Kelompok Alumi Unpas Desak Polisi Usut Tuntas Kasus Penembakan Gas Air Mata

- Polisi hanya jalankan tugas
- Aparat kepolisian dan TNI melakukan patroli skala besar untuk menjamin rasa aman dan nyaman bagi warga.
- Patroli dilakukan sebagai respons atas permintaan masyarakat yang merasa resah akibat aksi unjuk rasa anarkis.
- Kegiatan ini merupakan instruksi pimpinan agar TNI-Polri tetap solid dalam menjaga stabilitas.
- Diduga ada penyusup dalam aksi tersebut
- Meski massa mahasiswa telah membubarkan diri, segerombolan massa tetap bertahan dan menjadi pemicu kericuhan di beberapa titik.
- Ada gerombolan massa yang melakukan pemblokiran j
Bandung, IDN Times - Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan (Unpas) prihatin dengan apa yang menimpa mahasiswa almamater mereka usai diserang gas air mata oleh aparat, Senin (1/9/2025) malam. Ketua IKA FEB Unpas, Shobirin mengatakan bahwa aksi itu melukai rasa aman civitas academica dan mencederai prinsip kampus sebagai ruang intelektual.
"Aksi itu menimbulkan korban di kalangan mahasiswa, relawan medis, dan petugas keamanan," kata Shobirin, Rabu (3/9/2025).
Penembakan gas air mata ini jelas mengguncang kepercayaan publik terhadap perlindungan hak-hak dasar di dunia pendidikan. Sebagai organisasi, alumni FEB Unpas mendesak pihak terkait untuk mengusut tuntas dan menjelaskan secara transparan alasan serta prosedur tindakan yang dilakukan.
"Memastikan kejadian serupa tidak terulang, dengan menjadikan kampus sebagai zona aman dan bebas kekerasan. Harus juga membuka ruang dialog damai antara mahasiswa, kampus, dan pemerintah sebagai jalan keluar atas dinamika yang terjadi," katanya.
IKA FEB Unpas berdiri teguh dalam solidaritas bersama civitas academica Unpas. Dia berahap insiden ini menjadi momentum memperkuat komitmen semua terhadap nilai kemanusiaan, keadilan, dan kebebasan akademik.
1. Polisi hanya jalankan tugas

Sementara itu, Kabid Humas Polda Jabar Hendra Rochmawan menuturkan, aparat kepolisian bersama TNI di Kota Bandung menggelar patroli skala besar menyusul kerusuhan dalam aksi unjuk rasa beberapa hari terakhir. Patroli gabungan tersebut dilakukan untuk menjamin rasa aman dan nyaman bagi warga.
“Patroli skala besar ini jangan disalahartikan. Tujuannya justru untuk menghadirkan keamanan dan ketenangan di tengah masyarakat,” kata Hendra.
Menurutnya, penguatan patroli juga merupakan respons atas permintaan masyarakat yang merasa resah akibat maraknya aksi unjuk rasa anarkis. “Bukan aparat yang membuat cemas. Justru warga sendiri yang meminta adanya patroli, karena banyak aksi massa berakhir ricuh sampai dini hari,” katanya.
Hendra menambahkan, kegiatan ini juga merupakan instruksi pimpinan agar TNI-Polri tetap solid dalam menjaga stabilitas.
“Ini arahan langsung dari Presiden, Menhan, Kapolri, dan Panglima. Kehadiran kami jangan ditafsirkan terbalik, kami ada untuk melindungi masyarakat. Buktinya banyak warga yang memberi makanan dan minuman kepada petugas di lapangan. Jadi jelas masyarakat mendukung kegiatan ini,” ujarnya.
2. Diduga ada penyusup dalam aksi tersebut

Sebelumnya, Rektor Universitas Islam Bandung, angkat bicara soal kericuhan yang terjadi di Jalan Tamansari, pada Senin (1/9/2025) malam. Menurut keterangan rektorat, massa mahasiswa yang ikut aksi unjuk rasa sebenarnya telah membubarkan diri pada pukul 17.00 WIB.
“Demo (di Gedung DPRD Jabar) itu sudah berakhir pada jam 17.00 WIB. (Massa) Para pendemo itu sudah balik ke tempatnya masing-masing,” ungkap Rektor Unisba, Harits Nu’man, saat memberikan keterangan pers pada Selasa (2/9/2025) di Kampus Unisba.
Namun, usai bubarnya massa, Harist menyebut ada segerombolan massa yang tetap bertahan. Hal itu diduga menjadi pemicu kericuhan yang sempat pecah di DPRD Jabar, di mana sebagian massa pun berlarian ke beberapa titik.
Sepengetahuan Harist ada yang berlalrian ke Jalan Trunojoyo, Sulanjana, Taman Radio. Bahkan Harist menyebut ada gerombolan massa yang melakukan pemblokiran jalan Taman Radio, Purnawarman. Simpang Harian Banga, kemudian Jalan Tamansari.
”Nah di luar dugaan massa yang lainnya itu bergerombol dari satu titik ke titik yang lainnya. Gerombolan itulah yang menjadi pemicu di Medsos yang disebutkan aparat polisi menyerang kampus Unisba,” katanya,
“Dengan begitu informasinya berkembang menjadi liar. Nah massa itulah yang di-sweeping oleh aparat kepolisian. Karena ini kan bukan area kampus kami, ini adalah area publik ya. Namanya juga jalan Tamansari, bukan jalan Unisba,” tuturnya.
3. BEM Unisba geram dengan aksi aparat

Dihubungi terpisah, Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unisba Kamal Rahmatullah menjelaskan mengenai kronologi penembakan gas air mata di kampus Unisba. Kamal menyesalkan adanya kejadian tersebut, sebab penembakan tersebut seharusnya tidak dilakukan di wilayah kampus karena tidak sesuai dengan undang-undang.
Dia menuturkan, dari sejumlah kesaksian rekan-rekannya kejadian penembakan gas air mata bermula ketika massa yang telah melakukan aksi beristirahat di beberapa titik di luar kampus Unisba sekitar pukul 17.00 WIB. Namun, jelang pergantian hari ada polisi yang kemudian berjalan ke arah kampus Unisba dari arah Dago maupun Taman Radio.
"Otomatis massa aksi yang dari atas itu berlarian ke dalam, akhirnya sudah masuk di dalam, ada yang juga menembakkan," kata Kamal, Selasa (2/9/2025).
Terkait dengan adanya penutupan jalan, Kamal menyebut bahwa hal itu memang dilakukan karena kampus Unpas dan Unisba selama ini digunakan sebagai titik pengobatan tim medis untuk demonstran yang mengalami luka. Atas alasan itu, akses jalan harus bersih dari aktivitas kendaraan lainnya.
Di sisi lain, dia tak memungkiri bahwa ada informasi lemparan bom molotov ke arah aparat kepolisian yang sedang melintas. Namun, untuk detail apakah mahasiswa yang melempar atau bukan, hal tersebut belum bisa dipastikan.
"Kalau misalnya sepengelihatan memang ada, cuma itu di luar dari kampus Unisba," kata dia.
Menurutnya, aksi aparat malam itu memang tidak masuk ke dalam kampus Unisba. Meski demikian, gas air mata yang ditembakkan ada yang mengarah dan membuat sejumlah massa sesak napas.
Di sisi lain Kamal memastikan bahwa banyak dari mereka yang kemudian dipukul mundur dan masuk ke kampus Unisba adalah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.