Legislator Asal Bandung Dorong Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia

- Anggota Komisi X DPR RI, Habib Syarief Muhammad memperkenalkan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat di Kota Bandung.
- Gerakan ini bertujuan membentuk karakter anak Indonesia dengan konsep integratif dan lima nilai kebajikan utama sebagai fondasi moral dan spiritual.
- Tujuh kebiasaan ini seperti orchestra kehidupan yang terintegrasi, termasuk bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, tidur cepat, dan nilai-nilai Virtue Learning.
Bandung, IDN Times - Anggota Komisi X DPR RI, Habib Syarief Muhammad memperkenalkan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat kepada pemangku kebijakan pendidikan di Kota Bandung, Sabtu (20/9/2025). Gerakan ini bertujuan untuk pembentukan karakter anak Indonesia.
Di dalam gerakan ini terdapat sebuah konsep integratif yang melampaui sekadar rutinitas menanamkan lima nilai kebajikan utama (virtue learning) sebagai fondasi moral dan spiritual yang kokoh.
Gerakan ini merupakan jawaban atas tantangan besar dalam mengasah generasi masa depan bangsa agar tidak hanya disiplin, produktif, dan bertanggung jawab, melainkan juga berjiwa mulia dan berintegritas tinggi.
1. Beyond Habit penting untuk menguatkan fondasi anak

Dengan merujuk pada landasan ilmiah dan khazanah spiritual, Habib menjelaskan, arti dari tujuh ini yaitu angka ajaib dalam psikologi kognitif yang merepresentasikan kapasitas otak manusia dalam mengelola informasi secara optimal.
Selain itu, angka tersebut merupakan simbol kesempurnaan dan keseimbangan dalam tradisi Islam yang berulang kali menegaskan pentingnya keseimbangan jasmani, rohani, dan sosial.
"Kebiasaan tanpa kebajikan ibarat bangunan tanpa fondasi; indah namun rentan roboh. Oleh karena itu, Beyond Habit berfungsi sebagai dimensi tambahan yang memberikan makna lebih dalam dan kekuatan jiwa dalam membentuk karakter anak Indonesia hebat," kata Habib.
2. Kebiasaan makan sehat dan gemar belajar menjadi pilar utama

Habib menjelaskan, tujuh kebiasaan ini seperti orkestra dalam kehidupan dan roda gigi jam mekanik yang saling terintegrasi dan saling menggerakkan. Analogi itu guna menjelaskan mekanisme pembentukan karakter yang berfungsi dengan presisi dan harmoni.
Mulai dari bangun pagi yang strategis secara biologis dan spiritual, beribadah yang memperkuat ketenangan batin dan kesehatan mental, hingga berolahraga yang menumbuhkan ketangguhan jasmani dan mental, semua membentuk civitas anak yang utuh.
"Kebiasaan makan sehat dan gemar belajar menjadi pilar utama untuk menopang fungsi tubuh dan intelektual anak secara optimal," jelas Habib.
3. Virtue Learning jadi fondasi moral

Kemudian, kebiasaan tidur cepat memastikan pemulihan energi dan konsolidasi memori. Menurut Habib, hal itu sangat esensial untuk tumbuh kembang anak.
Menurutnya, gagasan Virtue Learning yang berkembang dalam tradisi pendidikan pesantren kemudian menjadi pondasi moral dan spiritual yang menjadikan kebiasaan itu bukan sekadar rutinitas, melainkan kebajikan yang melekat dalam jiwa.
Lima nilai utama Virtue Learning yaitu tawadhu (kerendahan hati), sabar (kesabaran), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), tawakkal (penyerahan diri kepada Tuhan), dan istiqamah (konsistensi dalam kebaikan) telah menghidupkan dan menjiwai setiap kebiasaan, menghadirkan karakter anak yang tidak hanya cerdas, kuat, dan produktif, tetapi juga berakhlak mulia dan siap menghadapi tantangan global berlandaskan nilai luhur.
Habib berharap, gagasan Beyond Habit ini dapat menjadi inspirasi strategis bagi pendidik, pengambil kebijakan, dan masyarakat luas dalam mengembangkan pendidikan karakter yang holistik, penuh kedalaman makna, dan relevan dengan perkembangan zaman.
"Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang dipadu dengan nilai-nilai Virtue Learning menjadi fondasi terdepan mewujudkan mimpi besar tersebut," katanya.