TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Keluh Ridwan Kamil Tentang Vaksinasi: Suplai ke Jabar Tak Proposional

Vaksinasi harus merata agar Indoonesia lepas dari pandemik

IDN Times/Humas Jabar

Bandung, IDN Times - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjelasksan sejumlah persoalan vaksinasi di Provinsi Jawa Barat (Jabar) yang sangat menantang. Hal ini disampaikan dalam video berdurasi 9 menit yang diunggah lewat Instagram Diskominfo Jabar.

Pria yang akrab disapa Emil ini menyebut bahwa pemerintah menargetkan vaksinasi untuk masyarakat di seluruh Jabar bisa selesai pada Desember 2021. Sayangnya, keinginan itu tidak selaras dengan suplai vaksin yang masih tersendat.

"Presiden (minta) Jabar harus beres Desember itu membutuhkan kurang lebih 15 juta dosis per bulan. Jadi jangan bicara kurang atau apa, kalau suplainya saja tak sebanyak ini. Jadi problemnya itu bukan di daerah tapi suplainya (dari pemerintah pusat) belum masuk," ujar Emil dalam video tersebut dikutip IDN Times, Kamis (2/8/2021).

1. Baru 25 persen warga wajib vaksin dapat dosis pertama

Ilustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Untuk menciptakan kekebalan komunal, 75 persen dari total 50 juta penduduk Jabar harus divaksin. Artinya, ada 35 juta jiwa warga Jabar yang menjadi target vaksin.

Angka sebesar itu harus dicapai dalam waktu empat bulan saja sesuai permintaan Presiden Jokowi. "Kita sudah dikasih 18,6 juta dosis. Sudah disuntikan 14,4 juta, atau 77,4 persen dari yang dikasih. Dosis pertama 25 persen atau 9,4 juta penduduk. Dosis kedua ada 5 juta," katanya.

Namun, banyak kendala yang dihadapi daerah di Jabar salah satunya yakni distribusi vaksin yang belum proporsional untuk mendorong target vaksinasi tuntas akhir tahun. Menurutnya sesuai perhitungan Jabar, perlu 15 juta dosis per bulan agar 37 juta warga Jabar bisa divaksin hingga akhir tahun. Suplai vaksin yang tidak proporsional menjadi kendala paling berat.

“Ada provinsi yang penduduknya sedikit tapi vaksinnya banyak. Ada provinsi besar seperti Jabar vaksinnya sedikit yang ngasihnya. Maka kalau dipersentasekan masih jauh, padahal jumlah vaksinnya saja sedikit," ujar Emil.

2. Indonesia bisa keluar dari pandemik ketika semua orang dapat vaksinasi

Vaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis pertama pada seorang seniman saat vaksinasi massal bagi seniman dan budayawan, di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (19/4/2021). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Di sisi lain, Emil menilai vaksinasi di luar Pulau Jawa kurang optimal. Padahal, untuk mengeluarkan Indonesia dari pandemik COVID-19 vaksinasi massal harus dimasifkan di luar Jawa.

No one safe until everyone is safe,” katanya.

Dalam kondisi pandemi ini semua warga tidak akan aman sampai semua masyarakat di Indonesia aman. Artinya pemerintah memastikan vaksinasi di luar DKI dan Pulau Jawa aman.

"Tidak bicara wilayah, tidak bicara hanya ibu kota, tidak bicara pulau Jawa tapi Indonesia,” tuturnya.

Menurut Emil pandemik COVID-19 tidak mengenal batas-batas administrasi. Keberhasilan vaksinasi di satu daerah tidak akan berpengaruh banyak jika daerah lain masih belum optimal. Begitu juga, kekurangan vaksin di satu daerah, akan berdampak pada daerah lainnya.

Baca Juga: Pemprov Jabar Pastikan Belum Ada Pejabat yang Dapat Booster Vaksin

Baca Juga: Pemprov Jabar Pastikan Belum Ada Pejabat yang Dapat Booster Vaksin

Berita Terkini Lainnya