kadang kalau bahan tidak ada di Cianjur, material juga diambil dari Cirebon, Jawa Barat. Diangkut pakai kapal laut, mungkin diangkut juga pakai kontainer ke sini," kata Dedi.
Selama pengerjaan, Dedi dibantu dua orang yakni Opik Jaelani sesama dari Cianjur dan satu lagi orang Yaman.
Ia menjelaskan, bahan digarap di Mina, kecuali kursi kayu jati yang sudah jadi didatangkan dari Riyadh. "Bahan mentahan dari Cirebon dibawa ke Riyadh kemudian dirakit di Riyadh dan dibawa ke sini," jelasnya.
3. Berkesempatan ikut haji

Dedi tidak menyangka musim haji 2025 menjadi berkah baginya karena majikannya di Riyadh menugaskan dirinya bekerja di Mina untuk mendekorasi tenda bagi jemaah haji Indonesia. Kesempatan tersebut tidak ia sia-siakan sekaligus ikut naik haji tahun ini.
"Mungkin kesempatan saya untuk ikut hajian (berhaji) mungkin. Karena saya kemarin berdoa bisa ikut berhaji, ternyata ada kerjaan di sini. Soalnya sekarang perizinan ibadah haji susah. Yang di sini juga yang sudah visa (non-haji) dipulangin semua," katanya.
"Kebetulan kemarin pas kerja di Riyadh majikan saya nyuruh, kamu sekarang kerja di Mina. Alhamdulillah bisa ikut hajian. Udah pokoknya setelah selesai kerja duduk-duduk saja di sini sama jemaah haji, nempel-nempel yang penting ikut ke Arafah katanya," ujar Dedi.