Mengukur Kehebatan James Riyadi dalam Kasus Meikarta
KPK munculkan bukti percakapan di persidangan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times – James Riyadi adalah nama yang hangat diperbincangkan dalam kasus suap Meikarta terhadap Pemerintah Kabupaten Bekasi, namun sulit diungkap perannya.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahkan menyebut bos Lippo Group itu pandai dalam berkilah juga “cuci tangan” dalam kasus suap yang melibatkan fulus Rp10,5 miliar.
Pertama kali James didatangkan dalam persidangan di Pengadilan Negeri Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Bandung, adalah pada Senin (4/2). Selama persidangan pekan lalu itu, kesaksian James dalam keterlibatannya pada kasus suap berlangsung singkat.
1. James berdalih kebetulan
Salah satu peran James yang paling kentara, ialah kala ia mengunjungi rumah bekas Bupati Bekasi penerima suap, Neneng Hasanah, pada Januari 2018. Saat ditanyakan Jaksa soal peristiwa itu, James mengaku tidak berencana mengunjungi rumah Neneng.
“Selain basa-basi, saya tidak ingat ada pembicaraan apapun. Tapi yang lebih banyak bicara itu bupati. Beliau banyak bicara lalu diganggu anak laki-lakinya. Saya baru banyak bicara ketika sudah masuk ranah pendidikan,” kata James, ketika ditanyai hakim soal apa saja obrolan antara James, Bartholomeus Toto (CEO Lippo Cikarang), dan Billy Sindoro (Direksi Lippo Group), pada Neneng.
Kala itu, James pun sama sekali tidak dapat mengingat Billy dan Toto menunjukan rencana Meikarta pada Neneng seperti yang disimpulkan oleh KPK. Sebagai pendiri sekaligus Pembina Pelita Harapan, instansi di bidang pendidikan, ia mengaku hanya bicara kala Neneng berdiskusi soal pendidikan.
Keberangkatannya ke rumah bupati pun karena diajak Toto tanpa alasan yang pasti. Pada Januari 2018, ia mengunjungi Meikarta dan bertemu dengan Toto di kantor penjualan Meikarta.
“Sore hari saya ingin ke Meikarta, melihat perkembangan di sana. Karena beberapa teman membeli aset di sana. Meikarta ini fenomenal, mangkanya saya ingin ke sana,” ujar James. Di sana, James disambut oleh Toto.
Baru sebentar mengobrol, Toto kemudian meminta izin pada James untuk pergi karena hendak mengunjungi rumah bupati. “Dia bilang bupati baru melahirkan. Lalu saya tanya, loh bupatinya itu wanita? Itu pertama kali saya tahu bahwa bupati Bekasi adalah wanita,” kata James, menekankan bahwa tujuan kunjungan tak lain memberi selamat atas kelahiran anak bupati.
Awalnya ia menolak ajakan tersebut, tapi lama kelamaan ia menyetujuinya juga. Dia pun tak tahu bahwa Billy akan mengikuti pertemuan itu.
Baca Juga: Hakim: Saksi-saksi Suap Meikarta Mendadak Amnesia
Meski James berdalih pertemuan di rumah bupati sebatas mengunjungi Neneng pascamelahirkan, KPK tidak percaya begitu saja. Soalnya, dalam persidangan awal Januari 2019, Neneng mengatakan jika ketika itu James, Toto, dan Billy datang untuk menunjukkan gambar-gambar pembangunan Meikarta.
Artinya, kata Yadyn, ketiga petinggi Lippo tersebut datang untuk membicarakan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Meikarta. “Waktu Januari 2018 itu proyek Meikarta sudah dibangun namun IMB-nya belum keluar,” katanya.
Secara singkat, alur koordinasi hingga James bisa mengunjungi rumah Neneng antara lain James menghubungi Toto, kemudian diinformasikan pada Edisus. Dari Edisus, keinginan bertemu lalu dilanjutkan pada Yusuf, Marfuah (Sekretaris Pribadi Bupati), lalu berakhir di Neneng.
Baca Juga: Ini Kesaksian James Riyadi di Persidangan Kasus Suap Meikarta
Baca Juga: Bupati Bekasi Neneng Hassanah Segera Hadapi Persidangan Meikarta