TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ketika Lahan Bekas Tambang Pasir Disulap Jadi Desa Wisata

Desa Cibuntu, dulu desa tertinggal kini destinasi nasional

Awam Hamari, Kepala Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Kuningan, IDN Times – Sebelum dikenal menjadi Desa Wisata, Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, bisa dibilang sebagai desa tertinggal. Lokasinya berada di kawasan kaki Gunung Ciremai, di mana dulunya ramai dengan aktivitas penambang pasir.

Ketika itu, hilir mudik iring-iringan truk tak pernah sepi menuju kawasan tambang. Banyak warga resah, khususnya warga petani dan peternak Desa Cibuntu.

Warga tak punya pilihan, saat melihat kegiatan orang mengeksploitasi sumber daya alam yang tak tahu dari mana berasal. Ada pula sebagian warga yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas penambangan pasir ilegal tersebut.

Namun kini semua itu berubah. Desa Cibuntu menjelma sebagai desa wisata yang meraih banyak penghargaan di level nasional dan internasional.

Kepala Desa Cibuntu Awam Hamara mengakui, kondisi Desa Cibuntu sekarang sudah berubah drastis dari sebelum tahun 2000. Kondisi desa saat itu sulit dilalui kendaraan menuju pemukiman warga. Akses jalan yang licin dan terpencil, membuat Desa Cibuntu tak begitu dikenal oleh desa lain.

“Dulu, ketika orang mendengar kata Cibuntu, yang tahu cuma tambang pasir. Jumlah penduduk warga sini terbilang sedikit. Kebanyakan petani dan peternak kambing,” ujarnya saat ditemui IDN Times di Balai Desa Cibuntu, Jumat (12/11/2021).

1. Aktivitas tambang pasir ilegal sumber masalah desa

Eks galian tambang pasir seluas 2 hektare di Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan berubah menjadi kawasan wisata. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Awam (72 tahun) adalah pensiunan pegawai swasta nasional yang bergerak di bidang logistik pelayaran. Melihat kondisi desa yang jauh dari kata kemajuan, diperparah dengan adanya praktik eksploitasi alam besar-besaran, hatinya tersentuh untuk menghabiskan masa tuanya pada tanah kelahiran.

Pada tahun 2003, desa sedang mengalami masa kekosongan kepemimpinan. Kepercayaan dari masyarakat datang untuk memintanya menjabat sebagai kuwu (kades).

Baginya, kepercayaan adalah amanah, sehinggga aspirasi warga tidak boleh diabaikan. Karena itulah perlahan demi perlahan memperbaiki lingkungan Desa Cibuntu.

Awam menjelaskan, sebelum dilantik sebagai kepala desa, dia sudah meminta kepada perangkat kecamatan dan pemerintah kabupaten dan berkerja sama dengan pihak kepolisian untuk menghentikan aktivitas galian C.

Kegiatan penambangan pasir ilegal itulah yang diyakini Awam sebagai penyebab Desa Cibuntu tertinggal. Kondisi alam desa yang dulu hijau menjadi gersang.

“Sebelum saya dilantik (menjadi kepala desa), saya meminta galian C ditutup. Karena selain merusak ekosistem lingkungan, kegiatan tambang pasir ilegal juga merusak ekosistem sosial. Kebanyakan kuli proyek tambang, suka minum-minum dan bermental preman,” ujarnya.

2. Perlahan memperbaiki kondisi desa

Eks galian tambang pasir seluas 2 hektare di Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan berubah menjadi kawasan wisata. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Beberapa bulan kemudian, aktivitas penambangan pasir Desa Cibuntu resmi ditutup. Awam bersama warga sedikit demi sedikit membenahi masalah desa. Dari mulai akses jalan, relokasi kandang-kandang domba milik warga, hingga membenahi peninggalan kawasan tambang pasir yang gersang.

Dia menyadari, tak mudah mengubah kondisi desa saat itu. Fasilitas publik yang belum memadai, ekosistem lingkungan yang rusak, hingga SDM masyarakat yang belum mumpuni.

Kendati demikian, Awam patut bersyukur. Dukungan dari warga untuk membangun desa tak pernah surut. Keterlibatan masyarakat membangun desa menjadi kunci keberhasilan Cibuntu menjadi desa wisata (village tourism).

Warga pun rela jika harus kehilangan sepetak tanah untuk akses mobil menuju pemukiman. Semua kandang kambing milik warga pun dipindahkan dan dipusatkan di areal tanah milik desa.

“Partisipasi masyarakat agar Cibuntu jadi desa wisata sangat kuat dan kompak. Tadinya hanya ingin sederhana saja, (minimal) jangan sampai jelek. Karena masing-masing rumah punya kandang kambing, maka bau pesing dan kotoran sangat menyengat. Kami upayakan agar dijadikan satu tempat, agar nyaman dan dari sisi lingkungan pun lebih sehat,” tutur Awam.

