Bandung, IDN Times - Pemerintah Kota Bandung pada 2022 berada di bawah kepemimpinan baru, yaitu Yana Mulyana. Sebagai Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bandung, sepeninggal wafatnya Oded M Danial, Yana tetap akan melanjutkan visi dan misi yang dijanjikan pada masa kampanye tiga tahun lalu.
Tahun ini, Yana menyebutkan, Pemkot Bandung memilki empat sektor yang ingin diperbaiki kinerjanya. Lantas apa saja fokus utama pada 2022 yang bakal dikerjakan?
Hal yang sekarang sedang dikejar adalah perbaikan sejumlah infrastruktur. Salah satunya adalah di sektor transportasi dengan pembangunan jembatan layang.
Yana mengatakan, hal ini krusial di Kota Bandung yang angka pengguna kendaraan meningkat setiap tahunnya. Demi meminimalisir kemacetan maka jembatan layang harus dibangun.
"Yang di Soekarno-Hatta antara Kopo dan Cibaduyut ini harapannya bisa selesai pada April 2022. Jadi bisa digunakan sebelum Lebaran Idul Fitri lah," kata Yana dalam diskusi Bandung Menjawab di Taman Radio, Selasa (4/1/2022).
Selain itu, Pemkot Bandung juga ingin ada pembukaan pintu tol di KM 149 akses Tol Purbaleunyi. Pintu tol yang ada di Bandung Timur tersebut diyakini bisa mengurangi jumlah kendaraan yang keluar dari pintu Tol Buahbatu, Moh Toha atau Kopo menuju Kota Bandung.
Persoalan yang tak kalah mengkhawatirkan adalah banjir. Masalah ini selalu terjadi setiap kali musim hujan. Tak sedikit genangan air dan banjir yang merugikan masyarakat Kota Bandung.
Sejumlah program sudah dilakukan sejak awal pemerintahannya bersama alm. Oded M Danial. Seperti membangun kolam retensi dan kolam retensi.
Namun menurut Yana, kedua program ini memang belum bisa menuntaskan Kota Bandung dari nol banjir saat musim hujan. Tetapi, cara tersebut diharap mampu mempercepat penyerapan genangan air sehingga ketika ada banjir, waktunya tidak lama.
Ketersediaan pangan. Hal ini juga menjadi krusial di Kota Bandung. Pemkot Bandung mencatat mayoritas makanan yang dikonsumsi masyarakat Bandung berasal dari luar daerah.
Kondisi itu berbahaya jika suatu hari terjadi kelangkaan pangan, di mana produsen yang selama ini menyuplai makanan menghentikan penjualannya. Maka, Pemkot Bandung mendorong masyarakat bisa memproduksi sendiri makanannya.
Cara menghasilkan makanan sendiri ini pun melahirkan program Buruan SAE. Ini adalah konsep ketahanan pangan memanfaatkan halaman atau pekarangan menjadi lahan produktif, ditanam sayuran atau ternak ikan, dan hasilnya bisa dikonsumsi masyarakat sekitar. SAE adalah singkatan dari sehat, alami, dan ekonomis.
"Makanya kami sekarang ada beberapa program yang menyasar tentang ketahanan pangan," kata Yana.
Persoalan terakhir yang coba dipecahkan Pemkot Bandung adalah mengurangi sampah rumah tangga masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA). Yana menyebut jumlah sampah yang dihasilkan Kota Bandung mencapai 1.500 ton per hari.
Melalui program Kang Pisman yang digagas untuk mengurangi timbunan ini saja, presentase reduksi sampah yang bisa dilakukan hanya mencapai 10 persen atau 150 ton per hari.
"Banyak yang harus diselesaikan (dalam persoalan sampah). Amanatnya (Mang Oded) sampah itu harus selesai di tempat. Mudah-mudahan bisa melanjutkan dan menyelesaikan apa yang ingin diselesaikan," ungkap Yana.