Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Skill vs Gelar, Mana yang Lebih Dicari saat Ini?

ilustrasi servis motor (pexels.com/pexels)
ilustrasi servis motor (pexels.com/pexels)
Intinya sih...
  • Gelar masih penting sebagai pintu masuk awal
  • Skill langsung terlihat dampaknya dalam pekerjaan sehari-hari
  • Perusahaan mencari kombinasi antara pengetahuan dasar dan kemampuan praktis
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dulu, gelar pendidikan sering dianggap tiket utama untuk masuk dunia kerja. Semakin tinggi gelarnya, semakin besar pula peluang dianggap kompeten. Namun, perkembangan industri dan teknologi mengubah banyak hal. Pertanyaan soal mana yang lebih penting antara skill dan gelar kini makin relevan.

Di satu sisi, pendidikan formal tetap punya nilai. Di sisi lain, perusahaan juga semakin realistis melihat kebutuhan nyata di lapangan. Dunia kerja tidak lagi sesederhana ijazah dan IPK. Inilah alasan perdebatan skill vs gelar terus muncul sampai sekarang.

1. Gelar masih punya peran, tapi bukan segalanya

ilustrasi fresh graduate (pexels.com/SDI Production)
ilustrasi fresh graduate (pexels.com/SDI Production)

Gelar pendidikan tetap berfungsi sebagai pintu masuk awal. Ia menunjukkan seseorang pernah melewati proses belajar yang terstruktur. Dalam beberapa bidang seperti kesehatan atau hukum, gelar bahkan mutlak dibutuhkan. Tanpa itu, seseorang tidak bisa masuk sama sekali.

Namun, gelar sering berhenti sebagai filter awal semata. Setelah masuk tahap berikutnya, nilai di atas kertas mulai kalah penting. Perusahaan ingin tahu apa yang benar-benar bisa kamu kerjakan. Di titik ini, gelar tidak lagi jadi penentu utama.

2. Skill jadi bukti nyata kemampuan

ilustrasi desain rumah (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi desain rumah (pexels.com/Alena Darmel)

Skill langsung terlihat dampaknya dalam pekerjaan sehari-hari. Kemampuan menyelesaikan masalah, berkomunikasi, atau menguasai tools tertentu sangat terasa manfaatnya. Perusahaan cenderung lebih percaya pada hasil nyata daripada teori semata. Apalagi di industri yang berkembang cepat.

Skill juga lebih fleksibel mengikuti perubahan zaman. Saat satu teknologi usang, skill bisa ditingkatkan atau diganti. Inilah yang membuat skill semakin bernilai. Dunia kerja modern butuh adaptasi cepat, bukan hanya titel.

3. Perusahaan cenderung cari kombinasi

ilustrasi kerja keras (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi kerja keras (pexels.com/cottonbro studio)

Banyak yang salah paham seolah harus memilih salah satu. Faktanya, perusahaan idealnya mencari kombinasi antara pengetahuan dasar dan kemampuan praktis. Gelar memberi fondasi, skill memberi eksekusi. Keduanya saling melengkapi, bukan saling meniadakan.

Masalah muncul ketika salah satu timpang. Gelar tanpa skill membuat seseorang sulit bersaing. Sebaliknya, skill tanpa dasar pengetahuan tertentu bisa membatasi peluang jangka panjang. Keseimbangan masih jadi kunci.

4. Dunia digital menggeser standar rekrutmen

ilustrasi melakukan desain grafis (pexels.com/TIma Miroshnichenko)
ilustrasi melakukan desain grafis (pexels.com/TIma Miroshnichenko)

Platform profesional dan portofolio online mengubah cara menilai kandidat. Kini, karya dan pengalaman bisa dilihat langsung tanpa harus membaca ijazah dulu. Banyak perusahaan lebih tertarik melihat hasil kerja nyata. Terutama di bidang kreatif dan teknologi.

Fenomena ini membuat skill makin terlihat dan diuji. Orang tanpa gelar tinggi tetap bisa bersaing jika kemampuannya terbukti. Namun itu juga berarti persaingan makin ketat. Skill tidak cukup, harus relevan dan terus diasah.

5. Gelar penting untuk awal, skill menentukan bertahan

ilustrasi pria berjalan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi pria berjalan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gelar sering membantu di fase awal karier. Ia membuka peluang wawancara dan memberi kepercayaan dasar. Namun setelah itu, performa yang bicara. Naik atau tidaknya karier lebih banyak ditentukan oleh skill dan sikap kerja.

Banyak orang bergelar tinggi tapi stagnan karena tidak berkembang. Sebaliknya, mereka yang terus belajar skill baru cenderung lebih bertahan. Dunia kerja menghargai konsistensi belajar. Inilah realita yang makin terasa.

Skill vs gelar bukan soal mana yang paling hebat, tapi mana yang paling relevan dengan kebutuhan saat ini. Gelar masih penting, tapi tidak lagi cukup. Skill menjadi pembeda yang nyata dan langsung terasa. Dunia kerja bergerak ke arah hasil, bukan sekadar label.

Pada akhirnya, gelar bisa membuka pintu, tapi skill yang membuatmu tetap ada di dalam. Mengembangkan keduanya adalah pilihan paling aman. Karena di dunia yang terus berubah, kemampuan untuk belajar ulang adalah skill paling berharga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us

Latest Life Jawa Barat

See More

5 Ide Kencan Akhir Tahun yang Romantis tapi Ramah di Kantong

14 Des 2025, 18:00 WIBLife