Lahan Pertanian Bandung Utara Kian Rusak, Pemerintah Disalahkan
Tanah pertanian di Cimenyan sangat kering
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Kawasan Bandung Utara makin hari makin rusak dengan banyaknya aktivitas penggunaan lahan baik untuk perumahan, hotel, atau pertanian sayuran. Kegiatan ekonomi yang tidak selaras dengan alam dipastikan dapat menimbulkan kerusakan berkepanjangan.
Hal ini disampaikan pembina yayasan Odesa Indonesia, Basuki Suhardiman, usai bertemu dengan para petani di ladang Desa Cimenyan, Kabupaten Bandung. Menurutnya, kerusakan lingkungan di kawasan Bandung Utara sudah parah. Kondisi itu sangat mungkin berdampak pada bencana yang menimpa masyarakat sekitar.
“Ini adalah masalah orang mencari makan, atau berekonomi. Petani atau bukan petani melakukan kegiatan dengan cara salah urus. Pemerintah memainkan peran kesalahan sejak dulu, karena antisipasi dalam pembangunan dan model pertanian tidak memperhatikan alam,” kata Basuki, melalui siaran pers, Rabu (20/10/2021).
1. Pemerintah tidak tegas atasi kerusakan lingkungan
Menurut Basuki, ada dua kegiatan ekonomi yang merusak lingkungan di Kawasan Bandung Utara (KBU), yaitu kegiatan pembangunan untuk hunian, termasuk hotel, villa, kafe, restoran dan wisata. Kerusakan lainnya juga terjadi di area pertanian di kawasan Cimenyan di mana ribuan hektar lahan-lahan gersang saat musim kemarau dan pada musim hujan tanah-tanah menjelma menjadi lumpur yang larut ke kota Bandung.
Untuk meminimalisir kemungkinan timbulnya bencana, Basuki berharap pemerintah daerah segera menegakkan aturan yang ada. Jangan sampai peraturan itu tidak dijadikan landasan kerja negara.
"Saya masih melihat pemerintah, dalam hal ini gubernur, tidak serius mendorong para bupati untuk berindak aktif melarang pembangunan-pembangunan yang marak di KBU," ujarnya.
Dia menyebut bahwa pembangunan masih berjalan secara masif. Artinya tidak ada tindakan dari pemerintah untuk menghentikan pembangunan yang bisa merusak alam, termasuk dalam urusan pertanian. Aksi-aksi nyata memperbaiki lingkungan pertanian sangat minim.
Baca Juga: Kekeringan, Warga Lima Desa di Kaki Gunung Merapi Krisis Air Bersih
Baca Juga: Longsor Hingga Banjir Bandang Terjang Tiga Desa di Bandung Barat