342 Siswa SMP di Bandung Keracunan MBG Akibat Bakteri Bacillus

- Ditemukan jamur dan bakteri pada makanan MBG yang menyebabkan keracunan massal di SMP Negeri 35 Kota Bandung.
- Pemkot Bandung mengirim lima sampel makanan ke Labkesda Jabar, sementara Dinkes Bandung menyarankan perbaikan untuk meminimalisir risiko serupa.
- SPPG telah melakukan perbaikan dalam pengelolaan dan diizinkan memproduksi kembali MBG yang didistribusikan ke setiap sekolah.
Bandung, IDN Times - Dinas Kesehatan Kota Bandung mengungkap penyebab terjadinya keracunan massal Makan Bergizi Gratis (MBG) siswa-siswi dan guru di SMP Negeri 35 Kota Bandung pada 29 April 2025. Berdasarkan hasil uji laboratorium Labkesda Jabar, ditemukan jamur dan bakteri pada menu makanan program Presiden Prabowo Subianto ini.
Jumlah siswa-siswi yang mengalami keracunan sebanyak 342 orang, dan dua di antaranya guru sekolah. Mereka mengalami mual, pusing, dan diare setelah menyantap makanan MBG yang diberikan Yayasan Cahaya Solid Berkarya, Mitra dapur MBG dengan SPPG Dapur Coblong dua.
"Ya (hasil lab) sudah keluar, ada yang positif pada melon potong dan mixed vegetable. Ditemukan Bakteri Bacillus dan Jamur Candida," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian saat dihubungi, Kamis (22/5/2025).
1. Semua makanan diperiksa di laboratorium Labkesda Jabar

Pemkot Bandung mengirimkan lima sampel MBG yang dikonsumsi para siswa dan guru ke Labkesda Jabar sesuai menu hari itu, yakni makaroni, kakap crispy, tempe barbeque, mixed vegetable, dan melon potong.
"Semua jenis makanan yang ada di menu hari itu kami kirimkan. Sekarang sudah jelas (hasilnya) dan MBG-nya dilanjutkan lagi," katanya.
Dinkes Bandung pun menyarankan agar SPPG segera melakukan perbaikan guna meminimalisir terjadinya peristiwa serupa. "Terakhir kami melakukan penilaian pada 12 Mei 2025, dan kami nilai faktor risikonya sudah menurun signifikan," ucap Anhar.
2. SPPG kembali produksi MBG

Menurutnya, pihak SPPG telah melakukan perbaikan dalam hal pengelolaan tersebut, sehingga diizinkan memproduksi kembali MBG yang didistribusikan ke setiap sekolah, termasuk SMPN 35 Bandung.
"Pihak dapur juga telah melakukan perbaikan yang signifikan. Setelah itu, pada 13 Mei 2025 kami persilakan untuk memproduksi lagi," ujarnya.
3. Diduga pihak SPPG masak terlalu dini

Kasus ini bermula saat pihak katering yang menyediakan makanan MBG untuk SMAN 19 Kota Bandung, SMPN 35 Kota Bandung, SDN 024 Coblong, dan SDN 189 Neglasari mengirimkan makanan secara bertahap dari pagi hingga siang.
Adapun proses memasak dilakukan sejak pagi hari, sehingga ketika sampai di sekolah makanan sudah ada yang berbau dan seperti basi.
"Berdasarkan penelusuran yang kami lakukan pihak catering mulai masak jam 01:00 WIB, kemudian mengejar konsumsi bagi anak-anak SD, karena yang SD itu jam sembilan," ujar Anhar.
"kKlau menurut keterangan pihak cateringnya, yang buat anak SMP dibuat sesudah itu ya pararel gitu. Anak SMP ini diberikannya jam 11:00 WIB itu sudah gak enak sebetulnya," jelasnya.
Total makana yang dibuat Yayasan Cahaya Solid Berkarya sekitar 3.163 porsi yang tersebar ke empat sekolah, dengan rincian SMAN 19 Kota Bandung 997 porsi, SMPN 35 1.043 porsi, dan SDN 024 Coblong 724 porsi, SDN 189 Neglasari 399 porsi.
"Kalau yang SD jam sembilan masih fresh jadi aman. Ketika anak SMP mulai tuh rada gak enak tapi belum parah. Terakhir itu anak SMA diberikannya jam 13:30 WIB itu mah sudah bau jadi gak ada yang makan kalau SMA," kata dia.
"Makanya anak SD sama SMA gak ada yang sakit. Yang sakit itu anak SMP semua," jelasnya.