Bulog Jabar Serap 352 Ribu Ton Beras, Stok Aman Berbulan-bulan

12 Mei 2025, 12:40 WIB

Debbie Sutrisno

IDN Times/Istimewa

Intinya sih...

Perum Bulog Wilayah Jawa Barat menyerap 352.680 ton setara beras dari petani lokal, mencapai pencapaian terbesar sepanjang sejarah.
Jumlah penyerapan naik dua kali lipat dibanding periode sama tahun lalu, dengan target penyerapan hingga akhir Mei sebanyak 552.099 ton setara beras.
Penyerapan beras di Jawa Barat melibatkan Babinsa dan mitra Bulog serta Tim Jemput Gabah, dengan kontribusi terbesar dari Bulog cabang Cirebon.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Perum Bulog Wilayah Jawa Barat (Jabar) telah berhasil menyerap 352.680 ton setara beras dari petani lokal di wilayahnya. Pencapaian tersebut terhitung sejak Februari hingga 11 Mei 2025, dan menjadi yang terbesar sepanjang sejarah.

Pemimpin Wilayah Perum Bulog Jabar, Mohamad Alexander, mengatakan jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, jumlah penyerapan naik hingga dua kali lipat. Adapun jumlah penyerapan saat ini setidaknya telah mencapai 63,88 persen dari target penyerapan yang dipatok hingga akhir Mei sebanyak 552.099 ton setara beras.

"Ini pencapaian yang luar biasa, di mana pada periode sama tahun lalu hingga akhir Mei hanya terserap 177.000 ton setara beras saja. Ini pencapaian terbesar sepanjang sejarah kami," katanya, Senin (12/5/2025).

1. Serapan masih bisa ditambah

IDN Times/Istimewa

Alexander optimistis target penyerapan gabah/beras petani hingga akhir Mei di Jawa Barat masih dapat terlampaui. Apalagi, sejumlah daerah sentra produksi di provinsi ini masih dalam masa panen raya.

"Penyerapan beras masih terus berlangsung di seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat. Bahkan untuk optimalisasi penyerapan, kami juga melibatkan Babinsa dan mitra Bulog serta adanya Tim Jemput Gabah, agar penyerapannya makin meluas dan merata," tegasnya.

2. Pengambilan terbanyak dari Cirebon

Serapan gabah Bulog Yogyakarta capai 83 ribu ton. (Dok. Dok. Humas Bulog Yogyakarta)

Dari hasil penyerapan gabah/beras petani saat ini kontribusi terbesar berasal dari Bulog cabang Cirebon yang mencapai 104.537 ton setara beras. Pencapaian penyerapan beras di cabang Cirebon ini bahkan menduduki perangkat pertama, tertinggi dan terbanyak se-Indonesia.

Disusul kemudian, pencapaian serapan dari cabang Indramayu sebanyak 83.353 ton, yang menjadi peringkat kedua penyerapan tertinggi secara nasional. Selanjutnya, penyerapan dari cabang Karawang sebanyak 71.336 ton, yang menduduki peringkat keempat se-Indonesia.

Berikutnya, kontribusi dari cabang Subang 41.921 ton, Ciamis 27.392 ton, Bandung 13.848 ton, Cianjur 7.950 ton, dan BULOG cabang Bogor 2.341 ton setara beras.

"Hasil penyerapan gabah/beras ini sejalan dengan program nasional dalam menjaga cadangan beras pemerintah menuju swasembada pangan nasional, sekaligus menjaga stabilitas harga di pasaran dan menyejahterakan petani lokal," jelasnya.

3. Penyewaan gudang diperbanyak

IDN Times/Istimewa

Menurut Alexander, dengan jumlah penyerapan gabah/beras yang terus bertambah, tentu saja kapasitas gudang yang ada sudah tidak mencukupi. Untuk itulah bulog Kanwil Jawa Barat harus menambah dengan sistem pinjam pakai dan juga sewa.

"Bulog Kanwil Jawa Barat sendiri hanya memiliki 39 unit gudang yang tersebar di 8 wilayah kantor cabang. Untuk tambahannya, Bulog telah menyewa 44 unit gudang ke pihak swasta dengan kapasitas 182.937 ton, dan juga bekerja sama dengan mitra atau dinas terkait melakukan pinjam pakai gudang sebanyak 119 unit dengan kapasitas 131.165 ton," ungkapnya.

Terkait dengan stok gabah/beras di wilayah Jawa Barat, Alexander menuturkan, posisi saat ini telah mencapai 531.224 ton setara beras, yang tersebar di seluruh gudang bulog. Stok beras di wilayah Jawa Barat sangat aman untuk mencukupi kebutuhan masyarakat di Jawa Barat hingga beberapa bulan ke depan, sekaligus sebagai cadangan beras pemerintah.

Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah memerintahkan seluruh Bulog se-Indonesia untuk menyerap gabah petani dengan harga Rp6.500 per kg. Langkah tersebut demi mewujudkan kesejahteraan petani, sekaligus menuju swasembada pangan di tahun ini.