Mendag: Jangan Perdaya Konsumen, Jual Barang Harus Seusai Janji

Enggar menuturkan, selama ini memang konsumen khususnya mereka yang membeli barang dari niaga daring (e-commerce) kurang puas. Sebab apa yang mereka dapat tidak sesuai janji atau jauh dari apa yang diharapkan bahkan berbeda dengan gambar yang disajikan pada produsen.

Padahal untuk bisa meningkatkan volume penjualan, para produsen seharusnya bisa memenuhi janji dan menjalankan komitmen berdagang dengan menyajikan barang sesuai gambaran.

"Kalau tidak sudah pasti perlahan akan di tinggal," kata dia.

Melalui penyelenggaran Harkonas, Enggar mengajak masyarakat yang menjadi konsumen baik barang maupun jasa bisa lebih paham kalau mereka sebenarnya memiliki hak atas apa yang dibeli. Dengan demikian, saat konsumen merasa kecewa dengan apa yang didapat, mereka bisa mengadu ke lembaga pemerintah maupun lembaga swasta.

"Kita coba menyadarkan kalau konsumen memiliki kemampuan untuk mengadu," papar Enggar.

Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Veri Anggriono Sutiarto, peringatan Harkonas merupakan salah satu langkah dari Kementerian Perdagangan sebagai upaya mewujudkan strategi nasional dalam perlindungan konsumen. Sesuai dengan kebijakan pemerintah terdapat sejumlah produk barang dan jasa yang harus dilindungi dalam penggunaannya oleh konsumen. Di antaranya adalah obat dan makanan, keuangan, transportasi, telekomuniasi, kesehatan, e-commerce, hingga kendaraan bermotor.

Veri menuturkan, sebagai konsumen masyarakat memang memiliki hak untuk mendapatkan barang sesuai dengan uang yang mereka keluarkan. Jangan sampai keinginan mendapatkan barang yang telah dijanjikan produsen tidak terpenuhi.

"Kita akan terus melakukan edukasi kepada konsumen. Dan sekarang sudah saatnya konsumen Indonesia berdaya," papar Veri.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil bercerita kalau dia sempat tertipu dengan barang yang dibeli secara online melalui e-commerce. Saat itu dia melihat baju batik dengan motif lingkaran di depan. Emil pun langsung membeli baju batik tersebut dengan harga Rp170 ribu.

Sayangnya ketika barang tersebut sampai, ternyata baju batik tidak sesuai dengan gambar. Batik yang di terima jahitannya kurang bagus dan motif lingkaran di depan nyatanya justru berbentuk lonjong.

"Saya kemudian melakukan proses komplain tapi itu juga tidak mudah," papar Ridwan Kamil.

Menurut Emil, sapaan akrabnya, masyarakat sekarang semakin dimudahkan dengan adanya jual beli online. Konsumen lebih memilih untuk membeli barang tanpa harus berjalan ke luar atau datang ke toko-toko. Konsumen berharap apa yang mereka inginkan bisa langsung sampai ke rumah atau kantor.

Dengan kondisi ini, justru produk yang dijual harus sesuai dan menjanjikan. Artinya, jangan sampai barang dari produsen justru mengecewakan.

"Quality control ini harus dijaga. Karena konsumen sekarang bisanya pasrah saja," ungkap dia.