Dana Transfer Pusat Berkurang Rp2,458 triliun, Pemprov Jabar Menghemat

- Pemprov Jabar mengalami pengurangan dana transfer pusat sebesar Rp2,458 triliun untuk APBD murni 2026.
- Pengurangan terjadi pada dana bagi hasil pajak Pusat, DAU, DAK fisik dan non fisik, serta rencana APBD Jabar 2026.
- Pemprov Jabar akan melakukan efisiensi belanja pegawai, hibah ke instansi, bantuan keuangan ke kabupaten kota, dan belanja barang dan jasa.
Bandung, IDN Times - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat segera mendapatkan kucuran uang dari dana transfer pusat untuk APBD murni 2026. Namun, jumlahnya kini mengalami penurunan dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya.
Dengan begitu, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi mengatakan, pada anggaran APBD murni 2026 mendatang pemerintah akan melakukan efisiensi seiring pengurangan dana transfer pusat yang cukup tajam. Ia menyampaikan, dana transfer pusat ke daerah khususnya ke Jabar mengalami pengurangan yang signifikan pada 2026 mendatang.
"Dana transfer pusat ke Jabar pada 2026 penurunannya mencapai Rp2,458 triliun," katanya, dikutip Sabtu (27/9/2025).
1. Jabar kehilangan Rp1,2 triliun

Menurutnya angka penurunan ini berasal dari dana bagi hasil pajak Pusat yang semula Rp2,2 triliun turun menjadi Rp843 miliar. Jabar kehilangan Rp1,2 triliun dari pengurangan tersebut. Kemudian dana alokasi umum (DAU) dari proyeksi Rp4 triliun menjadi Rp3,3 triliun.
Pusat juga menghapus dana alokasi khusus (DAK) fisik yang biasanya diarahkan untuk pembangunan jalan, irigasi, hingga ruang kelas sebesar Rp276 miliar.
"Dana untuk bangun jalan, irigasi, bangun puskesmas Tahun 2026 tidak ada, tidak ada harapan," tuturnya.
Pengurangan juga terjadi pada DAK non-fisik yang dialokasikan untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp4,8 triliun berkurang menjadi Rp4,7 triliun. Idealnya dana BOS naik, karena jumlah siswa SMA/SMK di Jabar mengalami kenaikan.
2. Pembangunan infrastruktur jangan sampai berkurang

Penurunan ini berimbas pada rencana APBD Jabar 2026 yang awalnya diproyeksikan berada di angka Rp31,1 triliun menjadi Rp28,6 triliun. Kehilangan Rp2 triliun lebih ini menurutnya harus dicarikan jalan keluar karena Pemprov Jabar tidak mau memangkas keberpihakan anggaran pada pembangunan layanan dasar warga Jabar.
"Saya sebagai gubernur pembangunan infrastruktur, pembangunan sarana prasarana pendidikan, pembangunan sarana layanan kesehatan tidak boleh berkurang. Pembangunan irigasi, tidak boleh berkurang," tuturnya.
Setelah membedah struktur APBD 2026 bersama jajarannya, Pemprov Jabar mendapatkan sejumlah pos yang bisa dilakukan efisiensi guna menambal kekurangan Rp2 triliun. Pertama dari hitungan Bappeda Jabar, belanja pegawai akan berkurang sebesar Rp768 miliar dari angka total Rp9,9 triliun.
3. BPMU akan diarahkan ke beasiswa langsung

Meski dinilai masih kurang, penurunan belanja pegawai ini membuat Pemprov Jabar pada 2026 akan menunda pengangkatan CPNS baru. Dedi menilai pengangkatan harus tertunda mengingat PNS yang ada saat ini pun akan tidak banyak bekerja--dampak dari pengurangan anggaran.
"Kenapa bakal nganggur? Karena kan pekerjaannya enggak ada. Jadi nanti banyak PNS, ASN yang tidak ada pekerjaan kalau saya tidak membuat kegiatan pembangunan. Jadi enggak ada artinya," tuturnya.
Kedua, Pemprov Jabar akan mengurangi belanja hibah ke instansi, organisasi masyarakat hingga hibah mandatori. Pengurangan belanja hibah saat ini di APBD Perubahan turun dari Rp3,03 triliun menjadi Rp2,3 triliun. Angka ini masih besar karena ada beban Bantuan Pendidikan Menengah Universal (BPMU) ke sekolah swasta.
"BPMU kami akan arahkan ke beasiswa langsung saja, kami tolong langsung orang yang tidak punya kemampuan untuk sekolah baik negeri maupun swasta," tuturnya.
Pemprov Jabar juga akan mengurangi bantuan keuangan ke kabupaten kota yang semula dianggarkan Rp2 triliun menjadi Rp1,2 triliun atau terkoreksi Rp774 miliar. Kemudian belanja barang dan jasa untuk makan minum, alat tulis kantor, hingga perjalanan dinas kembali diturunkan yang semula Rp7,6 triliun menjadi Rp6,9 triliun.