Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ribut Dana Hibah Pesantren, PKS Jabar Sarankan Perencanaan yang Jelas

ilustrasi muslimah mengaji (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi muslimah mengaji (pexels.com/Thirdman)

Bandung, IDN Times - Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Barat, Haru Suandharu berkomentar mengenai ramainya pemotongan dana hibah khususnya pesantren yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Menurutnya, pemotongan yang dilakukan oleh gubernur ini bisa jadi bagian dari efisiensi anggaran, dan itu bisa dimaklumi. Hanya saja, proses pengambilan keputusan yang dilakukan harus sesuai dengan mekanisme.

"Saya kira maksud Pak Gubernur baik, ingin memperbaiki tata kelola hibah agar tidak hanya diberikan ke lembaga yang itu-itu saja. Beliau juga menyampaikan soal akses politik yang lebih adil," ujar Haru dalam keterangannya, Kamis (8/5/2025).

1. Masyarakat harus diberi tahu

Gambar ilustrasi anak-anak mengaji ini dibuat menggunakan Meta AI (IDN Times/Sunariyah)
Gambar ilustrasi anak-anak mengaji ini dibuat menggunakan Meta AI (IDN Times/Sunariyah)

Namun demikian, Haru menyoroti proses efisiensi yang dilakukan setelah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ditetapkan bersama DPRD.

Dia menilai, perubahan yang dilakukan secara sepihak dapat menimbulkan kekecewaan, terutama dari kalangan pesantren yang sudah mengajukan proposal hibah sejak awal.

"Kalau memang ingin efisiensi, lakukan untuk tahun depan dengan perencanaan yang jelas. Masyarakat perlu diberitahu apa saja yang diprioritaskan. Tapi kalau APBD sudah disahkan dan tiba-tiba dilakukan pemangkasan lewat Peraturan Gubernur, tentu ini akan menimbulkan banyak pertanyaan," katanya.

2. Jangan memimpin Jabar sendiri

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berbincang dengan sejumlah siswa saat meninjau program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). (ANTARA FOTO/Abdan Syakura)
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berbincang dengan sejumlah siswa saat meninjau program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). (ANTARA FOTO/Abdan Syakura)

Haru juga mengingatkan pentingnya konsolidasi antara gubernur, DPRD, dan OPD (organisasi perangkat daerah) dalam pengambilan kebijakan publik. Ia menekankan bahwa Jawa Barat tidak bisa dipimpin secara sepihak hanya mengandalkan popularitas di media sosial.

"Saya kira jangan memimpin Jawa Barat sendirian, jangan hanya berdasarkan komentar di media sosial. Semua ada aturan mainnya dan harus diambil melalui musyawarah. Di atas gubernur ada presiden, dan di atas presiden ada rakyat," kata dia.

3. Dedi Mulyadi sebut pembagian dana hibah tidak adil

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. (IDN Times/Amir Faisol)
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. (IDN Times/Amir Faisol)

Sebelumnya, Dedi membuka beberapa data penerima dana hibah perbaikan ruang kelas sekolah keagamaan/pesantren tahun 2025, di mana basis pesantren Kabupaten Cirebon justru mendapatkan alokasi yang rendah dibandingkan Kabupaten Garut. 

Adapun Kabupaten Cirebon hanya mendapat alokasi dana hibah untuk satu pesantren berjumlah satu dengan total Rp557 juta saja. Sementara, Kabupaten Garut 140 pesantren dengan total Rp78 miliar. 

"Cirebon satu pesantren, lebih sedikit, daerah di mana basis NU, Islam tradisional hanya dapat satu pesantren Rp557 juta," ujar Dedi saat berdialog dengan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dedi Mulyadi.

Dedi pun kaget, melihat usulan dana hibah dari Kabupaten Garut ini turut mengalah beberapa wilayah lain termasuk Kota Bandung. Di mana yang merupakan pusat kota di wilayah Jabar ini hanya mendapatkan Rp150 juta dan untuk satu pesantren saja. 

"Saya sebagai gubernur memiliki rasa keadilan yang miris. Saya tanda tangani di mana ada daerah yang basis pesantren basis tradisional NU beda dari satu kabupaten (Garut). Kota Bandung, kota besar cuma dapat satu pesantren," katanya.

Dedi menjelaskan, alasan dirinya belum mau menandatangani alokasi dana hibah ini lantaran prinsip keadilannya belum ada. Sehingga, dirinya akan mengkaji terlebih dahulu agar pemberian dana hibah lebih merata.

"Pemerintah provinsi sumber anggaran bukan dari Garut saja kan, dari pendapatan seluruh seluruh daerah di Jabar, distribusi ke bawah harus ada rasa keadilan prioritas pembangunan. Kalau bicara keluhan atau diributkan warga Garut itu jalan alokasi terus terusan tapi jalannya ancur," katanya. 

Dedi menginginkan alokasi dana hibah untuk perbaikan ruang kelas sekolah keagamaan/pesantren harus dengan lembaga terkait buka sekedar kebijakan politis. Dia akan menggandeng Kemenag, sebagai penanggung jawab pondok pesantren dan juga madrasah di kabupaten dan kota. 

"Hari ini saya akan bangun madrasah Tsanawiyah di Garut, kan lucu tuh (bantuan) puluhan miliar ada Tsanawiyah roboh yang bangun Gubernur. Bisa gak sih ke depan kita bantu pesantren kecil, pesantren yang kiai tidak terkenal ada di kampung kita bantu," tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
Azzis Zulkhairil
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest News Jawa Barat

See More

Legislator Asal Bandung Dorong Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia

20 Sep 2025, 13:39 WIBNews