Pemotongan Hewan Kurban di RPH Ciroyom Mengalami Penurunan

- Pemotongan hewan kurban di RPH Ciroyom, Bandung turun drastis dari 153 menjadi 112 ekor sapi tahun ini.
- Penurunan disebabkan banyak faktor, termasuk musim sekolah, banyak penjual hewan kurban, dan masyarakat memotong di luar RPH.
- Harga sapi bervariasi dari Rp19,5 juta sampai Rp65 juta; proses distribusi dan pemeriksaan daging berjalan tertib dan profesional.
Bandung, IDN Times - Pemotongan hewan kurban di Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom, Kota Bandung, mengalami penurunan. Berdasarkan data Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) RPH Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung penurunan ini terjadi karena banyak faktor.
Pada IdulAdha tahun ini dua RPH milik Pemkot Bandung akan menyembelih 112 ekor sapi. Sementara pada tahun sebelumnya terdapat 153 ekor sapi. Endang Priyatna kepala UPTD RPH DKPP Kota Bandung mengatakan, faktor penurunan disebabkan beberapa faktor.
"Kalau melihat tahun kemarin ada penurunan. Tahun 2024 di dua RPH 153 sekarang menurun, sekarang masuk musim sekolah alasan yang biasa kurban sedang masuk sekolah sementara stok sapi banyak," ujar Endang, dikutip Sabtu (7/6/2025).
1. Banyak masyarakat memotong hewan kurban di wilayah masing-masing

Selain itu, para penjual hewan kurban juga semakin banyak. Tidak dari Kota Bandung saja, melainkan dari Kota Cimahi, Bandung Barat, Lembang. Masyarakat juga banyak menyembelih di tempat masing-masing.
"Masyarakat banyak memotong di luar RPH di wilayah masing-masing. Lebih tren dan lebih afdol katanya," ucap Endang.
Harga sapi yang dijual oleh beberapa bandar di Kota Bandung beragam, Endang menjelaskan, rentang harganya dari Rp19,5 juta sampai Rp65 juta, menyesuaikan dengan jenis.
"Sapi milik bandar yang terjual mencapai 240 ekor. Tergolong mengalami penurunan karena banyak faktor," katanya.
2. Kesehatan hewan sudah terjamin

Sapi para bandar yang ada di RPH Kota Bandung ini dipastikan Endang sudah lolos tes kesehatan dan syarat lainnya. Hal ini dikarenakan adanya tim pemeriksa yang mengawasi langsung kesehatan dari sapi tersebut.
"Kami ada dokter hewan juru periksa juga ada. Sekarang juga tidak ditemukan penyakit PMK," kata dia.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar juga membenarkan ada sedikit penurunan pemotongan hewan di RPH. Namun, ia memastikan, proses distribusi dan pemeriksaan daging berjalan tertib dan profesional.
Kesadaran masyarakat dalam menjalankan ibadah kurban tahun ini menjadi sorotan positif. DKPP mencatat, banyak panitia kurban di masjid dan lingkungan RT/RW telah memahami prosedur pemotongan dan distribusi daging secara higienis dan efisien.
"Panitia di lapangan sudah memotong daging dalam bentuk kecil dan siap diperiksa. Ini menunjukkan peningkatan pemahaman tentang pentingnya kesehatan dan kebersihan," ujarnya.
DKPP Kota Bandung melakukan pemeriksaan ketat terhadap hewan kurban, baik sebelum maupun setelah pemotongan. Hingga hari kedua tasyrik, tim DKPP telah menjangkau 177 titik pemotongan, dan memeriksa 740 ekor sapi, dan 962 ekor domba/kambing.
"Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada temuan berbahaya. Hanya beberapa kasus ringan seperti cacing hati, dan itu pun langsung ditangani dengan prosedur pemisahan (upkir)," ujar Gin Gin.
3. Perputaran ekonomi juga meningkat

Di sisi lain, perputaran ekonomi tetap hidup. Transaksi pembelian hewan dari peternak lokal mencapai 10 ribu hingga 11 ribu ekor, meskipun sedikit menurun dari tahun sebelumnya.
Keberhasilan pelaksanaan kurban tahun ini di Kota Bandung tidak terlepas dari kolaborasi semua pihak, masyarakat, panitia masjid, relawan, serta dukungan teknis dari DKPP.
"Semangat gotong royong ini harus terus dijaga. Kami di pemerintah hanya memfasilitasi, tapi ujung tombaknya adalah warga. Tahun ini kami melihat partisipasi warga luar biasa," ujar Gin Gin.