3. Menggali segala potensi yang dimiliki desa

Menikmati sensasi rileks terapi ikan di Camping Groundbreaking Desa Wisata Cibuntu. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Pada tahun 2010 Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti Jakarta berkerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kuningan tentang pengembangan Agroecotourism. Lewat kesempatan itu, keduanya menyepakati Desa Cibuntu sebagai pengembangan desa berbasis pemberdayaan masyarakat.

Pertengahan tahun 2011 mulai dilakukan pembinaan, sosialisasi, dan pelatihan yang mengarah pada pengembangan SDM kepariwisataan di Desa Cibuntu. Kesempatan itu disambut gembira Awam dan masyararakat setempat demi menggali segala potensi desa agar mampu mendulang sumber mata pencaharian warga.

Pada 17 Februari 2012, Desa Cibuntu dikenalkan sebagai desa wisata sekaligus mengukuhkan Kelompok Sadar Wisata dan kelompok sanggar seni yang sudah dibekali pelatihan.

Selang delapan bulan kemudian, pada 15 Desember 2012 dilaksanakan Desa Wisata Cibuntu dideklarasikan oleh Bapak Bupati Kuningan dan Ketua STP Trisakti Jakarta.

Tahun 2013, pendampingan dan pelatihan terus diberikan oleh kelompok studi maupun Dinas Pariwisata Kabupaten Kuningan. Seperti pelatihan masak, kuliner, pengelolaan homestay, tata cara memandu wisata, penyusunan paket wisata, pelatihan kesenian, loka karya kerajinan hingga pelatihan dasar-dasar ilmu kepariwisataan.

“Tidak hanya bagi kelompok pengelola wisata, tujuh nilai dalam Sapta Pesona pun harus dimiliki oleh warga setempat. Karena dalam Sapta Pesona ada nilai ramah dan kenangan. Artinya, masyarakat harus bisa memberikan kenangan yang baik kepada pengunjung yang datang ke Cibuntu,” tutur Awam.

4. Cara pandang warga mulai bergeser

Eks galian tambang pasir seluas 2 hektare di Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan berubah menjadi kawasan wisata. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Pria kelahiran 19 Maret 1950 itu kembali menuturkan, dari lahan eks galian pasir seluas 2 hektare tersebut, kini sudah kembali hijau dan asri. Cara pandang warga desa pun perlahan berubah.

Jika dulu anak muda harus melancong ke kota-kota besar karena beranggapan tinggal di desa tidak menguntungkan, kini mereka memilih untuk tinggal dan menetap di desa dengan cara memaksimalkan potensi desa untuk kebutuhan hidup.

Dengan menggeliatkan ekosistem perekonomian dari potensi desa wisata, Awam menginisiasi membentuk berbagai kelompok usaha. Misalnya, kelompok usaha homestay, peternakan, pertanian, kuliner, pusat ekonomi kreatif, kesenian, pemandu wisata dan kelompok usaha lainnya. P

engelolaan usaha dan pendapatannya pun terkoordinir oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Cibuntu.

“Tantangannya, dulu anak muda di sini maunya merantau ke kota demi mencari status pekerjaan, daripada tinggal di desa yang tidak menguntungkan. Sekarang sudah berubah, mereka sudah berpikir bahwa desa lebih menguntungkan dalam kebutuhan hidup,” terangnya.

5. Diganjar berbagai penghargaan

Menikmati sensasi rileks terapi ikan di Camping Groundbreaking Desa Wisata Cibuntu. (IDN Times/Wildan Ibnu)

Kesuksesan Awam “menyulap” tambang pasir menjadi desa wisata, membuat Cibuntu diganjar berbagai penghargaan bergengsi di level internasional dan internasional. Wajar saja, jika Awam dinobatkan menjadi Pahlawan Desa Wisata di hati warganya.

Berbagai penghargaan itu di antaranya Desa Wisata terbaik tingkat ASEAN untuk bidang homestay pada tahun 2016 dan menjadi juara kedua Desa Wisata Terbaik dalam penghargaan bergengsi Community Based Tourism (CBT) pada tahun 2017, oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia.

Kemudian, pada tahun 2019 mendapat penghargaan Indonesia Sustainable Torism Award (ISTA) di Singapura. Tak hanya itu, ada pula pengharagaan Anugerah Desa Wisata, kategori desa inspiratif mandiri, oleh Kemenparekraf pada tahun 2021.

Awam berdalih, modal utama yang harus dimiliki dalam membangun desa; kapablitas, keberanian, kepercayaan dan kejujuran.

Kekuatan itu mendorongnya agar tak pernah patah arang dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi. Berkat kegigihannya memimpin desa dari tahun 2003, dia mendapat penghargaan dari Bupati Kuningan, sebagagi Inspirator Desa Wisata pada tahun 2020.

Baca Juga: Anak Muda Desa Burai Ogan Ilir, Ubah Desa Kumuh jadi Desa Wisata

Baca Juga: 9 Desa Wisata di Lombok Dapat Bantuan dari Menteri Desa

Baca Juga: Hore! 1 Desa Pesawaran Masuk 100 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia

Berita Terkini Lainnya