Budidaya Ikan di Sukabumi Pakai Teknologi IoT, Hasilnya Diserap MBG

- Peternak ikan di Sukabumi menggunakan teknologi IoT untuk meningkatkan hasil panen
- Hasil panen ikan nila yang melimpah disuplai ke dapur MBG, program pemerintah untuk makan bergizi gratis
- Program digitalisasi perikanan di delapan desa Sukabumi merupakan kerja sama antara Kementerian Komdigi, KKP, dan startup lokal
Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Budidaya ikan di Kabupaten Sukabumi mulai menggunakan teknologi digital. Program ini menggabungkan teknologi Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan sederhana agar pembudidaya bisa memantau kolam ikan dari jarak jauh.
Salah satu perangkat yang digunakan adalah IoT Mikrobubble Aerator, alat pengatur kadar oksigen di air yang dapat dioperasikan secara remote. Dampaknya sudah dirasakan Abdul Agus Salim, pembudidaya ikan nila dari Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Telaga Ikan, Kabupaten Sukabumi.
Abdul bersama 20 anggotanya kini berhasil memanen 40 ton ikan nila dalam satu siklus berkat penggunaan alat IoT Microbubble Aerator, bantuan dari Komdigi. Alat ini berfungsi meningkatkan kadar oksigen terlarut (DO) di kolam ikan, yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila.
"Kalau tanpa teknologi, kadar DO di kolam bisa sangat kecil, bahkan nol koma. Dengan alat microbubble ini bisa naik sampai 2–3 ppm hanya dalam satu malam," kata Abdul, Rabu (15/10/2025).
Menurutnya, peningkatan kadar oksigen membuat ikan nila lebih sehat dan aktif makan, sehingga ukuran dan jumlah ikan yang dipanen meningkat drastis.
"Sebelum ada teknologi, hasilnya hanya sekitar 1–2 kuintal per siklus. Sekarang bisa naik berkali lipat, bahkan mencapai 1 ton per kolam," ujarnya.
1. Peternak siapkan suplai untuk dapur MBG

Dengan hasil panen yang melimpah, Abdul dan kelompoknya kini mulai memperluas pasar. Mereka sudah menyuplai ikan nila ke dapur MBG (Makan Bergizi Gratis), program pemerintah yang digagas Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
"Kami sudah menyuplai satu dapur MBG di Sukabumi. Dalam seminggu, dapur itu bisa menyerap sekitar 400 kilogram ikan nila hidup," jelasnya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ikan nila diproses menjadi fillet berukuran 300–500 gram. Namun, baru sekitar 3 persen dari total hasil panen yang terserap karena keterbatasan kapasitas dapur.
"Kalau satu dapur bisa menyerap 400 kilogram, maka kalau ada 100 dapur, semua hasil kami yang 40 ton bisa terserap. Itu luar biasa," ucapnya penuh semangat.
2. Optimistis digitalisasi perikanan bikin petani lebih sejahtera

Abdul berharap agar program digitalisasi dari Komdigi terus berlanjut dan dikembangkan ke kelompok-kelompok pembudidaya lain di Sukabumi.
"Teknologi ini sangat membantu. Kami berharap pemerintah juga bisa memperluas pasar, supaya hasil panen yang meningkat bisa terserap semua," katanya.
Kelompok Telaga Ikan yang dikelolanya kini memiliki lahan budidaya seluas 5–7 hektare, tersebar di beberapa desa. Abdul yakin, dengan dukungan teknologi dan pasar yang stabil, para petani ikan di Sukabumi bisa mencapai kesejahteraan yang lebih baik.
"Kami optimistis. Kalau teknologi terus dikembangkan dan pasarnya ada, kami bisa terus panen melimpah," kata dia.
3. Baru delapan desa pakai IoT

Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid mengatakan, program ini merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Komdigi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), serta sejumlah startup lokal. Semua alat IoT yang digunakan merupakan hasil karya anak bangsa.
"Inisiatif ini sejalan dengan arahan Presiden untuk mewujudkan kedaulatan pangan yang mandiri. Semua teknologi yang kita gunakan dibuat oleh anak-anak muda Indonesia," ungkapnya.
Untuk tahun ini, proyek digitalisasi perikanan baru diterapkan di delapan desa. Namun, Meutya menyebut program tersebut akan diperluas pada tahun depan, tergantung ketersediaan anggaran. Selain Sukabumi, Komdigi juga berencana menerapkan program serupa di Kabupaten Sragen dalam waktu dekat.