Impor Pangan Naik Tajam, Gerakan Indonesia Locavore Society Berdiri di Bandung

- Impor pangan mencapai level mengkhawatirkan
 - Gerakan Indonesia Locavore Society berakar pada filosofi locavore
 - ILS siapkan program warung nasi lokal, Indeks Locavore, dan restoran fine dining berbasis bahan lokal
 
Bandung, IDN Times - Meningkatnya ketergantungan Indonesia terhadap pangan impor mendorong lahirnya gerakan baru bernama Indonesia Locavore Society (ILS). Komunitas ini resmi berdiri di Bandung sebagai bentuk ajakan untuk kembali ke pangan lokal dan memperkuat kedaulatan bangsa dari meja makan sendiri.
Gerakan Indonesia Locavore Society diharapkan menjadi pengingat bahwa kedaulatan pangan dimulai dari hal paling sederhana — memilih makan dari bumi sendiri.
1. Impor pangan capai level mengkhawatirkan

Pembina sekaligus inisiator ILS, Syarif Bastaman, menyebut bahwa tren impor pangan nasional sepanjang Januari–Agustus 2025 perlu diwaspadai.
“Impor beras sudah mencapai 3,05 juta ton, naik 92% dibanding tahun sebelumnya. Gandum mencapai 8,43 juta ton, menandakan ketergantungan total terhadap bahan baku tepung dan mi impor,” ungkapnya.
Tak hanya itu, impor kedelai—bahan baku utama tahu dan tempe—diperkirakan mencapai 2,05 juta ton, sementara gula tembus 3,38 juta ton.
“ILS hadir agar bangsa ini mulai berdaulat dari kebiasaan makan, bukan hanya bergantung pada kebijakan impor. Ini juga langkah menghemat devisa untuk pertumbuhan ekonomi,” tambahnya.
2. Dari budaya konsumsi ke gerakan sosial

Ketua Umum ILS, Eep S. Maqdir, menjelaskan bahwa gerakan ini berakar pada filosofi locavore—gaya hidup yang mendorong konsumsi bahan pangan dari lingkungan terdekat.
“Gerakan ini bukan sekadar pola makan, tapi juga pernyataan budaya dan etika. Tentang tanggung jawab terhadap bumi, penghargaan terhadap petani, dan kesadaran akan asal-usul makanan kita,” ujarnya.
Menurutnya, ILS juga menjadi respons atas pergeseran besar dalam budaya konsumsi dunia. “Makin banyak orang sadar bahwa pangan lokal adalah identitas dan bentuk cinta terhadap alam,” tambahnya.
3. Dari warung lokal bergerak ke nasional

Setelah resmi berdiri, ILS langsung menyiapkan sejumlah program nyata. “Mulai dari mendirikan warung nasi dengan bahan lokal sepenuhnya, membuat Indeks Locavore di seluruh Indonesia, hingga sertifikasi untuk pelaku kuliner lokal,” kata Syarif.
Mereka juga tengah menyiapkan restoran fine dining berbasis bahan lokal di Bali serta menerapkan konsep zona 120 km, di mana bahan pangan yang digunakan berasal dari area pertanian maksimal 120 kilometer dari dapur.


















