Banjir di Pusat Pemerintahan Kota Sukabumi, Sampah Jadi Biang Kerok

- Saluran air tersumbat sampah, menyebabkan banjir limpasan di pusat kota Sukabumi
- Area vital dan belakang Setda terdampak banjir, disebabkan oleh penumpukan sampah baru
- Warga diimbau lebih peduli soal sampah untuk mencegah banjir di masa depan
Sukabumi, IDN Times - Hujan deras kembali membuka tabir persoalan lingkungan di Kota Sukabumi. Senin (4/8/2025) sore, sejumlah titik di pusat kota tergenang banjir limpasan. Genangan setinggi lutut itu membuat lalu lintas tersendat dan warga geram, terutama karena penyebabnya bukan hal baru, sampah yang menyumbat saluran air.
Salah satu titik terparah terjadi di depan Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) dan belakang Sekretariat Daerah (Setda) Kota Sukabumi. Ironisnya, dua titik ini merupakan kawasan vital dan pusat aktivitas pemerintahan.
"Izin melapor, di Jalan Dewi Sartika Kota Sukabumi terjadi banjir, sangat mengganggu pengguna jalan," ujar Fira (30) melalui pesan grup laporan bencana yang diterima IDN Times.
1. Saluran air tak berfungsi karena tersumbat sampah

Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, Novian Rachmat, penyebab utama banjir limpasan kali ini adalah saluran air yang tersumbat sampah. Tinggi genangan air saat itu mencapai sekitar 50 centimeter atau setinggi lutut orang dewasa.
"Sudah clear. Penyebabnya karena sampah menyumbat area pembuangan air limpasan di depan kantor Dishub. Sebenarnya sudah dibangun sistem pengamanan banjir, tapi karena kurang terpelihara, jadi ya tersumbat," jelas Novian.
2. Area belakang Setda ikut terdampak, padahal biasanya aman

Menariknya, kawasan belakang Setda yang biasanya tidak pernah banjir, kali ini juga ikut terendam. Diduga, hal ini disebabkan oleh penumpukan sampah baru yang masuk ke saluran air, terlebih sejak banyak PKL beraktivitas di sekitar lokasi.
"Air hujan tidak bisa langsung ke drainase karena tersumbat. Akibatnya, jadi meluber ke jalan," kata Novian.
3. Warga diimbau lebih peduli soal sampah

Banjir kali ini menjadi tamparan bagi semua pihak, termasuk masyarakat. BPBD mengingatkan bahwa persoalan seperti ini tak akan terjadi jika warga lebih disiplin dalam membuang sampah.
"Kami imbau warga jaga lingkungan, jangan buang sampah sembarangan. Kalau sudah banjir seperti ini, yang rugi bukan satu-dua orang saja," tegas Novian.
Meski banjir kali ini tidak sampai merusak rumah warga, kejadian tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan infrastruktur drainase dan budaya masyarakat masih jadi PR besar. BPBD berharap ini bisa jadi momentum untuk evaluasi bersama.