Sederet Upaya Pemprov Jabar Keluar dari Jurang Deflasi

Bandung, IDN Times - Provinsi Jawa sudah kini masuk dalam deflasi sejak tiga bulan kemarin. Gairah masyarakat dalam berbelanja dipastikan mengalami penurunan di beberapa kabupaten kota. Sementara, stok dari komoditas pangeran berlimpah.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar Noneng Komara Nengsih mengatakan, kondisi ini sendiri harus ditangani dan diintervensi melalui berbagai cara. Sebab, jika terus terjadi dan tidak ditangani akan berdampak pada perekonomian Jabar.
"Nah ini sudah terjadi lima bulan kalau secara nasional. Jabar sendiri sudah tiga bulan deflasi atau mengalami penurunan (ekonomi). Kalau ini dibiarkan, akan kurang bagus sehingga bagaimana caranya ada kegairahan lagi di dalam dunia usaha," ujar Noneng, Selasa (22/10/2024).
1. Promosi produk harus digencarkan

Beberapa hal yang dilakukan untuk menangani deflasi ini, kata Noneng, di antaranya dengan meningkatkan kembali daya beli masyarakat dan melakukan promosi terhadap seluruh prodak yang dihasilkan oleh produsen.
"Seperti kemarin kami menggelar West Java Expo. Jadi selain mempromosikan produk-produk Jawa Barat, kami juga mempertemukan dengan para pembeli. Bukan hanya dari Jawa Barat, tetapi juga dari provinsi-provinsi lain, bahkan negara-negara lain supaya barang kami terbeli," katanya.
2. Pemantauan harga terus dilakukan

Sementara,Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengatakan, kondisi yang deflasi yang dialami sejak tiga bulan ini sudah cukup dalam. Berbagai upaya menurut dia harus turut dilakukan untuk mencegah dampak buruk.
"Kami terus memantau harga dan deflasi (di Jabar) sudah tiga bulan berturut-turut, terakhir malah cukup dalam. Selain itu, kami juga memantau bagaimana perkembangan situasi di pasar, katanya.
3. Pemerataan komoditas juga dilakukan

Beberapa penanganan, seperti program langsung yang diberikan kepada masyarakat dan pelaku usaha, pemerintah provinsi juga melakukan skenario pemerataan beberapa komoditas melimpah di satu daerah dikirim ke daerah lainnya.
"Untuk produk yang melimpah di satu daerah, kami oper ke tempat yang membutuhkan. Jadi lebih merata lagi," katanya.
Disinggung soal ketersediaan stok dan harga jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025, Bey memastikan, berdasarkan data yang dimilikinya saat ini masih aman terkendali. Khususnya pada komoditas pokok seperti beras, daging ayam dan telur.
"Aman semua. Kemarin kami cek. Insya Allah aman ucapnya," kata dia.