PVMBG: Waspadai Potensi Pergerakan Tanah-Banjir Bandang di Akhir Tahun
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu daerah yang sangat rawan bencana akibat pergerakan tanah dan banjir bandang. Bahkan, hampir setiap kabupaten/kota di Jawa Barat (Jabar) memiliki potensi bencana tersebut.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah merilis peta kebencanaan yang mungkin terjadi di Jabar pada Desember 2020. Dalam kasus bencana pergerakan tanah, mayoritas berada dalam level menengah hingga tinggi.
Untuk potensi pergerakan tanah level menengah, yakni daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
"Daerah yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali," tulis rilis tersebut dikutip IDN Times, Sabtu (19/12/2020).
1. Kabupaten Garut sangat rawan dalam pergerakan tanah dan banjir bandang
Dari data tersebut, Kabupaten Garut memiliki kerawanan yang cukup membahayakan. Selain pergerakan tanah, di kabupaten ini ada 22 kecamatan yang masuk dalam kategori rawan banjir bandang.
22 kecamatan itu yaitu Baluburlimbangan, Banyuresmi, Bayongbong, Cibiuk, Cigedug, Cikajang, Cilawu, Cisurupan, Garut Kota, Kadungora, Karangpawitan, Leles, Malangbong, Pamulihan, Pasirwangi, Samarang, Sucinarja, Sukaresmi, Sukawenng, Tarogong Kaler, Tarogong Kidul, Wanaraja.
Selain Garut daerah yang cukup rawan dengan pergerakan tanah dan banjir bandang adalah Kabupaten Bogor, Cirebon, Sukabumi, dan Tasikmalaya.
Berikut daftar kecamatan di kabupaten/kota dengan potensi banjir bandang:
1. Kabupaten Bandung: Arjasari, Banjaran, Cimaung, Cimenyan, Ciwidey, Ibun, Kertasari, Majalaya, Pananjung, Pasirjambu, Rancabali, Soreang
2. Kabupaten Bandung Barat: Cisarua, Lembang, Parongpong
3. Kabupaten Bogor: Caringin, Cibungbulang, Cigombing, Cijeruk, Ciomas, Dramaga, Leuwiliang, Pamijahan, Rancabungur, Rumpin, Tamansari, Tenjolaya
4. Kabupaten Ciamis: Ciamis, Cihaurbeuti, Panumbangan, Sadananya, Sindangkasih
5. Kabupaten Cianjur: Cianjur, Cilaku, Cipanas, Cugenang, Gekbrong, Pacet, Sukaresmi, Warungkondang
6. Kabupaten Cirebon: Beber, Dukupuntang, Sedong, Sumber, Talun, Waled
7. Kabupaten Garut: Baluburlimbangan, Banyuresmi, Bayongbong, Cibiuk, Cigedug, Cikajang, Cilawu, Cisurupan, Garut Kota, Kadungora, Karangpawitan, Leles, Malangbong Pamulihan, Pasirwangi, Samarang, Sucinarja, Sukaresmi, Sukawenng, Tarogong Kaler, Tarogong Kidul, Wanaraja
8. Kota Bandung: Cidadap
9. Kota Bogor: Bogor Barat, Bogor Selatan
10. Kota Cirebon: Harjamukti
11. Kota Sukabumi: Cibeureum, Gunungpuyuh, Warudoyong
12. Kota Tasikmalaya: Bungursari, Indihiang
13. Kuningan: Cigandamekar, Cigugur, Cilimus, Jalaksana, Kadugede, Mandirancan, Pancalang, Pesawahan
14. Majalengka: Argapura, Sindangwangi
15. Purwakarta: Bojong
16. Subang: Ciater
17. Sukabumi: Cicurug, Cisaat, Gununguruh, Kadudampit, Kebonpedes, Parungkuda, Sukabumi, Sukalarang, Sukaraja
18. Tasikmalaya: Cigalontang, Cisayong, Jamanis, Leuwisari, Padakembang, Pagerageung, Rajapolah, Sariwangi, Singaparna, Sukarame, Sukaratu, Sukaresik
2. Masyarakat diimbau ikut waspada dengan kondisi sekitar yang bisa menimbulkan bencana
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengajak warga Jabar untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti longsor, banjir, banjir bandang, angin kencang, hingga puting beliung yang dipicu fenomena La Nina.
