Ramai di Medsos Petugas KPPS Meninggal Diracun, Keluarga: Itu Hoaks

Kasus meninggalnya petugas KPPS jangan dipolitisasi

Bandung, IDN Times - Saat ini tengah berkembang infromasi mengenai salah satu petugas kelompok penyelenggaran pemungutan suara (KPPS) di Kota Bandung yang meninggal dunia karena diracun. Informasi tersebut ramai diperbincangkan di Facebook setelah akun atas nama Dody Fajar mengunggah dugaan tersebut beserta foto petugas KPPS yang meninggal.

Berdasarkan penelusuran IDN Times akun Dody Fajar menggunggah tulisan yang menyebut petugas atas nama Siti Fitriani, anggota KPPS 32 RW 12, Kelurahan Kebon Jayanti, Kiaracondong, meninggal dunia karena diracun karena di tubuhnya ditemukan zat kima C11H26NO2PS, efek dari racun tertentu. Berikut unggahan akun Dody fajar secara lengkap.

"Innalilahi wa innailaihi roj'iun...
Telah meninggal dunia Sita Fitriati anggota KPPS 32 RW 12 Kel. Kb. Jayanti, Semoga Almarhumah husnul khotimah... Aamiin YRA... Almarhum adalah mahasiswi tingkat ahir berusia 21 tahun ■ Ditemukan zat kimia C11H26NO2PS dlm tubuh korban kpps, Efek dari Racun.... VX (nama IUPAC: O-ethyl S-[2-(diisopropylamino) ethyl] methylphosphonothioate) merupakan senyawa golongan organofosfat yg sangat beracun VX berupa cairan tidak berwarna dan tidak berbau yang mampu mengganggu sistem saraf tubuh dan di gunakan sebagai racun saraf dalam perang kimia Sepuluh milligram cukup untuk membunuh manusia melalui kontak pada kulit, dan median dosis letal untuk jalur inhalasi diperkirakan sekitar 30–50 mg·min/m3. Sebagai sebuah senjata kimia, VX digolongkan sebagai senjata pemusnah massal (weapon of mass destruction, WMD) sesuai dengan Resolusi DK PBB 687
Mohon pejelasan tambahan dari yg paham?"

Dalam ungguhan ini, Dody pun memperlihatkan sebuah foto dua perempuan di mana perempuan yang dilingkari diperkirakan anggota KPPS yang meninggal.

1. Keluarga membantah anggota KPPS yang meninggal karena diracun

Ramai di Medsos Petugas KPPS Meninggal Diracun, Keluarga: Itu HoaksANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Kakak kandung anggota KPPS yang meninggal, Muhammad Rizal membantah kabar tersebut. Dia memastikan sang adik tidak meninggal karena diracun pihak manapun. Kepergian sang adik dipercaya karena yang bersangkutan kelelahan setelah ikut mengawal pemilu sebagai anggota KPPS.

"Itu tidak benar sama sekali," ujar Rizal saat dihubungi, Jumat (10/5).

Rizal menceritakan, menjelang pencoblosan pemilu dilaksanakan, Sita memang terlihat kurang enak badan. Tapi yang bersangkutan tidak pernah mengeluh mengenai sakitnya secara langsung kepada keluarga. Bahkan pada saat pemilu, Sita justru terlihat bersemangat mengawal pesta demokrasi.

Walaupun pada saat pelaksanaan Pemilu, anggota KPPS yang lain memperbolehkan Sita pulang terlebih dahulu karena dia terlihat sangat pusat. Sita pun kemudian pulang sekitar pukul 23. 00 WIB, di saat yang lain masih melakukan penghitungan surat suara.

2. Meninggal setelah sempat dirawat di rumah sakit

Ramai di Medsos Petugas KPPS Meninggal Diracun, Keluarga: Itu HoaksIDN Times/ Mela Hapsari

Rizal menuturkan, Sita yang semakin tidak enak badan setelah mengawal proses pemilu sebenarnya sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan selama tiga hari. Namun kesehatan Sita justru semakin turun dan akhirnya yang bersangkutan meninggal pada Rabu (8/5).

Selama menjalani perawatan, pihak rumah sakit pun tidak pernah memberitahukan bahwa dalam tubuh Sita terdapat racun seperti yang ramai di media sosial. Bahkan pihaknya tidak pernah melakukan pengecekan secara detail termasuk visum untuk tubuh Sita.

Baca Juga: Prabowo Ingin Jasad Petugas KPPS Divisum, KPU: Izin Keluarga Dulu

Baca Juga: Ketua KPU Tanggapi Permintaan Prabowo Soal Visum KPPS

3. Data diri dan foto yang diunggah tidak tepat.

Ramai di Medsos Petugas KPPS Meninggal Diracun, Keluarga: Itu Hoaksfacebook/dody fajar

Menurut Rizal, banyak data yang diungggah dalam laman Facebook miilk Dody Fajar pun tidak benar. Misalnya untuk umur Sita yang disebut 23 tahun. Padahal umur Sita saat ini baru 21 tahun. Kemudian tempat pemungutan suara (TPS) yang disebut 32 juga salah, karena yang benar adalah TPS 33.

Yang paling parah adalah pemasangan foto dalam unggahan tersebut tidak tepat. Foto yang dilingkari merupakan anak perempuan dari kepala Rw setempat dan bukan Sita.

"Kalau yang difoto itu orangnya masih ada," ujar Rizal.

Keluarga, lanjut Rizal, merasa heran kenapa informasi palsu seperti ini bisa tersebar ramai di media sosial. Sebab selama ini tidak pernah ada pihak dari manapun menanyai mengenai penyebab meninggalnya Sita.

4. Sudah lapor kepolisian setempat

Ramai di Medsos Petugas KPPS Meninggal Diracun, Keluarga: Itu HoaksIDN Times/Istimewa

Untuk meminimalisir hal ini dipolitisasi, pihak keluarga almarhum Sita pun telah melapor ke Polsek Kiaracondong terkait dengan informasi tersebut. Rizal tidak ingin banyak pihak yang termakan berita palsu. Sebab para keluarga pun mendapat informasi ini dari orang lain, bahkan ada yang didapat dari grup WhatsApp keluarga.

"Kalau sudah dapat dari mana-mana artinya informasi palsu ini kan sudah menyebar," paparnya.

Atas kejadian ini, Rizal sangat berharap tidak ada pihak dari kelompok manapun yang memanfaatkan kejadian meninggalnya petugas KPPS. Jangan sampai informasi palsu ini menambah panjang keluarga anggota KPPS yang ditinggalkan.

Baca Juga: Rekapitulasi Diskors, KPU Sumut Sisakan 3 Kabupaten Kota 

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya