26.820 Tenaga Kerja di Jabar Kena PHK Sepanjang 2024

Bandung, IDN Times - Kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Provinsi Jawa Barat mencapai 26.820 orang. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jabar menyatakan sektor paling banyak melakukan PHK yaitu industri manufaktur.
"Berdasarkan data non aktif BPJS ketenagakerjaan total kasus PHK sepanjang 2024 ada sebanyak 26.820 orang," ujar Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Disnakertrans Jabar Firman Desa, saat dikonfirmasi, Selasa (21/1/2025).
1. Industri manufaktur yang banyak melakukan PHK

Berdasarkan data itu ada beberapa wilayah yang paling tinggi dilaporkan terjadinya kasus PHK, seperti wilayah Cikarang, Bekasi yang mencapai 2.965 orang, kemudian Karawang 3.138 orang, dan Kota Bekasi 4.346 orang. Firman membenarkan kasus PHK ini banyak ditemukan di industri-industri besar.
"Kebanyakan industri manufaktur seperti garmen dan tekstil," ucapnya.
2. Kabupaten Bogor banyak melaporkan kasus PHK

Disnakertrans Provinsi Jabar juga mendapatkan data yang dilaporkan oleh 16 kabupaten dan kota sepanjang 2024. Hasilnya, ada 6.453 yang tercatat terdampak PHK di masing-masing industri yang ada di wilayah tersebut. Dari data ini terlaporkan paling banyak PHK terjadi di wilayah Kabupaten Bogor yang mencapai 1.294 orang.
Kemudian ada pula Kabupaten Bandung Barat 991 orang, Kota Bekasi ada 846 orang, Kabupaten Subang 663 orang, Kabupaten Purwakarta 560 orang, Kabupaten Bandung 556 orang, Kota Bandung 377 orang, dan Kabupaten Cirebon 208 orang.
"Sementara dari laporan 16 daerah itu, untuk Kabupaten Cianjur nol, Kabupaten Majalengka nol, Kabupaten Sumedang nol, serta ada beberapa daerah lain yang nol kasus," katanya.
3. Mengalami penurunan dibandingkan tahun 2023

Firman memastikan jika jumlah pekerja yang terkena PHK selama 2024 lebih sedikit ketimbang 2025. Adapun pada tahun sebelumnya angka PHK mencapai 54.131 orang, dan didominasi pekerja sektor barang dan jasa, aneka industri, dan barang konsumsi.
"Pada 2023 jumlahnya memang masih banyak, karena masih ada efek dari pandemi COVID-19. Tapi kalau dibandingkan dengan 2024 jumlah (PHK) menurun," kata dia.