Gunung Semeru Erupsi, PVMBG: Masih Berstatus Waspada
Masyarakat dilarang beraktivitas radius 1 km dari Semeru
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan pemantauan aktivitas gunung api di seluruh Indonesia, termasuk Semeru. Dari data pemantauan yang dilakukan selama 1 hingga 30 November 2021 gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati hembusan gas dari kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal tinggi sekitar 100-600 meter dari puncak.
Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut. Suhu udara sekitar 20-32°C. Erupsi masih terjadi tidak menerus, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu dengan tinggi maksimum 300 hingga 600 meter dari atas kawah/puncak.
Dikutip dari laman resmi PVMBG, pada 1 Desember 2021 terjadi awan panas guguran dengan jarak luncur 1.700 m dari puncak, atau 700 meter dari ujung aliran lava, dengan arah luncuran ke tenggara. Pasca kejadian awan panas guguran terjadi guguran lava dengan jarak dan arah luncur tidak teramati.
Pada 4 Desember 2021 mulai pukul 13.30 WIB terekam getaran banjir, kemudian pada pukul 14.50 WIB teramati awan panas guguran dengan jarak luncur 4 kilometer (km) dari puncak atau 2 km dari ujung aliran lava ke arah tenggara (Besuk Kobokan), tetapi hingga saat ini sebarandan jarak luncur detail belum dapat dipastikan.
"Jumlah dan jenis gempa yang terekam selama 1 hingga 30 November 2021 didominasi oleh gempa-gempa permukan berupa Gempa Letusan dengan rata-rata 50 kejadian per hari, dan Gempa Guguran pada 1 dan 3 Desember 2021, masing-masing 4 kali kejadian. Gempa-gempa vulkanik (Gempa Vulkanik Dalam, Vulkanik Dangkal, dan Tremor) yang mengindikasikan kenaikkan magma ke permukaan terekam dengan jumlah sangat rendah," tulis siaran pers tersebut, Minggu (5/11/2021).
1. Awan panas Semeru akibat ketidakstabilian lava
Dari pengamatan visual PVMBG, pemunculan guguran dan awan panas guguran diakibatkan oleh ketidakstabilan endapan lidah lava. Aktivitas yang terjadi pada 1 dan 4 Desember merupakan aktivitas permukaan (erupsi sekunder). Dari kegempaan tidak menunjukkan adanya kenaikkan jumlah dan jenis gempa yang berasosiasi dengan suplai magma/batuan segar ke permukaan.
Adapun potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Semeru berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak, sedangkan material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.
"Potensi ancaman bahaya lainnya berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak. Jika terjadi hujan dapat terjadi lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak," masih dikutip dari rilis tersebut.
Baca Juga: Erupsi Gunung Semeru: 2 Orang Hilang dan 10 Terjebak Abu Tebal
Baca Juga: Data Kemenkes: 45 Orang Luka Bakar Akibat Erupsi Gunung Semeru