Cirebon Nihil Kasus COVID-19, tapi Ancaman Penyakit Menular Lain Masih Membayangi

- Pemerintah terapkan sistem pemantauan aktif seluruh puskesmas
- Pola hidup bersih masih harus digaungkan kembali
- Kesehatan publik tak bisa diserahkan hanya ke pemerintah
Cirebon, IDN Times - Pemerintah Kabupaten Cirebon menyatakan, hingga pertengahan Juni 2025, wilayahnya berada dalam kondisi bebas dari kasus aktif COVID-19. Meski kabar ini menandai kemajuan signifikan dalam pengendalian pandemi, Dinas Kesehatan setempat mewanti-wanti agar masyarakat tidak terlena.
Di tengah situasi yang kian kondusif, potensi ancaman penyakit menular lainnya justru dinilai lebih rawan terjadi apabila masyarakat mengendurkan kewaspadaan.
“Tidak ada temuan kasus COVID-19 aktif di Kabupaten Cirebon sampai saat ini,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, dr Neneng Hasanah, Selasa (17/6/2025).
Ia mengutip laporan dari Kementerian Kesehatan yang menyebutkan, secara nasional, penularan COVID-19 telah menurun drastis, bahkan menyentuh angka di bawah 20 kasus per hari.
Namun Neneng menegaskan, status nihil bukan berarti bebas dari ancaman kesehatan. Sebaliknya, fase pascapandemi justru membutuhkan kewaspadaan yang lebih luas terhadap penyakit menular lain yang berpotensi muncul secara sporadis di masyarakat.
1. Pemerintah terapkan sistem pemantauan aktif seluruh puskesmas

Langkah antisipatif dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon melalui penerbitan instruksi resmi kepada seluruh puskesmas untuk meningkatkan kewaspadaan.
Setidaknya 60 puskesmas yang tersebar di semua kecamatan diminta mengaktifkan kembali protokol surveilans aktif, termasuk pelaporan cepat terhadap gejala penyakit menular yang mulai timbul.
Jenis penyakit yang menjadi fokus pemantauan tidak hanya COVID-19, tetapi juga penyakit lain yang cenderung meningkat di musim-musim tertentu, seperti demam berdarah, influenza, hepatitis, ISPA, hingga campak.
Menurut Neneng, selama pandemi, perhatian publik terlalu terfokus pada satu jenis penyakit sehingga banyak penyakit lain yang kurang mendapat perhatian serius.
“Kami tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, yakni reaktif hanya setelah wabah terjadi,” kata Neneng. Ia menekankan pentingnya deteksi dini sebagai strategi paling efektif dalam mencegah merebaknya wabah baru.
Ironisnya, banyak masyarakat yang justru mulai menganggap sepele gejala ringan seperti batuk atau demam, dan enggan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Padahal, pola seperti ini bisa menjadi celah bagi penyebaran penyakit dalam skala komunitas.
2. Pola hidup bersih masih harus digaungkan kembali

Masa pandemi pernah membawa perubahan positif dalam kebiasaan hidup masyarakat, terutama soal kebersihan diri dan lingkungan. Sayangnya, banyak kebiasaan tersebut yang kini mulai ditinggalkan.
Dinas Kesehatan menilai, inilah saatnya untuk kembali mengingatkan pentingnya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan pakai sabun, memakai masker saat sakit, dan menjaga etika batuk jangan sampai hilang. Itu bagian dari pertahanan awal tubuh terhadap penyakit menular,” kata Neneng.
Masyarakat juga diminta untuk proaktif menjaga lingkungan tempat tinggalnya agar tetap bersih dan sehat. Edukasi publik melalui berbagai kanal informasi seperti media sosial, forum warga, dan penyuluhan lapangan digencarkan untuk membentuk kembali kesadaran kolektif.
3. Kesehatan publik tak bisa diserahkan hanya ke pemerintah

Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon menegaskan, pengendalian penyakit tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada instansi kesehatan saja.
Keberhasilan dalam menjaga status nihil COVID-19 dan mencegah penyebaran penyakit lain sangat bergantung pada sinergi antara institusi pemerintah dan masyarakat.
Neneng mengingatkan, deteksi dini dan respons cepat merupakan fondasi utama sistem kesehatan publik. Setiap individu diharapkan peka terhadap gejala penyakit yang muncul, baik pada diri sendiri maupun orang di sekitarnya.
“Kalau masyarakat menunggu sampai kondisi parah baru berobat, sistem kesehatan akan selalu berada di belakang kurva,” jelasnya.
Ia menyebutkan, upaya pencegahan jauh lebih murah dan efektif dibanding penanganan kasus yang sudah telanjur mewabah. Pemerintah Kabupaten Cirebon memang telah menyiapkan sistem pelaporan terintegrasi dan jalur rujukan cepat. Tetapi, kesiapan infrastruktur saja tidak cukup bila tidak dibarengi dengan kesadaran warga.
“Kesehatan adalah aset kolektif. Kita semua, dari tenaga medis sampai warga biasa, punya tanggung jawab untuk menjaganya. Jangan sampai kita belajar dari pandemi hanya untuk melupakan pelajaran itu di saat situasi membaik,” tutup Neneng.