Dilansir situs web Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG), La Nina sendiri merupakan kondisi penyimpangan (anomali) suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya, dan diikuti oleh penguatan aliran angin pasat timur. Dampaknya, curah hujan ekstrem bisa terjadi dan menyebabkan bencana hidrometeorologi.
Uu menuturkan, Gubernur Jabar Ridwan Kamil pun telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 360/4707/BPBD tanggal 23 Oktober 2020 yang menginstruksikan pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan pemantauan secara cermat dan berkelanjutan untuk mengetahui situasi terkini terhadap perkembangan informasi cuaca atau peringatan dini dari BMKG.
Adapun sebagai langkah mitigasi, perlu dilakukan optimalisasi tata kelola air secara terintegrasi dari hulu hingga hilir, danau embung sungai, dan kanal untuk antisipasi debit air berlebih. Dari hal terkecil di lingkungan sekitar, Uu mengajak masyarakat untuk mulai membersihkan saluran air, selokan, parit-parit, sungai, dan upaya pelestarian lingkungan lainnya.
"Kepada masyarakat harus berpartisipasi terutama parit-parit di wilayahnya masing- masing. Rumput atau sampah harus segera dibersihkan. Kalau curah hujan tinggi air bisa mengalir lebih baik," ujar Uu.
3. Kepala daerah harus lebih memerhatikan rumah warga yang berada di daerah rawan
Kepada bupati/wali kota, Uu menginstruksikan agar selalu melaksanakan pemantauan terhadap situasi dan kondisi terkait kebencanaan serta memperkuat koordinasi kepada semua pihak terkait sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam penanganan bencana
Mantan Bupati Tasikmalaya ini juga mengajak pemerintah daerah untuk memperhatikan kondisi rumah warga yang sudah tua, reyot, atau kurang layak huni yang rawan roboh ketika bencana terjadi.
"Rumah-rumah yang rawan tolong diantisipasi. Beberapa kali bencana terjadi, kebanyakan rumah yang roboh yang sudah tua, bangunan lama, memang rawan," papar Uu.
4. Kawasan Jabar bagian tengah saat ini akan lebih terdampak efek La Nina
Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Dani Ramdhan, pihaknya sudah menyiagakan seluruh potensi yang ada untuk menghadapi kemungkinan bencana seperti banjir, angin puting beliung dan pergerakan tanah, termasuk koordinasi dengan BPBD Kabupaten Kota.
Dia menuturkan, angka kebencanaan memang meningkat. Namun ada pergeseran daerah yang terdampak di mana sebelumnya ada di Jabar Selatan seperti Sukabumi, Pangandaran, Ciamis, Garut, Tasik, Bogor. Nanti akan bergeser ke wilayah Tengah seperti Bandung dan sekitarnya.
"Hingga Desember, lalu puncaknya di bulan Januari Februari merata ke seluruh Jabar," ujar Dani.
Beberapa langkah kesiapsiagaan sedang dilakukan BPBD Jabar dan BPBD Kabupaten Kota serta instansi lain seperi PU, Dinsos, Dinkes dan lain-lain.
"Kami sedang meningkatkan kesiapsiagaan bersama BPBD kabupaten kota di antaranya rapat koordinasi kontigensi dan rencana aksi di tingkat provinsi dan kabupaten kota, kemudian apel siaga baik secara fisik maupun virtual, selanjutnya simulasi mitigasi dan terakhir adalah susur sungai," jelasnya.
Menurut Dani kebanyakan bencana hidrometeorologi itu berasal dari sungai. Oleh karena itu susur sungai bertujuan memeriksa keadaan sungai untuk memastikan tidak ada hambatan aliran air.
"Kita periksa keadaan sungai seperti kondisi ketahanan tanggul, hambatan yang disebabkan sampah atau penyempitan dan lain-lain," tandasnya.