SMA-SMK Swasta di Jabar Kurang Murid, Disdik Diminta Ikut Cari Solusi

- Sekolah SMA dan SMK swasta di Jawa Barat mengalami penurunan jumlah siswa setelah SPMB tahun ajaran 2025/26.
- Guru Besar UPI, Prof Cecep Darmawan menyarankan pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan pendataan untuk menyelesaikan masalah penurunan jumlah siswa di sekolah swasta.
- Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga harus memiliki beberapa solusi terhadap menurunnya jumlah murid di sekolah swasta, seperti opsi merger antar-sekolah swasta yang berdekatan.
Bandung, IDN Times - Beberapa sekolah SMA dan SMK swasta di Jawa Barat mengalami penurunan jumlah siswa setelah gelaran Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2025/26. Kondisi itu diduga karena berbagai alasan, salah satunya adanya peraturan penambahan rombongan belajar (rombel) hingga 50 murid setiap kelas.
Merespons hal ini, Guru Besar Universitas Pendidik Indonesia (UPI), Prof. Cecep Darmawan mengatakan, pemerintah Provinsi Jawa Barat harus turut membantu menyelesaikan persoalan ini. Menurutnya, salah satu yang bisa dilakukan yaitu melakukan pendataan.
Pendataan ini meliputi berapa jumlah murid di seluruh sekolah SMA dan SMK swasta setelah proses SPMB dan juga penambahan rombel melalui program Penanggulangan Anak Putus Sekolah (PAPS).
"Hemat saya pertama harus ada pendataan, ya. Berapa banyak sih sekolah-sekolah yang terdampak karena SPMB dan juga tentang penambahan rombel. Untuk mengatasi persoalannya atau itu harus dicek ya apakah semata-mata karena itu atau faktor lain," ujar Cecep, Sabtu (26/7/2025).
1. Pendataan perlu dilakukan

Di sisi lain, sekolah swasta saat ini memiliki beberapa kategori, mulai dari berstandarisasi internasional, menengah, dan juga sekolah swasta biasa. Untuk sekolah internasional, muridnya kemungkinan tidak akan berkurang. Sebab, mayoritas sudah langsung mendaftar tanpa beberapa pilihan lainnya.
"Yang standar internasional ini tidak terdampak sebetulnya, malah sebelum pendaftaran siswa baru di negeri sekolah-sekolah ini sudah full," katanya.
Sementara, beberapa sekolah swasta lainnya, ada juga yang memiliki tempat yang jauh hingga akhirnya kurang diminati. Hanya saja, secara umum banyak faktor yang membuat sekolah swasta ini sepi peminat, sehingga upaya pendataan harus dilakukan dengna pemberian bantuan dan lainnya.
"Misalnya ada kesulitan karena berat operasional atau segala macam kan di kerja samakan dengan sekolah swasta lainnya, itu bisa. Atau kerja sama dengan dinas pendidikan setempat. Kalau enggak dibuat negeri, bisa dibeli asetnya, segala macam begitu," ujar Cecep.
2. Bisa diambil alih atau merger

Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga harus memiliki beberapa solusi terhadap menurunnya jumlah murid di sekolah swasta. Jika memang kesalahan ada pada pengurus sekolah, maka beberapa penawaran agar tetap beroperasi bisa dilakukan.
"Opsi merger swasta dengan swasta itu juga memungkinkan. Misalnya sekolah-sekolah swasta yang berdekatan dan siswanya kurang, dua-duanya sudah merger saja. Izin merger sekolahnya supaya bisa berdampak kepada satu sama lain," tuturnya.
Disinggung apakah program penambahan rombel ini berdampak kepada sekolah swasta. Cecep tidak menampik bahwa keadaan di lapangan memang benar adanya.
"Kenyataannya ini ada pengaruh walaupun pengaruh itu sangat ditentukan seberapa besar siswa itu dipengaruhi oleh keberadaan sekolah-sekolah negeri yang nominalnya jadi 50 siswa," kata Cecep.
3. Pendataan agar tahu mana saja sekolah yang kurang murid karena program rombel

Dengan demikian, Cecep menegaskan, opsi paling penting saat ini melakukan pendaratan secara menyeluruh terhadap kondisi sekolah swasta di Jabar. Sebab persoalan sekolah masing-masing bisa berbeda hingga akhirnya kini kurang mendapatkan banyak murid.
"Itu yang paling penting di data dulu dan tiap sekolah kan beda-beda persoalannya," ucapnya.
Diketahui, kondisi sekolah swasta di Jabar saat ini mengalami kekurangan murid. Salah satu contohnya di SMA dan SMK Tamansiswa Cabang Bandung, di mana siswa untuk jenjang SMA hanya satu orang, sementara SMK tidak ada sama sekali.
Selama proses SPMB sempat ada puluhan yang mendaftarkan diri, namun dalam perjalanannya ada yang mencabut berkas karena diterima di sekolah negeri.