TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jatayu Ingatkan Pemerintah untuk Lindungi Satwa Elang Jawa 

Kritisi lingkungan melalui Helaran budaya di Cianjur

IDN Times/Istimewa

Cianjur, IDN Times - Ribuan warga Cianjur Jawa Barat, tumpah ruah memenuhi jalanan yang menjadi jalur Helaran Budaya, Sabtu(20/8/2022). Salah satu yang menjadi pusat perhatian masyarakat adalah kemunculan Jatayu yang dipragakan seorang seniman asal yang juga koreografer Wina Rezky Agustina.

Bupati Cianjur, H. Herman Suherman, dalam sambutannya mengatakan Helaran Budaya Cianjur merupakan kegiatan pawai yang melibatkan masyarakat pertama kali pasca pandemik COVID-19.

“Alhamdulillah kita bisa kembali menyelenggarakan kegiatan helaran yang dinantikan seluruh warga Cianjur. Ini menjadi bukti kalau Covid-19 di Cianjur sudah aman dan terkendali,” kata Bupati.

1. Penampilan Jatayu kembalikan ingatan kebudayaan

IDN Times/Istimewa

Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Cianjur, Yusup Gigan, memberikan apresiasi tampilnya Jatayu dalam Helaran Budaya Cianjur tahun ini.

“Penampilan Jatayu berhasil membawa ingatan kita kepada nilai-nilai yang menjadi kekayaan khasanah kebudayaan kita,” kata Yusup.

Menurut Yusup, kehadiran Jatayu juga mempresentasikan kreativitas pelaku seni dengan kemungkinan-kemungkinan baru dalam kekaryaan. “Jatayu yang dibawakan Wina memang luar biasa,” sambungnya.

2. Jatayu simbol keprihatinan terhadap satwa Elang Jawa

IDN Times/Istimewa

Sebelumnya Direktur Program Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia, Dika Dzikriawan, helaran ini milik warga Cianjur yang memang seharusnya pemerintah hadir di dalamnya.

“Kita tentu berterimakasih kepada Pemkab Cianjur yang kembali mendukung pesta rakyat ini setelah pandemik COVID-19 mereda,” kata Dika yang juga Tenaga Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Cianjur itu, Kamis (18/8/2022).

Disebutkan Dika selain kehadiran Kuda Kosong, dalam helaran kali ini. tampil ‘Jatayu’. Sebuah konsep tari jalanan dengan menggunakan egrang setinggi 1 meter tanpa pegangan oleh Wina Rezky Agustina.

“Jatayu sejatinya adalah simbol keprihatinan kami terhadap salah satu satwa endemik penghuni hutan-hutan Cianjur, yakni Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi),” papar Dika.

Padahal, kata dia, Elang Jawa sering dikenal sebagai perwujudan Burung Garuda dalam dunia nyata. Pemilik kekuasaan udara di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang kini terancam punah.

Berita Terkini Lainnya