Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tips dari Gita Wirjawan agar Anak-anak Bisa Jadi Generasi Emas 2045

WhatsApp Image 2025-07-26 at 1.32.22 PM.jpeg
Diskusi bersama Gita Wirjawan. IDN Times/Istimewa
Intinya sih...
  • Perbaikan sumber daya manusia demi Indonesia Emas 2045
    • Kualitas pendidikan perlu ditingkatkan
    • Investasi pada guru berkualitas penting
    • Kompensasi yang memadai untuk guru terbaik
    • Pemerataan pendidikan dan pengenalan STEM sejak dini
      • Sekolah harus menunjang para siswa dengan infrastruktur yang baik
      • Pengenalan STEM sejak usia dini penting untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa
      • Pendidikan STEM kuat bisa meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa
      • Pendidikan anak

Bandung, IDN Times - Pemerintah tengah mengejar perbaikan sumber daya manusia (SDM) demi tercapainya Indonesia Emas 2045. SDM yang unggul tidak hanya menjadi tugas pemerintah melalui pendidiklan semata, tetapi juga para orang tua yang menjadi orang pertama mengajarkan berbagai macam hal pada calon penerus bangsa.

Hal ini disampaikan Gita Wirjawan saat acara bersama Kreativa Global School di Summarecon Mall Bandung, Sabtu (26/7/2025). Mantan Menteri Perdagangan 2011-2014 dan Host End Game ini menuturkan, peran pendidik yakni guru dan orang tua sudah jelas amat penting dalam perkembangan anak. Namun, yang harus digaribawahi sekarang adalah kualitas pendidikan yang belum merata.

"Dan tidak semua pendidik memahami metode pengajaran yang ideal untuk anak," kata dia.

Untuk itu, masalah yang paling krusial untuk dibenahi adalah melakukan investasi pada guru berkualitas. Investasi ini tidak hanya dalam hal kapasitas kognitif, tetapi juga dari sisi kompensasi.

Sebab, guru terbaik adalah mereka yang tidak hanya memiliki kompetensi yang mumpuni, tetapi juga memerlukan penghargaan yang layak, baik secara materiil maupun non-materiil.

"Tanpa kompensasi yang memadai, sulit mempertahankan kualitas pengajaran," paparnya.

1. Kurangi kesenjangan infrastruktur

ilustrasi anak sekolah (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)
ilustrasi anak sekolah (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Hal penting lain yang harus dilakukan pemerintah termasuk sekolah adalah memastikan infrastruktur yang ada bisa menunjang para siswa. Saat ini persoalan tersebut membuat ada kesenjangan pendidikan yang sangat maju dan yang tertinggal karena infrastruktur belajar mengajarnya tidak maksimal.

"Saya yakin langkah ini (pemerataan pendidikan) masih sangat mungkin dilakukan dan akan membawa dampak signifikan bagi masa depan pendidikan Indonesia. Meskipun saat ini sudah ada peningkatan, ke depan kita harus lebih komprehensif, terutama dalam bidang STEM (Science, Technology, Engineering, dan Mathematics).

Menurutnya, penting untuk mengenalkan STEM sedini mungkin, bahkan sejak anak berusia 5 sampai 7 tahun. Mereka harus paham bahwa tanpa fondasi STEM yang kuat, Indonesia hanya akan terus tertinggal dalam persaingan global yang semakin kompleks. Hanya dengan pendidikan STEM yang kuat, produktivitas dan daya saing bangsa bisa meningkat.

2. Anak harus dikenalkan banyak hal

Ilustrasi pembelajaran coding dan AI di sekolah SD.jpeg
Ilustrasi pembelajaran coding dan AI di sekolah dasar. (AI/Gemini)

Menurutnya, orang tua pun harus bisa mengenalkan berbagai hal pada anaknya. Misalnya, anak bisa bertemu dengan beragam orang baik dari dalam negeri maupun luar negeri agar mereka tidak kaku ketika berbicara atau berkenalan dengan orang asing. Kemudian ilmu atau pengalaman yang didapat anak pun harus beragam, harapannya mereka bisa tahu berbagai hal untuk kemudian mencari minat yang sesuai anaknya.

"Saya dulu mendengar banyak jenis musik dan ini membuat saya juga jadi lebih berani melakukan eksplorasi untuk yang lainnya berawal dari situ (musik). Jadi jangan takut untuk mencoba hal baru," kata dia.

3. Pendidikan anak tak sekedar akademik

ilustrasi anak ikut les musik (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi anak ikut les musik (pexels.com/Yan Krukau)

Sementara itu, Founder Kreativa Global School Syauqi Robbani menuturkan, di tengah derasnya arus informasi dan perubahan sosial, survei Jakpat terbaru mengungkap bahwa 46,5 persen orang tua mengaku pengasuhan menjadi tantangan tersendiri bahkan 64 persen di antaranya terpengaruh oleh media sosial dalam membesarkan anak.

Namun, lebih dari 97 persen menyadari bahwa pendidikan anak tak hanya sebatas akademik. Holistic approach yang memadukan pengembangan soft skills, critical thinking, dan karakter semakin relevan dan tak terelakkan.

Global Parenting Summit 2025 hadir sebagai ruang kolaborasi para orang tua visioner untuk berbagi wawasan, memperoleh insight kekinian dari para pakar, serta membangun jejaring dengan komunitas penggerak pendidikan dan pengasuhan anak di Indonesia.

"Dengan semangat 'To educate is to learn', Kreativa Global School ingin menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya tentang kurikulum, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang menumbuhkan kecintaan terhadap belajar," kata dia.

Syauqi menambahkan, melalui forum ini, KGS menekankan pentingnya peran aktif orang tua sebagai pembelajar serta visi keluarga yang kuat terhadap pendidikan.

"Dan juga Mengoptimalkan teknologi dan memperkuat minat anak pada STEM serta menjadikan perubahan teknologi sebagai alat bantu” ujar Syauqi. "Acara ini bukan hanya ajang berbagi ilmu, tetapi juga ajang membangun solidaritas para orang tua untuk terus belajar bersama dan menyiapkan masa depan anak yang lebih baik," paparnya.

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us