Makin Banyak Warga Jabar PIlih Pemimpin yang Peduli Perubahan Iklim

Bandung, IDN Times - Yayasan Indonesia Cerah bersama Center of Economics and Development Studies (CEDS) melakukan survei persepsi masyarakat terhadap isu transisi energi dan dampak perubahan iklim dalam momentum Pilkada 2024 di Provinsi Jawa Barat (Jabar). Survei menggunakan metode penelitian kuantitaif dengan
480 responden dari 6 wilayah di kabupaten/kota di Jabar yang diwawancara secara tatap muka, dan kualitatif yang dengan ahli di bidangnya.
Perwakilan peneliti dari CEDS, Vikto Pirmana mengatakan, survei ini dilakukan karena selama ini isu perubaha iklim masih menjadi persoalan jarang dibicarakan masyarakat termasuk calon pemimpin yang sedang bertarung dalam pemilihan umum. Padahal dampak sosial dan ekonomi dari perubahan iklim sangat banyak mulai dari penurunan produktivitas hasil panen, harga bahan pokok yang bisa naik, penyakit lebih mudah menyebar, pasokan air terbatas, hingga bisa pada peperangan untuk mendapatkan akses ke sumber daya yang terbatas.
"Perubahan iklim ini berdampak pada produktivitas tenaga kerja. Saat ini juga perubahan iklim bisa membuat sekitar 1,2 miliar pekerja rentan hilang," kata Vikto dalam diskusi di Bandung, Kamis (17/10/2024).
Padahal, dengan melakukan transisi energi saja manfaat yang didapatkan bisa banyak baik itu dari aspkek lingkungan maupun sosial. Di segi lingkungan bisa berdampak pada peningkatan kualitas udara, mengurangi efek rumah kaca hingga pengembangan proyek energi yang lebih terbarukan.
Sementara dari aspek sosial bisa berkenaan denga peningkatan kesejahteraan sosial, peningkatan kesadaran lingkungan, sampai mitigasi konflik untuk sumber daya langka.
1. Masyarakat makin sadar perubahan iklim itu nyata

Dari survei yang telah dilakukan, lanjut Viktor, persepsi publik tentang perubahan iklim makin baik. 93,8 persen dari responden menyadari cuaca yang semakin tidak menentu dan ini harus segera diatasi. Tingkat kesadaran akan persoalan ini pun tertinggi pada kelompok usia 26-45 tahun.
Dalam massa Pilkada, isu transisi energi dan dampak perubahan iklim mulai menjadi pertimbangan dalam pilihan politik masyarakat. "Namun, masyarakat masih lebih fokus pada isu-isu sosial seperti bantuan sosial dan pembangunan infrastruktur," ungkap Viktor.
Kemudian, sebagian responden mendukung tindakan segera dari pemerintah untuk mengatasi dampak perubahan iklim dengan mayoritas mendukung program pemerintah terkait energi ramah lingkungan.
2. Kebijakan pemerintah dalam perubahan iklim belum maksimal

Sementara itu, para ahli di bidang ini menyebut bahwa isu perubahan iklim sangat jarang diangkat dalam debat politik lokal. Masyarakat justru lebih fokus pada isu sosial jangka pendek, dan pemahaman masyarakat tentang isu ini terbatas.
Meski demikian, saat ini transisi energi mulai dipertimbangkan dalam pemilihan gubernur, sektor industri dan pertanian, karena terkait dengan emisi karbon.
"Saat ini efektivitas kebijakan lingkungan belum efektif. Transportasi publik dan pengelolaan sampah mejadi energi belum maksimal," kata dia.
3. Para ahli merekomendasikan agar transisi energi dipercepat

Dengan permasalahan yang kian rumit, Viktor pun menyebut bahwa masyarakat Jabar kita menyadari pentingnya isu transisi dan dampak perubahan iklim terutama terkait kesehatan dan ekonomi. Perubahan iklim dianggap memengaruhi kehidupan sehari-hari dan ada kebutuhan mendesak untuk tindakan konkret dari pemerintah.
"Ada rekomendasi dari para ahli untuk mempercepat transisi energi dan pensiun dini PLTU di Jawa Barat," kata dia.