TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Spanduk Bertuliskan Anti Khilafah Bagi Rektor ITB Terpasang di Bandung

MWA ITB belum tahu maksud dari pemasangan tersebut

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Sebuah spanduk bertuliskan antikhilafah terpampang di perempatan sekitar Simpang Dago, Jalan Ir H Djuanda, tidak jauh dari Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Munculnya spanduk ini diduga terkait proses pemilihan rektor baru ITB.

Tulisan utuh dalam spanduk itu yakni "ITB Butuh Rektor yang Anti Khilafah, Anti Radikalisme, Anti Intoleransi". Spanduk ini pun bisa terlihat sangat jelas karena berada tepat di persimpangan jalan.

Spanduk ini diperkirakan dikirim dari alumni ITB. Sebab di spanduk terdapat logo bertuliskan Gerakan Anti Radikalisme Alumni Institut Teknologi Bandung.

Menanggapi hal ini, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, Rahmat Syafei mengatakan, tulisan anti khilafah yang ada dalam spanduk tersebut harus dipertanyakan kembali. Sebab kata khilafah di Indonesia saat ini banyak ditafsirkan.

"Khilafah itu kan sebenarnya bentuk pemerintahan pada jaman dulu. Nah kalau konsep khilafah di Indonesia sekarang ini memang bertentangan dengan sistem pemerintahan Indonesia," ujar Rahmat ketika dihubungi, Senin (9/9).

1. Penurunan spanduk kewenangan dari polisi

IDN Times/MUI Jabar

Agar tidak menimbulkan pertentangan di masyarakat, spanduk seperti itu memang sebaiknya diturunkan terlebih dahulu untuk mengetahui alasan pemasangannya. Meski demikian, MUI tidak bisa serta merta menurunkan spanduk itu. MUI menyerahkan persoalan ini kepada pihak kepolisian atau pihak lain yang lebih berwenang.

"Saya tidak tahu mungkin bisa begitu atau tidak, takutnya ini tersinggung nanti. Tapi saya tidak bisa terlalu jauh (mengomentari ini)," ujar Rahmat.

Menurut dia perlu pertimbangan terlebih dahulu untuk mengetahui lebih jelas atas tulisan dalam spanduk itu. Sejauh ini MUI belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai tulisan dalam spanduk tersebut. Sebab MUI belum tahu apakah tulisan itu berdasarkan kelompok tertentu atau memang mengenai sistem pemerintahan khilafah.

2. MWA sudah dapat informasi terkait spanduk tersebut

IDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, Ketua Majelis Wali Amanah (MWA) ITB, Yani Panigoro, mengatakan, pihaknya sudah tahu terkait adanya spanduk anti khilafah untuk rektor ITB yang baru. Dia mengklaim hal seperti ini bisa terjadi karena sekarang perkembangannya masyarakat melalui media apapun bisa menyampaikan apa yang mereka anggap benar atau salah.

"Saya pikir itu bukan dari yang dukung calon. Itu barang kali siapa saya juga ga ngerti, jadi tidak usah dipermasalahkan," paparnya.

Di sisi lain, MWA sangat berharap rektor ITB yang terpilih nanti bisa mewakilkan kondisi kampus yang mahasiswa maupun dosennya berasal dari seluruh daerah mulai Aceh sampai Papua. Dengan demikian rektor tersebut jelas harus menjunjung tinggi kebhinekaan dan keberagaman Indonesia.

"Jadi yang terpenting memang keberagaman itu harus tercermin," ujarnya.

Terdapat sejumlah persyaratan untuk maju dalam pemilihan rektor ITB. MWA memastikan setiap warga negara Indonesia berhak ikut serta dalam pemilihan rektor. Namun ada beberapa syarat yang tentunya harus dipenuhi. Mulai dari batasan usia maksimal 60 tahun hingga pendidikan minimal S3.

Selain itu, yang bersangkutan juga harus memberikan pernyataan setia kepada Pancasila dan NKRI menjadi syarat administrasi yang baru. Pihaknya sengaja mencantumkan hal itu sebagai bukti ITB menjunjung tinggi Pancasila dan NKRI. 

Baca Juga: Polda Jabar Tangkap Pelaku Penjual Kosmetik Kedaluwarsa 

Baca Juga: YLKI Dukung Langkah KPAI dan Lentera Anak Terkait Audisi PB Djarum

Berita Terkini Lainnya