Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Di Tenda Darurat, Harapan Keluarga Tambang Gunung Kuda Belum Padam

Di Tenda Darurat, Harapan Keluarga Tambang Gunung Kuda Belum Padam (IDN Times/Hakim Baihaqi)
Di Tenda Darurat, Harapan Keluarga Tambang Gunung Kuda Belum Padam (IDN Times/Hakim Baihaqi)
Intinya sih...
  • Keluarga korban longsor di tambang Gunung Kuda, Cirebon, bertahan di tenda darurat dan menanti kabar dari regu penyelamat.
  • Proses pencarian terhambat risiko longsor susulan karena kondisi tanah semakin labil, sehingga tim SAR terpaksa menghentikan sementara proses evakuasi.
  • Keluarga korban meminta perpanjangan pencarian karena belum ada tanda-tanda keberadaan korban, dan sampai hari ketujuh pascatragedi sudah ditemukan 21 jenazah dari balik reruntuhan material tambang.

Cirebon, IDN Times - Keluarga korban longsor di tambang rakyat Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon, masih bertahan di sekitar lokasi kejadian. Mereka berharap proses pencarian para penambang yang hilang bisa dilanjutkan.

Sejak tragedi longsor menerjang jalur tambang rakyat pada Jumat siang (30/5/2025), puluhan keluarga korban terus berjaga di sekitar area pencarian.

1. Bertahan di tengah ketidakpastian

Di Tenda Darurat, Harapan Keluarga Tambang Gunung Kuda Belum Padam (IDN Times/Hakim Baihaqi)
Di Tenda Darurat, Harapan Keluarga Tambang Gunung Kuda Belum Padam (IDN Times/Hakim Baihaqi)

Di bawah tenda darurat dan cuaca yang tak menentu, mereka menanti kabar dari regu penyelamat. Beberapa dari mereka telah menetap di lokasi selama hampir sepekan, berharap sanak keluarga yang tertimbun bisa ditemukan hidup ataupun dalam kondisi tak bernyawa.

“Sudah hampir seminggu, tapi suami saya belum ditemukan,” ujar Euis, istri dari Dedi Setiadi (47 tahun), salah satu dari empat penambang yang masih dinyatakan hilang.

Dedi, yang sudah bekerja di lokasi tersebut selama 17 tahun, diyakini tertimbun di dalam reruntuhan tambang. Dengan mata berkaca-kaca, Euis hanya berharap satu hal, yaitu jenazah suaminya bisa ditemukan agar dapat dimakamkan secara layak.

“Saya cuma ingin memeluk suami saya untuk terakhir kali. Kalau memang sudah tidak selamat, tolong izinkan kami menguburnya dengan hormat,” ungkapnya lirih.

2. Proses pencarian terhambat risiko longsor susulan

Proses evakuasi korban longsor tambang galian C Gunung Kuda Cirebon. (Dokumentasi BNPB)
Proses evakuasi korban longsor tambang galian C Gunung Kuda Cirebon. (Dokumentasi BNPB)

Tim SAR gabungan yang sejak awal dikerahkan ke lokasi kini menghadapi dilema besar. Kepala Kantor SAR Cirebon, Ade Dian Permana, menjelaskan bahwa kondisi tanah di sekitar area longsor semakin labil.

Berdasarkan evaluasi terakhir, telah terdeteksi pergerakan tanah melebihi batas aman yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM.

“Batas normal pergerakan tanah adalah 3 sentimeter per 30 menit. Tapi hari ini, tercatat ada pergeseran 4 sentimeter, dan itu hanya berjarak empat meter dari dinding tebing batu,” jelas Ade pada Rabu (4/6/2025).

Atas dasar temuan itu, tim SAR terpaksa menghentikan sementara proses evakuasi demi keselamatan personel di lapangan. Ade menegaskan bahwa keselamatan tim menjadi prioritas utama.

Keputusan penghentian ini merujuk pada UU Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan, yang memperbolehkan penghentian operasi apabila situasi mengancam keselamatan.

3. Permohonan Perpanjangan Pencarian

Di Tenda Darurat, Harapan Keluarga Tambang Gunung Kuda Belum Padam (IDN Times/Hakim Baihaqi)
Di Tenda Darurat, Harapan Keluarga Tambang Gunung Kuda Belum Padam (IDN Times/Hakim Baihaqi)

Meskipun pencarian dijadwalkan berakhir pada Kamis (7/6/2025) atau tujuh hari sejak insiden, keluarga korban meminta waktu pencarian diperpanjang. Mereka mengajukan harapan agar pemerintah dan SAR mempertimbangkan kembali penghentian operasi, terlebih karena belum ada tanda-tanda keberadaan korban.

Sampai hari ketujuh, belum tercium bau khas dari jasad manusia di lokasi, yang menandakan posisi korban kemungkinan besar masih tertimbun material longsoran setebal 5 hingga 10 meter. Hal ini menambah kesulitan bagi tim SAR untuk mendeteksi posisi pasti para penambang yang hilang.

Adapun empat korban yang masih dalam pencarian adalah Muniah (45), warga Desa Cikeduk; Heri Santono alias Tono bin Sardiman (60), dari Desa Cipanas; Dedi Setiadi (47), asal Desa Cikalahang; dan Nurhakiman (51), warga Desa Girinata. Semuanya merupakan pekerja tambang yang berada di dalam lokasi saat longsor terjadi.

Sampai dengan hari ketujuh pascatragedi, total 21 jenazah telah ditemukan dari balik reruntuhan material tambang. Di antaranya adalah Andri (41), Sukadi (48), Sunari (47), serta anak kecil bernama Sukendra (7). Mereka berasal dari berbagai daerah, tak hanya Kabupaten Cirebon, tapi juga dari Bandung, Kuningan, Indramayu, hingga Majalengka.

Nama-nama lain yang juga telah ditemukan antara lain: Dendi Hirnawan (40), Sarwah (36), Rusyaya (48), Rion Firmansyah (18), Rino Ahmad (28), Ikad Budiasro (47), Tini (46), Wastoni Hamzah (25), Warasih (45), Suparta (42), Surani Darya (47), Satria bin Jumiar (44), Sundari (30), Nalo Sanjaya (53), Wahyu Galih (26), Sudiono (51), dan Puji Siswanto (50).

Share
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us