TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Launching Visi Misi KIB, Relawan: Saatnya Airlangga Memimpin Bangsa

Ketua DPD Golkar Jabar sampaikan visi misi KIB di Surabaya

IDN Times/Istimewa

Bandung, IDN Times - Ketua Koordinator Nasional Sahabat Airlangga, Deden Nasihin, mengatakan, saatnya Indonesia kedepan dipimpin oleh mereka yang tidak hanya mengandalkan popularitas semata. Pemimpin bangsa kedepan adalah mereka yang telah terbukti memiliki kemampuan dalam bekerja termasuk mengurai permasalahan bangsa dengan segala macam tantangannya.

“Setelah kita melihat pemaparan dan pertimbangan dari berbagai kalangan selama ini, kita semakin yakin kalau Menko Perekonomian Airlangga Hartarto adalah salah satu tokoh yang tepat menjadi Presiden RI mendatang,” kata Deden Nasihin atau yang biasa disapa Kang Denas disela-sela acara Launching Visi Misi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) di Hotel Shangrila, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (14/8/2022).

Politik keterkenalan atau popularitas, kata Kang Deden, harus sebanding dengan kemampuan menyelesaikan persoalan rakyat. Selama ini survei-survei politik hanya memakai pendekatan kuantitatif yang hanya menangkap fenomena di permukaan. Hal itu menyebabkan pendekatan yang dilakukan menjadi tidak mendalam dan tidak dapat menjangkau secara semestinya.

"Pendekatan kuantitatif selama ini dipakai untuk mencari pemimpin yang hanya populer tapi minim kerja. Kepemimpinan yang didapat hanya dengan bermodalkan pencitraan akan membuahkan kepemimpinan tanpa arah dan cenderung manipulatif, “ kata Kang Denas.

1. KIB siap menerima masukan dan kritikan dari masyarakat

IDN Times/Istimewa

Terkait dengan kemunculan KIB dengan segala visi misi yang telah disampaikan secara resmi oleh ketua umum masing-masing partai yang tergabung dalam KIB, Relawan Sahabat Airlangga memberi catatan apresiasinya.

Kata Kang Denas, KIB sebagai koalisi terbuka telah memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menilai, memberi masukan termasuk kritikan.

“Arah yang diciptakan KIB bagi relawan bisa disebut sebagai tradisi baru dalam pemilihan pemimpin Indonesia. Biasanya kan rakyat kurang diberi pilihan palagi masukan untuk calon pemimpinnya, karena tradisinya biasanya selalu dibuat pada menit akhir atau ‘last minute’ pendaftaran kontestasi,” sambung Kang Denas.

Berbeda dengan KIB, kata Kang Denas, dengan waktu kurang lebih 1,5 taun kedepan rakyat Indonesia telah diberikan keleluasaan untuk memberikan masukan dan kritikan kepada calon pemimpinnya. “Sehingga rakyat menjadi terang benderang sejak awal, tidak membeli kucing dalam karung,” terangnya.

2. Melibatkan masyarakat dalam demokrasi

Ilustrasi bendera partai politik (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Pendapat serupa dipertegas oleh oleh akademisi dari Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdul Salam saat memeberikan tanggapan terkait visi dan misi KIB saat launching disampaikan.

Menurut dia KIB telah memberi ruang dan waktu lebih panjang kepada masyarakat untuk terlibat dalam demokrasi yang sesungguhnya termasuk dalam memberikan kritikan.

“Politik ‘last minute’ yang selama ini digunakan para elit dijawab oleh KIB dengan sangat baik. Ini tradisi baru bagi demokrasi kita, dimana masyarakat sejak awal diberi kesempatan memberikan catatan juga kritik dan evaluasi terhadap calon pemimpinanya,” katanya.

“Jangan lelah untuk membersamai bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia mencapai harapan-harapannya. Tekad melayani untuk seluruh tumpah darah Indonesia adalah tanggungjawab kita semua,” terangnya.

Prof. Dr. Airlangga Pribadi, dari Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, dalam kesempatan yang sama, mengatakan, kehadiran KIB merupakan sebuah perjuangan politik yang sangat fundamental. Prosesi politik elektoral selama ini telah menghilangkan kekuatan ide dan gagasan.

“Dalam politik elektoral popularitas menjadi yang utama, namun dalam kenyataannya telah melahirkan munculnya politik polarisasi identitas yang sangat memprihatinkan. Kita sambut kehadiran KIB yang mengagendakan gagasan dan ide dalam politik menjadi lebih utama,” katanya.

Pencitraan politik yang dibangun para politisi selama ini, kata dia, adalah sihir politik. Hanya memperdaya dan memecah belah. Juga eksklusif.

“Kita perlu tongkat nabi Musa dalam politik kita kedepan. Yaitu dalam bentuk ide dan gagasan rasional. Momen penyampaian visi dan misi oleh KIB sebagai momen yang sangat bagus dan perlu disambut,” katanya.

Melalui KIB kita menemukan kembali jalur politik kita. Dimana Republik Indonesia ini dibangun oleh akal budi dan intelektualitas dan hikmah kebijaksanaan serta kerja keras. Bukan oleh pencitraan.

“Berbicara koalisi, kita tidak hanya memilih yg berkonstituen besar. Menjelang pemilu 2024 kita mengajak pemimpin yang ingin menjadi Presiden diuji oleh rakyat. Mendorong pemimpin yang layak merupakan matahari kesadaran bagi bangsa Indonesia. Menjadi kiblat bagi politik yang rasional dalam naungan pohon kebijaksanaan yang berkeadilan dan berwawasan kedepan,” sambungnya.

Berita Terkini Lainnya