Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Antrean Warga di Pasar Subsidi Sukabumi Semrawut, 1 Lansia Pingsan

Antrean pasar subsidi di Sukabumi (IDN Times/Fatimah)
Intinya sih...
  • Operasi Pasar Bersubsidi (Opadi) di Sukabumi diserbu ribuan warga, antrean hingga 500 meter sejak dini hari.
  • Warga kecewa karena tidak kebagian kupon, antrean semrawut, dan persyaratan fotokopi KTP berwarna tidak diinformasikan sebelumnya.
  • Seorang lansia pingsan akibat antrean yang membludak, Satgas Opadi akan evaluasi prosedur dan memprioritaskan lansia serta ibu hamil di masa mendatang.

Kota Sukabumi, IDN Times - Operasi Pasar Bersubsidi (Opadi) Ramadan dan Idul Fitri 1446 H yang digelar di Kantor Pos Sukabumi diserbu ribuan warga. Antrean warga yang ingin mendapatkan sembako murah bahkan mengular hingga 500 meter sejak dini hari.

Sejumlah warga mengaku sudah mengantre sejak pukul 05.00 WIB demi mendapatkan kupon sembako. Paket sembako yang dijual seharga Rp72 ribu ini terdiri dari beras 5 kg, gula pasir 1 kg, tepung terigu 1 kg, dan minyak goreng 2 liter.

"Kalau beli normal harganya bisa sampai Rp140 ribu, ini lebih murah. Lumayan membantu, tapi antreannya panjang banget. Saya sendiri antre dari jam 8 pagi," ujar Pepen Supendi (69), warga Kelurahan Benteng, Selasa (18/3/2025).

Pepen mengetahui informasi mengenai pasar murah ini dari media sosial dan grup pesan instan sejak beberapa hari sebelumnya. "Syaratnya cuma KTP, nggak ribet. Dari kelurahan infonya sudah disebarkan ke RW dan RT," tambahnya.

1. Warga Kecewa Tak Kebagian Kupon

Antrean Operasi Pasar Bersubsidi (Opadi) di Sukabumi (IDN Times/Fatimah)

Erna Susilawati (40), warga Kelurahan Tipar, mengaku kecewa karena tidak kebagian kupon meski sudah mengantre sejak subuh. Erna bahkan memilih untuk membeli kebutuhan pokok di pasar meski dengan harga lebih mahal.

"Saya datang dari jam 5 pagi, tapi tetap nggak dapat. Antrean juga semrawut, seharusnya dibuat satu jalur, tapi ini malah jadi dua jalur, jadi makin berantakan," keluhnya.

"Kayaknya saya nggak sanggup kalau harus antre begini lagi. Mending beli di pasar aja, meskipun lebih mahal, tapi nggak capek dan nggak perlu ninggalin anak di rumah," ujarnya.

Selain itu, ia juga mengkritisi persyaratan fotokopi KTP berwarna yang tidak diinformasikan sebelumnya. "Tadinya saya pikir bisa pakai hitam putih, ternyata harus berwarna. Biasanya fotokopi cuma Rp500, ini jadi Rp2.000 per lembar. Mending uangnya buat beli kebutuhan lain," kata Erna.

Ia pun berharap Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi turun langsung ke lokasi. "Saya mohon Pak Dedi datang ke sini, khususnya ke wilayah Sukabumi Tipar Citamiang. Banyak yang mengalami kejadian serupa, bahkan ada yang sampai pingsan," ujarnya.

2. Lansia Pingsan Saat Antre Opadi

PMI saat evakuasi lansia yang pinsan dalam antrean Operasi Pasar Bersubsidi (Opadi) di Kantor Pos Sukabumi (IDN Times/Fatimah)

Mintarsih (75) seorang lansia pingsan saat ikut dalam antrean Operasi Pasar Bersubsidi (Opadi). Ia mengalami syok dan kekurangan oksigen akibat berdesakan dalam antrean yang membludak.

"Korban sedang menjalani puasa dan ikut antrean panjang yang cukup berdesakan. Lansia memang lebih rentan dalam kondisi seperti ini. Setelah dilakukan pemeriksaan awal dan korban sadar, diketahui bahwa ia memiliki riwayat penyakit bawaan," ujar Staf Pelayanan PMI Kota Sukabumi, Dinar Mochamad.

Petugas PMI langsung memberikan pertolongan dengan terapi oksigen dan pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV). Setelah kondisinya membaik, Mintarsih akhirnya dibawa pulang untuk beristirahat dan menjalani pemulihan.

3. Penjelasan Satgas Opadi

Antrean Operasi Pasar Bersubsidi (Opadi) di Sukabumi (IDN Times/Fatimah)

Menanggapi keluhan warga, Satgas Opadi Alita Dila menjelaskan bahwa persyaratan fotokopi KTP berwarna diperlukan untuk memastikan data warga terbaca dengan jelas di aplikasi Bulog.

"Kalau pakai KTP yang sudah lusuh atau buram, takutnya nggak terbaca di sistem. Jadi kami minta yang berwarna supaya lebih jelas datanya, termasuk kecamatan dan kota asal warga," ungkapnya.

Alita juga mengaku tidak menyangka antrean akan membludak sejak dini hari hingga menyebabkan seorang lansia tak sadarkan diri. Menurutnya, sembako subsidi ini seharusnya dikolektifkan oleh pihak Kelurahan atau RW sehingga warga tidak perlu menunggu hingga antrean panjang.

"Padahal kan sebenarnya bisa diwakilkan, bisa dikolektifkan sama RT nya kah atau sama lurahnya. Jadi KTP nya lurah yang pegang, dibagikan di luar, jadi nggak akan banyak seperti ini gini. Karena dari Bulognya juga dari tahun-tahun lalu memang dikolektifkan sama kelurahan sama desa cuma mungkin tidak tersampaikan," jelasnya.

Ke depan, pihaknya akan memprioritaskan antrean sembako bagi lansia dan ibu hamil untuk mencegah insiden serupa. Selain itu, ia akan berkoordinasi dengan pihak keamanan.

"Kami sudah mengajukan permohonan pengamanan ke Polres dan Polsek Warudoyong. Sosialisasi juga sudah dilakukan, termasuk lewat Instagram Kantor Pos Sukabumi," tutupnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siti Fatimah
EditorSiti Fatimah
Follow Us