Kisah Rahma Sakura, Anggota Termuda di DPRD Kabupaten Sukabumi

Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Sebanyak 50 anggota legislatif terpilih pada Pemilu 2024 dilantik dan diambil sumpah menjadi anggota DPRD Kabupaten Sukabumi periode 2024-2029. Dari puluhan anggota DPRD, ada satu wanita yang merupakan anggota termuda.
Adalah Rahma Sakura Ramkar. Mahasiswi lulusan Universitas Muhammadiyah (UMMI) Sukabumi itu mencetak sejarah di Kabupaten Sukabumi sebagai anggota DPRD di usianya yang masih 21 tahun.
Tak hanya berparas cantik, Rahma yang merupakan kader Golkar berhasil mendulang suara di daerah pemilih (dapil IV) berkat gagasan dan semangat baru dalam dunia perpolitikkan untuk Kabupaten Sukabumi. Pada Pemilu 2024 lalu, Rahma meraup suara sebanyak 7.106 suara.
"Perasaannya pastinya yang pertama senang ya semenjak dinyatakan menang, apalagi kemarin sudah dilantik rasanya lega. Tapi ada beban juga karena tanggung jawab yang dititipkan begitu besar, kepercayaan tim yang bergabung, relawan yang sukarela dan 7.106 pemilih yang menitipkan kepercayannya kepada saya. Itu jadi tanggung jawab besar," kata Rahma kepada awak media beberapa waktu lalu.
1. Tertarik terjun ke politik sejak SMA

Ketertarikan Rahma untuk terjun ke politik mulai muncul saat ia duduk dibangku SMA. Dia merasakan ketidakpuasan terhadap kondisi infrastruktur di desanya yang tidak banyak mengalami perubahan.
Meski awalnya tertarik mencalonkan diri sebagai kepala desa, saat itu usianya yang masih muda menjadi penghalang. Namun, kesempatan untuk berkontribusi lebih besar muncul ketika ia memutuskan untuk mencalonkan diri jadi anggota legislatif.
"Sebetulnya ngalir saja, waktu SMA saya tertarik masuk ke partai, tapi tidak ada sama sekali tujuan untuk nyalon. Saya melihat kesempatan untuk maju di legislatif, kenapa gak diambil? Kesempatan untuk menjangkau kawasannya juga lebih luas, kontribusi yang diberikan juga akan lebih banyak," ujar Rahma.
Menariknya, Rahma adalah sosok pionir dalam keluarganya yang terjun ke dunia politik. Tidak ada jejak politik dari ayah, kakek, ataupun neneknya.
Keberaniannya terjun ke dunia politik tanpa dukungan tradisi keluarga membuat Rahma semakin istimewa dan inspiratif bagi generasi muda di Sukabumi.
"Di dunia politik belum ada sih, ayah nggak ada, kakek gak ada, nenek, semuanya belum ada baru pertama," ujarnya.
2. Minat dalami isu pendidikan

Sebagai anggota termuda di kursi dewan, Rahma menyadari banyak harapan yang disematkan padanya, terutama terkait isu-isu yang relevan dengan gemerasi muda. Meski belum ada penetapan komisi, ia memiliki minat khusus pada pendidikan, terlebih ia memiliki pengalaman sebagai guru honorer.
"Kebetulan saya pengennya di komisi empat atau komisi dua. karena isu-isu pendidikan di dapil saya ya daerah pemilihan saya khususnya. Waktu itu saya pernah magang di beberapa sekolah dan juga saya guru honorer mengajar, ada isu-isu yang menurut saya fatal dan itu harus diperjuangkan," kata dia.
3. Usia dan pendidikan bukan halangan

Rahma membuktikan, bahwa usia dan pendidikan bukan penghalang untuk berkontribusi secara nyata dalam dunia politik. Bahkan, di masa kampanye pun ia masih disibukkan untuk menyelesaikan kuliahnya dan mengelola bisnis pribadi.
"Selama masa kampanye saya masih kuliah dan ada bisnis juga bisa membagi waktu dengan baik, alhamdulillah. Apalagi kalau sekarang kuliah saya sudah selesai jadi saya lebih fokus dengan tugas ini, tugas di DPRD. Insyaallah waktu saya full untuk mengabdi bagi masyarakat," ucapnya.