Potensi Investasi Berkelanjutan Menjanjikan, Kata Presdir BNP Paribas
Ilustrasi neraca perdagangan. (IDN Times/Mardya Shakti)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Potensi investasi berkelanjutan di Indonesia masih terbuka lebar. Untuk mengoptimalkannya, dibutuhkan akses ke sumber pendanaan termasuk investasi, baik dari dana publik maupun swasta.
Hal tersebut menjadi pembahasan dalam sesi “Unlocking Sustainable Investment for Climate Action” dalam forum Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2023 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa (26/9/2023).
Diskusi tersebut diikuti Penasihat Khusus untuk Kementerian Keuangan Bidang Ekonomi Makro dan Kebijakan Fiskal Masyita Crystallin, Presiden Direktur PT BNP Paribas Asset Management Priyo Santoso, dan Direktur Operasi dan Keuangan PT SMI Darwin Trisna Djajawinata.
Dalam kesempatan itu, Priyo menyampaikan, investasi berkelanjutan di Indonesia terus meningkat dan PT BNP Paribas Asset Management merupakan salah satu pelopor penerapan investasi berkelanjutan di Indonesia yang menawarkan produk investasi berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG) pada 2016.
"Pertama kalinya kami memperkenalkan tema ESG ke dalam proses investasi ke dalam reksa dana syariah berbasis efek luar negeri kami. Pada saat itu, kesadaran investor dan investment di equity market di Indonesia memang masih belum cukup,“ kata Priyo, bercerita.
Kemudian pada 2018, PT BNP Paribas Asset Management menerbitkan produk reksa dana bertema Sustainable and Responsible Investment, salah satu cikal bakal tumbuhnya minat investor di Indonesia pada isu keberlanjutan.
“Kami mulai di tahun 2018 itu dengan dana kelolaan yang cukup kecil jadi masih di sekitar Rp200 miliar,” ujar Priyo.
Bagaimana kelanjutan dari produk tersebut?
1. Reksa dana PT BNP Paribas menghasilkan Rp3 triliun per Agustus 2023
Potensi Investasi Berkelanjutan Menjanjikan, Kata Presdir BNP Paribas (IDN Times/istimewa)Lambat laun, lanjut Priyo, produk ini berhasil menggalang investasi sebesar Rp3 triliun per Agustus 2023. Priyo menuturkan, untuk mendorong peningkatan investasi berkelanjutan, sejak awal 2022 PT BNP Paribas Asset Management juga sudah melakukan pendekatan (engagement) dengan berbagai perusahaan, termasuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
“Bukan berarti kalau kami berbicara mengenai sustainability di Indonesia itu akan terbatas. Sebetulnya ada banyak perusahaan-perusahaan sudah mulai memikirkan untuk bertransisi atau melakukan praktik bisnis yang berkelanjutan," kata Priyo.
Priyo mengaku bahwa hal tersebut bisa jadi aspek pengukuran bagi perusahaan. Sehingga, jika perusahaannya menerbitkan produk investasi yang mengangkat tema ESG, harus bekerja secara transparan.
"Ada skoring ESG dan carbon footprint yang menjadi KPI pengukuran kami, dan hasilnya harus lebih baik dari tolok ukurnya” tuturnya.
2. Edukasi tetap jadi perhatian SMI
Ilustrasi reksa dana (unsplash.com/Austin Distel)Direktur Operasi dan Keuangan PT SMI Darwin Trisna Djajawinata mengatakan, untuk mengawal investasi hijau di Indonesia, special purpose vehicle ini harus menekankan pada aspek edukasi dalam pendanaan proyek.
“Kami berikan mereka waktu sampai dengan satu tahun, lalu kami monitor, dan bagaimana ini nanti akan berpengaruh terhadap dengan proses pencairan pendanaan mereka berikutnya,” katanya.
Darwin mengatakan, edukasi menjadi perhatian SMI, bukan hanya dari segi pembiayaan dan investasi. Tujuannya agar proyek-proyek yang menerima fasilitas investasi berkelanjutan bisa memenuhi aspek keberlanjutannya.
Menurutnya, ada empat elemen penting dalam pembiayaan inovatif seperti pembiayaan campuran (blended finance) sebagai sumber pendanaan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
“Blended finance itu terjadi dari empat komponen: pengembangan proyek, pembiayaan dan investasinya, dan bagaimana kami bisa memberikan akses lebih luas kepada proyek-proyek untuk bisa mengakses dana-dana melalui pasar modal maupun instrumen lain,” katanya.
3. Blended finance diperlukan untuk galang investasi publik
Ilustrasi investasi (IDN Times/Sukma Shakti)Penasihat Khusus untuk Kementerian Keuangan Bidang Ekonomi Makro dan Kebijakan Fiskal Masyita Crystallin mengatakan, blended finance dibutuhkan untuk menggalang dana dari investasi publik, lembaga internasional, dan menarik dana swasta untuk membiayai dan mengurangi risiko dan biaya proyek-proyek berkelanjutan.
Dia menambahkan, pemerintah telah menempuh beberapa hal lain seperti memberikan kemudahan impor, insentif pajak, dan tax allowance di beberapa sektor tertentu untuk mengoptimalkannya.
Baca Juga: Kapan Waktu yang Tepat Menjual Reksa Dana?
Baca Juga: 3 Penyebab Reksa Dana Naik-Turun, Catat Ya!