TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apes! Pasukan Tahu dan Tempe di Jabar Gimana Amerika Serikat

Harga kedelai lokal lebih tinggi dari kedelai impor

Ilustrasi produsen tempe (6/1/2021) (ANTARA FOTO/Indrayadi TH)

Bandung, IDN Times - Produsen tahu dan tempe di Jawa Barat (Jabar) ramai-ramai melakukan aksi mogok produksi selama 28-30 Mei 2021. Mereka melakukan tindakan itu lantaran harga kedelai di pasaran yang terus melonjak sejak Januari 2021.

Aksi mogok ini disampaikan melalui surat pernyataan Paguyuban Tahu dan Tempe Jabar pada Kamis (27/5/2021). Sejumlah instansi terkait yang menangani persoalan ini masih belum memberikan solusi konkret. Mereka berujar bahwa rantai pasaran kedelai masih dikuasi oleh asing.

1. Disperindag Jabar anggap kenaikan harga kedelai akibat importir AS tengah kesusahan

Pekerja membuat tempe di sentra perajin tempe Sanan, Malang, Jawa Timur, Senin (4/1/2021). Perajin tempe setempat berupaya mengurangi kerugian akibat melonjaknya harga kedelai impor dari Rp.6.750 menjadi Rp.9.100 per kilogram (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Persoalan ini diakui oleh Eem Sujaemah, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Dinas Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar. Ia mengatakan bahwa meningkatnya harga tahu dan tempe diakibatkan minimnya pasokan kedelai yang masuk ke Indonesia.

"Berdasarkan keterangan Kementerian Perdagangan, importir lagi susah. Amerika sebagai importir lagi banyak permintaan, kedelai di Jabar ada, tidak langka, namun harganya mencapai Rp10.500-Rp10.700 per kilogram," ujar Eem di Bandung, Kamis (27/5/2021).

2. Wakil Wali Kota Bandung juga anggap naiknya harga kedelai akibat pasar luar negeri

IDN Times/Galih Persiana

Senada dengan Eem, Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengatakan, berdasarkan laporan yang ia dapatkan, ketersediaan stok kedelai impor di Kota Bandung itu sebenarnya tak mengalami kendala. Namun, harganya mengalami kenaikan dari tren harga global di luar negeri.

"Amerika sebagai penghasil kedelai utama dunia itu belum panen. Berdasarkan informasi, ada pesanan yang luar biasa dari China ke Amerika itu sangat banyak. Ini juga mungkin faktor supply-demand, sehingga harga globalnya naik," kata Yana dalam rilis yang diterima IDN Times, Sabtu (29/5/2021). 

3. Yana Mulyana anggap persoalan ini seperti siklus yang tidak pernah ada habisnya

IDN Times/Humas Bandung

Menurut Yana, hal tersebut merupakan siklus yang terus berulang. Ia pun berpikir salah satu solusinya ialah dengan swasembada pangan, karena memang harga kedelai lokal lebih mahal dibanding kedelai impor.

"Karena paling kita lima persen produk lokal, 95 persen dari luar negeri. Itu pasti siklus seperti ini bisa berulang, karena kita sangat bergantung dari pihak luar. Tetapi itu kebijakannya dari pusat," ujarnya.

Baca Juga: Protes Harga Kedelai, Pedagang Tahu Tempe di Tasik Mogok Produksi

Baca Juga: Pengrajin Tahu dan Tempe di Jabar Ancam Mogok Produksi

Berita Terkini Lainnya