Terbujuk Tawaran Sekolah di Luar Negeri, 50 Siswa di Bandung Tertipu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Puluhan orangtua siswa menjadi korban penipuan sebuah lembaga pendidikan di Kota Bandung, dengan total kerugian mencapai Rp5 Miliar. Mereka pun melaporkan oknum pengajar yang diduga telah membawa kabur duit mereka ke Polda Jabar.
Salah satu korban, Rosi mengaku sudah menyetorkan uang sebesar Rp400 juta ke terduga pelaku untuk program pendidikan anaknya di Tiongkok.
"Pertamanya kami diajak untuk ikut program sekolah di China, sistemnya itu deposit dulu, kami simpan uang di terduga nanti keperluan anak kita diurus semua, tapi ternyata uang kita oleh terduga ini diselewengkan," ujar Rossi, Jumat (14/7/2023).
1. Tertarik karena ada teman sudah memberangkatkan anaknya
Rosi mengaku tertarik mengikuti program yang ditawarkan terduga pelaku karena sudah banyak siswa-siswa yang dikirimkan sekolah ke Tiongkok. Bahkan anak salah satu saudaranya pun telah diberangkatkan ke sana melalui program dari lembaga pendidikan terduga pelaku.
"Ada saudara saya sudah ikut program dia (terduga pelaku) dengan iming-iming agen ini bisa mengurus anak-anak kita, menjamin keamanannya selama di sana, termasuk persiapan anak kita untuk sekolah, mulai dari bahasa dan pelajarannya agar bisa mengikuti standar di sana," katanya.
2. Uang digunakan bayar pinjol dan judi bola
Dari keterangan terduga pelaku, kata Rosi, dana yang sudah terkumpul dari para korban malah digunakan untuk keperluan siswa-siswa lain yang sudah bersekolah di Taiwan.
Tidak hanya itu, terduga pelaku pun menggunakan dana dari orangtua yang membayar untuk kebutuhan pinjaman online dan judi bola.
"Sisanya dipakai buat bayar utang sama bunganya dan judi," katanya.
3. Seharusnya anak para korban sudah berkuliah di luar negeri
Seorang korban lainnya, Thomas mengatakan saat ini sudah ada 50 orang korban dari oknum pengajar terkait dugaan penipuan dan penggelapan uang.
Total kerugian yang dialami korban diduga mencapai Rp 5 miliar. Kasus tersebut mulai terungkap pada Mei 2023, saat ada anak korban yang batal berangkat.
"Harusnya anak kami itu masuk SMA di daerah Hangzhou, China, supaya kalau kami mau lanjut ke universitas bisa lebih mudah," ucapnya.
Sementara Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Pol. Ibrahim Tompo mengaku belum menerima laporan pengaduan tersebut.
"Belum ada infonya," ujar Ibrahim.
Baca Juga: 7 Mata Kuliah yang Dipelajari di Jurusan Sastra Inggris
Baca Juga: 5 Kampus Terbaik Korea Selatan yang Masuk Top 100 Kampus Terbaik Dunia