Kasus Plester Dalam Menu MBG, Kepsek Minta Tak Dibesar-Dibesarkan

- Bupati Sukabumi sebut insiden plester dalam tahu goreng sebagai keteledoran individu, bukan cerminan keseluruhan program MBG.
- Kepala SDN Gadis menyebut kasus ini sebagai kesalahan teknis dari pihak penyedia makanan, bukan dari pihak sekolah.
- Gorengan tahu yang ditemukan berisi plester belum dikonsumsi siswa, sehingga sekolah imbau untuk tidak dibesar-besarkan.
Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Kasus penemuan plaster di dalam tahu goreng sebuah menu Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Gadis, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, tengah jadi perbincangan hangat di media sosial.
Peristiwa ini viral setelah seorang warga, Andri (23 tahun), mengunggah foto gorengan berisi plester bekas ke media sosial pada Senin (20/10/2025). Foto itu menunjukkan potongan tahu goreng dengan balutan tepung, sementara di dalamnya terselip plester yang tampak sudah digunakan.
Unggahan tersebut langsung menuai reaksi warganet yang mempertanyakan kebersihan serta kualitas makanan dalam program nasional MBG yang ditujukan untuk anak-anak sekolah dasar.
1. Bupati sebut sebagai keteledoran

Menanggapi hal itu, Bupati Sukabumi Asep Japar akhirnya buka suara. Ia menilai insiden tersebut sebagai bentuk keteledoran individu di lapangan, bukan cerminan dari keseluruhan program.
"Kalau menurut saya itu karena keteledoran, tapi jangan sampai membuat masyarakat jadi tidak percaya pada program MBG. Ini program bagus dari pemerintah pusat yang sangat membantu anak-anak," ujar Asep di Pendopo Sukabumi, Selasa (21/10/2025).
Ia menegaskan, pemerintah daerah langsung menurunkan Satuan Tugas (Satgas) MBG untuk menelusuri kasus ini. Tim tersebut bertugas memeriksa dapur penyedia, sumber bahan makanan, serta memastikan standar kebersihan dan keamanan pangan.
"Kami sudah turunkan Satgas ke lapangan. Mereka meninjau dapur dan semua alur produksi. Hasilnya nanti akan jadi bahan evaluasi," katanya.
2. Kepsek sebut ini kesalahan teknis

Kepala SDN Gadis, Iis Irawati juga memberikan klarifikasi atas kejadian tersebut. Ia menyebut, kasus ini diduga murni akibat kesalahan teknis dari pihak penyedia makanan (SPPG), bukan dari pihak sekolah.
"Itu murni kesalahan teknis, bukan karena sistemnya. Selama dua bulan kerja sama, baru kali ini terjadi. Biasanya SPPG Cigunung cukup baik dan tidak pernah ada masalah," kata Iis.
Ia menjelaskan bahwa satu dapur penyedia MBG melayani ribuan porsi setiap hari, sehingga kemungkinan kesalahan manusia (human error) masih bisa terjadi.
"Satu dapur melayani sekitar 3.500 porsi. Kami yakin ini hanya keteledoran satu orang karyawan, bukan kelalaian sistem," ujarnya.
3. Makanan belum dikonsumsi, sekolah imbau tak dibesar-besarkan

Iis menegaskan bahwa gorengan tahu yang ditemukan berisi plester itu belum sempat dikonsumsi siswa. Kasus tersebut diketahui setelah salah satu orangtua siswa menemukan benda asing itu di rumah.
"Alhamdulillah belum dimakan. Jadi menurut saya, tidak perlu dibesar-besarkan, karena tidak ada yang sampai keracunan atau sakit," katanya.
Menurutnya, selama ini penyedia MBG Cigunung selalu menjaga kualitas dan memiliki tenaga ahli gizi untuk memastikan standar makanan sesuai dengan ketentuan nasional.
"SPPG Cigunung selalu memberikan menu bergizi dan seimbang. Kami yakin mereka tidak sengaja," ujar Iis.
"Sekolah hanya membagikan dan mengawasi agar siswa menerima jatahnya. Kami tidak membuka isi makanan sebelum dibagikan."