Ala Pacu Jalur, Festival Pecunan Jadi Cara Komunitas di Majalengka Jaga Lingkungan Sungai

- Festival Pecunan menjadi ajang kampanye menjaga lingkungan sungai
- 57 perahu ikut serta dalam festival, dengan penambahan tari belentung dan peserta lomba
- Event tersebut berpotensi menjadi agenda rutin Pemkab dan destinasi wisata baru
Majalengka, IDN Times- Jika di Riau ada Pacu Jalur, di Kabupaten Majalengka ada Pecunan. Keduanya memiliki kesamaan dari sisi lomba yakni lomba mendayung perahu. Namun, Festival Pecunan di Majalengka merupakan kegiatan rutin yang dihelat komunitas Hujan Keruh Jatitujuh untuk mengajak masyarakat menjaga lingkungan sungai khususnya di Saluran Cipelang.
"Ini pecunan ke empat, yang dihelat secara gebyar. Di festival ini ada dua lomba yakni pecunan itu sendiri atau lomba balap perahu dan perahu hias," kata panitia Festival Pecunan Saripudin 'Sarpud' Rahmat.
1. Jadi ajang menjaga lingkungan sungai

Bagi Komunitas Hujan Keruh, Festival Pecunan bukan sekadar hiburan. Pecunan, memiliki pesan besar terkait kampanye menjaga lingkungan, khususnya sungai. Pesan tersebut tampak jelas pada tema yang diangkat yakni Cipelang Makin Indah Jangan Kotori dengan Sampah.
"Tema festival tahun ini kami ambil Cipelang makin indah jangan kotori dengan sampah. Tahun kemarin Cipelang sudah indah jangan kotori dengan sampah. Jadi kami selalu mengangkat tentang kebersihan dan keindahan sungai, khususnya Saluran Cipelang yang jadi tempat event ini," kata dia.
Dengan dibalut hiburan, Sarpud berharap, kampanye tersebut bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat umum yang datang ikut menyemarakkan acara itu.
"Jadi harapan kami dari Festival Pecunan, masyarakat semakin sadar, masyarakat semakin mencintai kebudayaan lokal, mencintai kebersihan. Kami juga menyediakan kantong-kantong sampah, dan selalu mengingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan," jelas Sarpud.
2. Sebanyak 57 perahu ramaikan Festival Pecunan ke empat

Dari sisi festival sendiri, jelas Sarpud, ada beberapa perubahan dibanding event tahun lalu. Pada festival Pecunan tahun ini, diisi juga dengan Tari Belentung yang dibawakan oleh seratus penari.
Tari Belentung sendiri merupakan tarian yang diciptakan oleh seniman lokal Jatitujuh, yang terinspirasi dari profesi warga sebagai petani.
"Alhamdulillah ada penambahan satu item, yaitu seratus penari belentung," jelas dia.
Untuk lomba, kata dia, khususnya perahu hias ada kenaikan peserta dibanding tahun lalu. "Ada peningkatan jumlah rakit hias. Dari tadinya (tahun lalu) 12 menjadi 17. Ada dua jenis lomba. Yaitu lomba pecunan atau balap perahu. Yang diikuti 40 grup. Berarti 80 orang," kata dia.
"Untuk rakit hias, kami ambil penilaian kreativitas dan kehebohan peserta. Kreativitas dalam pembuatan rakit, itu jadi penilaian. Rakit hias masih dari lokal, tiap blok di Desa Jatitujuh. Mudah-mudahan Pemda mendukung, tahun depan bisa lebih banyak lagi, rakit hias yang se kecamatan atau bahkan se kabupaten," lanjut dia.
3. Diagendakan masuk event rutin Pemkab

Sementara itu, Bupati Majalengka Eman Suherman menjelaskan, agenda itu tidak menutup kemungkinan akan menjadi event tahunan dari Pemda.
"Coba kami gagas menjadi agenda rutin pemerintah daerah. Saya yakin ini akan menjadi destinasi wisata baru," kata Eman usai membuka langsung Festival Pecunan.
Mengambil inspirasi dari Pacu Jalur, Eman kembali menegaskan event tersebut bisa menyedot para wisatawan. "Saya berpikirnya seperti itu (seperti pacu jalur). Bahkan, ini kan saluran ini sudah terbangun semua. Kalau kita tata, dikelola, andaikan kita punya inisiatif, ada paket-paket wisata yang kita jual," jelas dia.
Ditegaskan bupati, di luar hiburan, masyarakat juga diminta untuk memahami pesan dari event tersebut.
"Mengingatkan masyarakat, saluran cipelang yang luar biasa ini, mari kita pelihara, kita jaga. Jangan sampai dikotori. Pesan moral yang ingin disampaikan mereka, harus kita tangkap," jelas Eman.