TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Curah Hujan Tinggi, Petani di Majalengka Percepat Masa Panen

Majalengka, Salah Satu Lumbung Padi dan Jagung di Jawa Barat

IDN Times/Andra Adyatama

Majalengka, IDN Times – Kabupaten Majalengka merupakan salah satu sentra penghasil padi dan jagung terbesar di provinsi Jawa Barat. Bahkan, persebaran lahan pertanian ini merata hampir di semua wilayah di Kabupaten Majalengka

Namun, Intensitas hujan deras dan terus menerus mengakibatkan sejumlah petani di beberapa desa di wilayah Kecamatan Jatitujih, Kabupaten Majalengka terpaksa mempercepat panen. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakan padi karena diterjang angin dan banjir.

1. Harga padi anjlok

IDN Times/Andra Adyatama

Menurut petani di Desa Panyingkiran Abdul Rohim mengaku, selama musim hujan dengan intensitas tinggi, sejumlah petani terpaksa melakukan panen dini karena hampir sebagian besar tanaman padi rebah terkena angin dan banjir. Akibatnya padi terendam banjir dan lumpur. 

“Kami sudah berupaya mengikat setiap rumpun padi agar tidak rebah karena waktu panen masih beberapa minggu lagi,” kata Rohim, Minggu (10/3).

Dia mengatakan, sekarang bulir padi hitam karena terendam lumpur. Akibatnya harga anjlok. Hujan yang terus menerus pun mengakibatkan petani sulit menjemur gabah. Padi yang biasanya bisa kering dalam waktu empat hari kini masih basah.

Akibat cuaca buruk dan kondisi gabah yang kurang baik karena terendam lumpur, serta memasuki musim panen, kini harga gabah mulai merosot tajam hingga di kisaran Rp470 ribu per kuintal. Padahal dua minggu sebelumnya harga gabah masih di kisaran Rp600 ribu hingga Rp610 ribu per kuintal.

Karena harga merosot tajam, banyak petani yang terpaksa menjual gabahnya ketika masih basah begitu panen usai. Sebagian menjual seharga Rp440 ribu malah yang kondisi gabahnya hitam dijual Rp430 ribu per kuintal.

“Para petani pada saat panen rendeng (hujan) memang punya kebiasaan langsung menjual gabah karena sulit menjemur. Selain itu pada tahun ini kondisi gabah juga kurang baik,  rebah,” kata Rohim.

Petani  hanya bisa menyisakan padi untuk makan. Selebihnya  langsung dijual untuk biaya menggarap pada musim tanam kedua serta menghindari semakin merosotnya harga gabah di tingkat petani.

2. Varietas Inpari 32 masih jadi favorit petani

IDN Times/Andra Adyatama

Kepala Balai Penyuluh Pertanian kecamatan Jatitujuh Kasman mengatakan, Inpari 32 selama empat musim berturut-turut menjadi varietas favorit yang paling banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Jatitujuh.

Dia menyebutkan, petani sudah terlanjur menyukai varietas tersebut karena mereka merasakan langsung adanya kenaikan produktifitas yang tinggi jika disbanding dengan varietas-varietas lain yang mereka tanam pada musim-musim sebelumnya.

Lebih lanjut Kasman menambahkan, selama empat musim tanam tahun 2018 sampai dengan musim tanam 2019 luas lahan sawah yang ditanami varietas Inpari 32 kurang lebih 3.000 hektare dengan teknologi sistem tanam jajar legowo.

Pihaknya juga berpesan agar para petani selalu melakukan monitoring perkembangan hama dan melakukan pemilihan varietas yang tepat.

Walaupun empat musim yang lalu petani berhasil dan sudah terlanjur menyukai Inpari 32, namun Kasman berharap petani bersedia melakukan pergiliran varietas dan hal ini penting karena dengan pergiliran varietas bisa menentukan keberhasilan petani menekan serangan hama dan menghindari kegagalan panen.

3. Musim hujan padi rentan rebah

IDN Times/Andra Adyatama

Selain itu, memasuki musim hujan tanaman padi mulai menua, tentu akan rentan roboh jika terkena angin dan hujan. Apalagi apabila tanaman padi tumbuh terlalu subur akan semakin rentan untuk roboh, hal ini akibat dari batang tanaman tidak kuat menopang daun dan bulir padi.

Rebahnya tanaman padi dapat menyebabkan menurunnya hasil panen, selain itu juga akan menyulitkan dan menambah biaya saat proses pemanenan. Banyak hal yang dilakukan oleh petani kita dalam rangka pengendalian roboh, misal dengan melakukan pengikatan akan tetapi hal tersebut tidak maksimal.

“Penyebab roboh diantaranya, tanaman padi terlalu gemuk yang berakibat batang tanaman padi tidak kuat menopang daun yang tumbuh sangat lebat. Selain itu pangkal batang tanaman rusak yang disebabkan oleh penggenangan air yang terus menerus tanpa adanya pengaturan pengairan,” ujarnya.

Untuk itu ada beberapa solusi, diantaranya saat musim hujan tanamlah varietas padi yang jenisnya tidak tinggi atau yang tahan air. Cara berikutnya dengan pemupukan yang berimbang atau dengan mengurangi pupuk dengan unsur N semisal urea yang menyebabkan daun tumbuh terlalu lebat.

Cara selanjutnya dengan melakukan pengaturan pengairan, kadang dengan mengeringkan lahan pertanian jangan terus menerus menggenangi tanaman padi karena bisa mengakibatkan batang mudah busuk.

“apabila pemupukan sudah terkontrol dan berimbang tetapi tanaman masih terlalu gemuk, maka lakukan langkah pemotongan daun bagian atas. Pemotongan ini bertujuan untuk mengurangi beban yang ditopang batang tanaman padi agar nantinya saat terkena hujan batang kuat menopang,” tandasnya.

Berita Terkini Lainnya