Jelang Iduladha, Belum Ada Lonjakan Harga Pangan di Jabar

Bandung, IDN Times - menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) Idul Adha 2025, harga pangan wilayah Jawa Barat dipastikan masih belum mengalami lonjakan yang signifikan. Sejumlah pedagang masih menjual dengan harga yang normal HET.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar Nining Yuliastiani mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan di pasar tradisional di Jawa Barat masih relatif aman. Artinya belum ada lonjakan harga yang serius.
"Secara umum belum terjadi lonjakan harga," kata Nining, kamis (29/5/2025).
1. Kenaikan harga tidak signifikan

Namun, awal pekan ini mereka mengaku mendapatkan surat edaran dari Kementerian Perdagangan terkait harga bawang putih yang cenderung mengalami kenaikan. Namun setelah dipantau di lapangan, komoditas tersebut masih terkendali.
"Walaupun kenaikannya belum terlalu tinggi, tetapi daerah-daerah diminta untuk menjaga stabilitas harga, karena ini termasuk kebutuhan yang diperlukan masyarakat," ujarnya.
Nining memastikan pemantauan harga di lapangan terus dilakukan terutama harga-harga bahan pokok.
"Kenaikan bahan pokok ini nanti relevansinya dengan Iduladha, tapi kita melihat kenaikan harga di Iduladha enggak terlalu signifikan dibanding Idulfitri dan Natal juga Tahun Baru," ujarnya.
2. Harga beras naik tidak signifikan

Sementara, salah seorang pedagang beras di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Rahmat Kurnia mengatakan, harga beras mengalami kenaikan sejak pertengahan bulan ini. Hanya saja peningkatannya tidak signifikan seperti menjelang hari besar keagamaan sebelumnya.
"Harga beras Rp14 ribu, paling mahal Rp17 ribu itu beras lokal yang murah, sementara Pandanwangi Rp17 rebu. Sekarang pada naik Rp200 sampai Rp500 perak," ujar Rahmat saat dikonfirmasi.
3. Beras naik karena ada sentimen dari Bulog

Rahmat memastikan, stok kebutuhan beras sendiri dipastikan aman menjelang Iduladha. Hanya saja, saat ini kondisinya sedang banyak berkurang akibat Bulog banyak membeli berat-berat tersebut dari para petani langsung, sehingga ke pedagang jumlahnya tidak lebih.
"Penyebab harga naik diambil sama Bulog, pemerintah banyak stok sedikit karena diambil Bulog itu tadi," kata dia.