Debat Soal Infrastruktur, Apa Masalah dan Solusi dari Kedua Kubu Ini
Jokowi-Prabowo klaim saling benar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Masing-masing kubu calon presiden yang maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 saling singgung soal infrastruktur. Kubu Joko ‘Jokowi’ Widodo mengklaim mereka berhasil membangun infrastruktur, sementara kubu Prabowo Subianto membantah dengan mengatakan pembangunan Indonesia tidak cukup hanya dengan infrastruktur saja. Tiap kubu punya pandangan dan alasannya masing-masing.
Tema infrastruktur ini juga akan menjadi bagian yang akan diperdebatkan dalam debat kedua yang diselenggarakan KPU. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), dalam konferensi persnya beberapa hari lalu, membahas permasalahan infrastruktur aja saja yang dihadapi Indonesia, termasuk solusinya.
Apakah dalam debat nanti kedua kubu sudah siap dengan segala permasalahan di bidang infrastruktur? Simak dulu yuk, paparan dari INDEF untuk mengintip gambaran persoalan infrastruktur di Indonesia.
1. INDEF menilai pembangunan infrastruktur belum cukup
Ekonom senior INDEF Faisal Basri menyebut pembangunan infrastruktur di Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negara tetangga. Sekadar contoh, Peringkat Logistic Performance Index (LPI) Indonesia pada 2018 berada di ranking 46, sementara Malaysia 41, Vietnam 39, dan Thailand 32.
“Upaya pembangunan infrastruktur sudah mulai dilakukan, namun belum mampu mencukupi kebutuhan yang diperlukan,” kata Faisal.
Solusi dari permasalahan ini, pemerintah perlu lebih mengoptimalkan keterlibatan sektor swasta melalui skema Public Private Partnership atau KPBU alias Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha dalam pembangunan infrastruktur ke depan.
“Porsi dominasi BUMN infrastruktur harus digeser dengan lebih melibatkan sektor swasta agar dapat menstimulasi langsung ke perekonomian,” saran Faisal.
Yang kedua, bisa juga pemilihan kebijakan infrastruktur berdasarkan prioritas yang paling bisa memberikan multiplier effect terhadap perekonomian secara luas.
Baca Juga: Ini Harapan Millennials Kota Bandung dalam Debat Capres Kedua Nanti
Pembangunan infrastruktur belum mampu menggeser pusat pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagian besar masih terpusat di Pulau Jawa. Hal ini terlihat dari data kontribusi PDRB Pulau Jawa terhadap PDB Nasional pada 2018 yang masih berada pada posisi 58,85 persen.
“Persentase ini justru mengalami kenaikan di bandingkan tahun 2014 yang berada pada posisi 58 persen. Padahal sudah ditargetkan kontribusi Pulau Jawa berada di bawah 56 persen,” ujar Faisal.
Gak adil dan gak baik tentunya kalau cuma pulau Jawa yang berkembang dong. Karena itu wilayah kepulauan seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku dan Papua mulai mendesain kebutuhan konsumsi khususnya barang-barang hasil manufaktur.
“Termasuk pembangunan industri di daerah luar Jawa sehingga pulau-pulau di luar Jawa bisa menghasilkan produk yang dapat dijual ke Jawa. Jika ini sudah berhasil dijalankan, maka konsentrasi penduduk di Jawa akan berkurang,” papar Faisal.
Baca Juga: Siap Hadapi Prabowo, Ini Bekal Jokowi di Debat Capres Nanti Malam
Baca Juga: Hadapi Jokowi di Debat Capres, Prabowo akan Bawa Kertas Catatan Data