Strategi Hijau dan Digital Angkat Laba Bank bjb Rp1,37 Triliun

- Bank bjb mencatat laba konsolidasi sebelum pajak sebesar Rp1,37 triliun pada kuartal III 2025.
- Strategi efisiensi dan optimalisasi aset menjadi penopang utama dalam mempertahankan profitabilitas bank bjb.
- Digitalisasi kredit, sinergi dengan anak bank, dan fokus pada keuangan berkelanjutan menjadi poin penting dalam pertumbuhan bank bjb.
Bandung, IDN Times – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (bank bjb) mencatatkan kinerja impresif sepanjang kuartal III 2025 dengan membukukan laba konsolidasi sebelum pajak sebesar Rp1,37 triliun.
Capaian tersebut menegaskan posisi bank bjb sebagai salah satu bank regional dengan kinerja nasional paling resilien, di tengah dinamika ekonomi global dan ketatnya persaingan sektor perbankan.
Pencapaian ini dipaparkan dalam agenda Earnings Call 3Q 2025 yang digelar pada Rabu, 29 Oktober 2025. Kegiatan ini dihadiri jajaran manajemen puncak bank bjb, termasuk Direktur Utama Yusuf Saadudin, Direktur Keuangan Hana Dartiwan, Direktur Konsumer & Ritel Nunung Suhartini, Direktur Korporasi & UMKM Mulyana, Direktur Operasional & Teknologi Informasi Ayi Subarna, serta Pemimpin Divisi Corporate Secretary Herfinia.
1. Strategi efisiensi dan optimalisasi aset jadi penopang utama

Direktur Utama bank bjb Yusuf Saadudin menjelaskan bahwa keberhasilan perseroan dalam mempertahankan profitabilitas tidak terlepas dari strategi pengelolaan aset dan liabilitas yang prudent. Perseroan melakukan efisiensi biaya dana dan optimalisasi pendapatan non-bunga (fee based income), serta memperkuat struktur pendanaan berbasis ritel.
“Dengan strategi mitigasi risiko yang konsisten dan penguatan digitalisasi layanan, bank bjb mampu menjaga pertumbuhan kinerja secara stabil dan berkelanjutan,” ujar Yusuf.
Secara konsolidasi, total aset bank bjb tumbuh 2,8% menjadi Rp215,9 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp160,2 triliun, sementara penyaluran kredit dan pembiayaan naik 3,5% menjadi Rp142,9 triliun. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di level sehat, yakni 85,3%, mencerminkan keseimbangan optimal antara likuiditas dan ekspansi kredit.
2. Digitalisasi kredit jadi game changer

Salah satu inovasi yang menjadi motor pertumbuhan adalah KGB Pisan (Pinjaman ASN), produk digital loan berbasis fully online yang dikembangkan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN). Dalam waktu satu tahun, produk ini telah menyalurkan kredit kepada lebih dari 5.800 debitur tanpa interaksi fisik dan proses persetujuan yang lebih cepat dan efisien.
KGB Pisan dinilai sebagai tonggak penting digitalisasi kredit karena mampu menekan biaya operasional, mempercepat proses kredit, serta memperluas penetrasi pasar tanpa membuka kantor cabang baru. Manajemen memastikan bahwa cakupan layanan digital ini akan diperluas untuk pembiayaan konsumer lainnya pada 2026.
Sebagai bank induk, bank bjb juga memperkuat sinergi dengan tiga anak bank dan dua lembaga keuangan non-bank. Kolaborasi ini dilakukan melalui pengembangan produk bersama dan skema sharing fee yang dinilai efektif meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing grup.
Komitmen terhadap keuangan berkelanjutan juga menjadi fokus utama. Hingga September 2025, perseroan mencatat portfolio pembiayaan hijau sebesar Rp15,2 triliun, difokuskan pada sektor lingkungan, energi terbarukan, transportasi rendah emisi, dan UMKM hijau. Penerbitan obligasi berkelanjutan (Sustainable Bond) senilai Rp1 triliun semakin memperkuat posisi bank bjb dalam mendukung agenda transisi energi nasional.
“Pembiayaan hijau bukan hanya memenuhi regulasi, tetapi juga menjadi sumber pertumbuhan baru dengan risiko yang lebih terukur dan prospek jangka panjang yang menjanjikan,” jelas Direktur Keuangan Hana Dartiwan.
3. Momentum positif kebijakan pemerintah dan Outlook 2026

Menurut Yusuf, Bank bjb memanfaatkan momentum dari kebijakan makro Bank Indonesia dan pemerintah melalui strategi efisiensi biaya dana yang diharapkan mencatat hasil optimal pada kuartal IV 2025 dan semakin kuat pada kinerja penuh tahun 2026.
Strategi penghimpunan dana ritel, perluasan kerja sama payroll, serta manajemen loan pricing adaptif dijalankan untuk menjaga margin bunga bersih (NIM).
Perseroan juga melanjutkan ekspansi kredit ke sektor konsumer, BUMD, dan ekosistem daerah sebagai captive market yang memiliki tingkat risiko lebih rendah dan potensi pertumbuhan jangka panjang.
"Dengan fundamental yang solid, transformasi digital yang agresif, dan komitmen keberlanjutan, bank bjb optimistis dapat mempertahankan kinerja positif serta memperkuat posisinya sebagai bank regional dengan daya saing nasional dan regional," ujar dia.


















