Indonesia Dinilai Makin Strategis dalam Perdagangan Karbon Global

- Potensi ekonomi karbon Indonesia dianggap makin menjanjikan
- Indonesia memiliki potensi ekonomi karbon mencapai 565,9 miliar dolar AS
- Konservasi, pertanian berkelanjutan, dan ekowisata dapat mendorong pemerataan pendapatan
- Startup teknologi iklim diharapkan mempercepat pencapaian Target NDC
- Inovasi digital didorong jadi pilar utama penguatan pasar karbon
- Tema konferensi menegaskan upaya memperkuat tata kelola dan transparansi perdagangan karbon
Bandung, IDN Times - Konferensi Karbon Digital (Carbon Digital Conference/CDC) kembali digelar pada 8–9 Desember 2025, menghadirkan berbagai pemangku kepentingan untuk membahas peran Indonesia dalam perdagangan karbon berkelanjutan. Tahun ini, forum tersebut menyoroti bagaimana teknologi digital mampu mempercepat mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
CDC2025 menekankan perkembangan proyek Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utility Storage (CCS/CCUS) serta inisiatif berbasis alam, khususnya pada sektor Areal Penggunaan Lain (APL) dan kelautan. Selain membahas perkembangan industri, konferensi juga membuka ruang solidaritas dengan menggalang aksi nyata bagi korban bencana alam di Sumatera.
Dengan peserta sekitar 300 orang dari berbagai negara—mulai dari investor hingga pengembang proyek karbon—acara ini menjadi panggung penting untuk melihat posisi Indonesia dalam dinamika ekonomi karbon global. Potensi ekonomi karbon Indonesia yang besar menjadi sorotan utama.
Melalui konferensi ini, penyelenggara ingin memperlihatkan bagaimana integritas, inovasi digital, serta komitmen kebijakan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu penggerak utama pasar karbon internasional.
1. Potensi ekonomi karbon Indonesia dianggap makin menjanjikan

Ketua Umum Indonesia Carbon Trade Association (IDCTA), Riza Suarga, menyebut Indonesia memiliki potensi ekonomi karbon mencapai 565,9 miliar dolar AS. Menurutnya, peluang ini bisa menciptakan lapangan kerja hijau dan mendorong pemerataan pendapatan melalui konservasi, pertanian berkelanjutan, hingga ekowisata.
“CDC2025 akan menjadi platform bagi banyak startup teknologi iklim untuk memamerkan keunggulan inovatif mereka… sehingga mampu mempercepat pencapaian Target NDC dan mendukung pertumbuhan ekonomi 8 persen,” kata Riza, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Jumat (5/11/2025).
Riza juga menegaskan bahwa CDC 2025 merupakan momentum penting untuk memastikan komitmen negara maju dan sektor swasta internasional dalam perdagangan karbon dapat berjalan nyata. Indonesia, menurutnya, berada pada posisi unik berkat kekayaan hutan hujan tropis, mangrove, dan lahan gambut.
2. Inovasi digital didorong jadi pilar utama penguatan pasar karbon

Tema konferensi tahun ini, “Menggagas Ulang Pasar Karbon Indonesia: Inovasi Digital untuk Integritas Global”, menegaskan upaya memperkuat tata kelola dan transparansi perdagangan karbon. Dengan integritas sebagai prinsip utama, Indonesia ingin memastikan proyek karbonnya terverifikasi dan sesuai standar internasional.
Perwakilan PwC Indonesia yang menjadi Knowledge Partner, Yuliana Sudjonno, menilai bahwa perubahan iklim membutuhkan aksi kolektif dan integritas tata kelola yang kuat.
“Melalui CDC 2025, kami bertekad memastikan pengelolaan karbon di Indonesia memenuhi standar global… serta memperkuat integritas pasar karbon,” ujar Yuliana.
3. Kebijakan terbaru perkuat fondasi tata kelola perdagangan karbon

Pemerintah Indonesia terus menegaskan komitmennya melalui berbagai regulasi. Setidaknya lima Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan standar internasional telah ditandatangani, disusul terbitnya Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2025 yang menggantikan Perpres 98/2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon dan Pengendalian Emisi Nasional.
Perubahan tersebut mencakup penyederhanaan proses perdagangan karbon, pengakuan pasar karbon sukarela, dan perluasan sektor yang dapat berpartisipasi. IDCTA disebut memegang peran strategis dalam mendukung pelaksanaan kebijakan melalui dual registry system SRN-PPI dan SRUK.
Riza menegaskan bahwa CDC2025 menjadi ruang penting untuk menyampaikan pembaruan kebijakan sekaligus perkembangan proyek karbon di lapangan kepada seluruh pemangku kepentingan.
Ia menyebut konferensi ini sebagai forum untuk membagikan “update kebijakan dan progress pelaksanaan aksi di lapangan.”
Masyarakat dan peserta internasional yang ingin mengikuti konferensi dapat melakukan pendaftaran melalui tautan resmi penyelenggara. Dengan semakin banyaknya kolaborasi lintas sektor, Indonesia berharap mampu memperkuat posisinya dalam pasar karbon global.

















