PSBB Berakhir Besok, Ini Saran Akademisi Unpad untuk Pemkot Bandung
Saran ini perlu dipertimbangkan oleh Wali Kota Bandung
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Pemerintah Kota Bandung kumpulan ahli Epidemiologi, Ekonomi dan Antropologi guna meminta masukan langkah ke depan setelah Pembatasan Sosial Berskla Besar (PSBB) Proposal berakhir. Para ahli sebut pemerintah Kota Bandung harus persiapkan berbagai skema untuk Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).
Ahli Epidemiologi dari ilmu kesehatan masyarakat Universitas Padjadjaran, Irvan Afriandi mengatakan, WHO saat ini sudah sarankan dua ranah yang harus dikuatkan dan disiapkan dari pandemik COVID-19 tersebut. Ranah pertama yakni kelayakan kesehatan dan kedua survailnce.
"Dua hal ini berdasarkan pengamatan kami. Kota Bandung sudah banyak berinvestasi dan banyak memperbaiki, menguatkan dan memastikan pada akhirnya," ujar Irvan pada wartawan di Balai Kota Bandung, Kamis (11/6).
Menurutnya, dalam situasi seperti ini keputusan apapun akan diambil bagaimana tren epidemi itu sendiri. Ia juga melihat saat ini trend berdasarkan data dari Kota Bandung ada kencenderungan menurun.
"Berdasarkan data yang ada trennya menurun kalau angka sih masih belum mencapai kalau kita melihat angka reproduksi. kalau tren menurun dan kalau indikator lain menurun meskipun belum menguatkan tapi turun itu lah yang jadi modal optimisme kita selama ini," tuturnya.
"Ini harus dipelihara dan terus di kuatkan dalam sistem pelayanan terutama dari sisi sistem pelayanan kita melihat tempat perawatan ventilator dan lainnya insallah sudah baik," tambahnya.
1. Dua sistem ini harus diterapkan setelah PSBB Proporsional
Dari sistem survailnce, Kota Bandung menurutnya juga sudah saling menguatkan. Yang terpenting saat ini adalah pasien positif yang dirawat di rumah sakit dan pasien positif yang diminta isolasi mandiri harus dipisahkan. Ia mengatakan, yang layak mendapatkan perawatan di rumah sakit adalah pasien positif COVID-19 dengan gejala, sedangkan tanpa gejala ada baiknya di isolasi secara mandiri dengan perhatian lebih.
Ia meminta, pola tersebut bisa dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung untuk langkah ke depannya. Selain itu, melalui strategi tersebut, diyakininya bisa memetakan lebih jelas penyebaran COVID-19 di Kota Bandung.
"Jadi yang dirawat itu yang bergejala dan butuh perawatan. bisa jadi yang tidak dirawat di rumah sakit tidak bergejala untuk itu lah upaya selanjutnya isolasi mandiri. Strategi ini lebih ke target dan pastikan yang bersangkutan tidak melakukan aktivitas di luar rumah oleh karenanya kalau kita bisa menjaga dan pastikan positif isolasi mandiri tidak jadi penularan," jelasnya.
Ia beranggapan, jika sistem tersebut diterapkan, maka Pemkot Bandung akan lebh menghemat biaya dalam menangani virus corona. Namun, pasien positif yang menjalani isolasi mandiri juga perlu diberikan hak hidup.
"Hak hidup pastikan dia dirawat dan dilayani dengan baik. Kedua hak sehat bagaimana caranya orang yang berhak dapat sehat dan jangan tertular.tiga baru hak sosial ekonomi.jadi kalau semua terpenuhi hak ekonomi tidak akan terabaikan," katanya.
Baca Juga: Bandel! Pemkot Bandung Segel Cafe Gedogan Kopi dan Warung Aceh Kemang
Baca Juga: Pemkot Bandung Harus Cepat Lacak Kontak Pedagang Reaktif COVID-19
Baca Juga: Waspada! Pemkot Umumkan Tiga Klaster Baru Virus Corona di Kota Bandung