3,2 Juta Kejadian Petir Ada di Jabar, Tertinggi di Bandung Barat

Waspada dampak La Nina terhadap bencana di Indonesia

Bandung, IDN Times - Badan Meteorololgi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat kejadian petir di daerah Jawa Barat dan sekitarnya mencapai 3.286.025 sepanjang tahun 2021.

Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan, aktivitas sambaran petir sepanjang tahun 2021 menunjukkan petir CG(-) tertinggi terjadi pada bulan April sebanyak 301,536 sambaran petir CG(-). Sedangkan aktivitas petir CG(+) tertinggi berjumlah 223,277 sambaran yang terjadi juga pada bulan April tahun 2021.

"Berdasarkan data kejadian petir yang diperoleh, daerah dengan tingkat kerapatan petir tertinggi berada di daerah Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kota Sukabumi, dan Kabupaten Subang," ujarnya melalui siaran pers, Minggu (2/1/2022).

1. Jumlah petir tertinggi terjadi pada April

3,2 Juta Kejadian Petir Ada di Jabar, Tertinggi di Bandung BaratIDN Times/Istimewa

Jumlah kejadian petir tertinggi terjadi pada bulan April tahun 2021 sebanyak 524,813 kejadian, sedangkan jumlah kejadian petir terendah sebanyak 23,849 kejadian terjadi pada bulan Juli tahun 2021

"Kami menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," kata dia.

2. Waspada dampak La Nina hingga Februari 2022

3,2 Juta Kejadian Petir Ada di Jabar, Tertinggi di Bandung BaratPotensi La Nina di Indonesia ( ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan peringatan dini agar mewaspadai datangnya La Nina yang diperkirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga sedang, setidaknya hingga Februari 2022. Diprediksi curah hujan bulanan akan meningkat sekitar 20-70 persen di atas normal. Sehingga perlu diwaspadai dampak berupa bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung.

La Nina merupakan fenomena iklim global yang ditandai dengan menurunnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Kondisi itu biasanya diikuti dengan berubahnya pola sirkulasi Walker (sirkulasi atmosfer arah timur barat yang terjadi di sekitar ekuator) di atmosfer yang berada di atasnya
dan dapat mempengaruhi pola iklim dan cuaca global.

Kondisi La Nina dapat berulang dalam beberapa tahun sekali dan setiap kejadian dapat bertahan sekitar beberapa bulan hingga dua tahun.

Saat La Nina, angin di sepanjang Pasifik tropis menguat dan terjadi peningkatan upwelling di sepanjang khatulistiwa dan pantai barat Amerika Selatan. Sirkulasi Walker bergeser ke barat sehingga terjadi peningkatan konveksi dan peluang terjadinya hujan di wilayah
Pasifik barat, Indonesia dan Australia. Suhu permukaan laut di sepanjang khatulistiwa bisa turun hingga 4°C di bawah normal.

3. Lantas apa penyebab terjadinya La Nina

3,2 Juta Kejadian Petir Ada di Jabar, Tertinggi di Bandung BaratIlustrasi hujan (IDN Times/Sukma Shakti)

La Nina dan fenomena sebaliknya, El Nino, terjadi akibat interaksi antara permukaan laut dan atmosfer di Pasifik tropis. Perubahan suhu muka laut di wilayah ini mempengaruhi atmosfer di atasnya.

Perubahan atmosfer juga mempengaruhi perubahan suhu dan arus laut melalui mekanisme umpan balik (feedback) atmosfer-laut. Sistem interaksi atmosfer-laut ini berosilasi antara kondisi hangat (El Nino) ke netral atau dingin (La Nina) rata-rata memiliki siklus setiap 3-4 tahun dan mempengaruhi pola iklim di seluruh dunia setiap 3-4 tahun.

Umumnya La Nina didahului penumpukan massa air dari bawah permukaan laut Samudera Pasifik yang lebih dingin dibandingkan normalnya. Kemudian, angin pasat timur menguat menyebabkan meningkatnya upwelling (naiknya massa air laut yang lebih dingin dari bagian dalam ke permukaan laut) di lepas pantai barat Amerika Selatan dan di sepanjang ekuator Pasifik, dan suhu permukaan laut turun di bawah normal.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya