144 Warga Korban Bencana Pergerakan Tanah di Sukabumi Diungsikan
Pemda akan membangun hunian sementara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sukabumi, IDN Times - Sebanyak 115 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 144 jiwa warga dari dua wilayah perkampungan di Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, akhirnya dievakuasi ke sejumlah tempat pengungsian, seperti kantor desa hingga tenda darurat yang telah didirikan BPBD setempat sejak Jumat pagi (26/4).
Mereka merupakan korban bencana pergerakan tanah yang telah melanda sejak sepekan terakhir. Fenomena alam ini memicu terjadinya retakan pada permukaan tanah. Karena bencana terjadi berulang kali, retakan tersebut akhirnya menggurita hingga ke pemukiman warga yang berada di Kampung Urugan dan Kampung Gunungbatu.
Berdasarkan hasil pendataan aparat desa setempat menunjukan, sedikitnya 65 rumah warga mengalami kerusakan, terutama pada bagian lantai serta dinding rumah yang nyaris nampak seperti terbelah. Rinciannya sebanyak 40 rumah tersebar di Kampung Urugan dan 25 rumah lagi terlatak di Kampung Gunungbatu.
"Bukan hanya rumah warga saja, bencana pergerakan tanah ini telah merusak lahan persawahan serta membelah permukaan aspal pada infrastruktur jalan di lintasan utama Sukabumi-Sagaranten," ungkap Kepala Desa Kertaangsana, Agus Sudrajat.
1. Terpaksa diungsikan untuk menghindari terjadinya bencana susulan
Meski telah diterjang bencana pergerakan tanah sejak akhir pekan silam, namun warga masih tetap menghuni tempat tinggalnya masing-masing. Padahal kondisi bangunan rumah mereka sudah tidak layak huni, bahkan rawan ambruk jika kembali terjadi bencana susulan.
Namun pada Jumat pagi, sertusan korban bencana tersebut akhirnya diungsikan ke tenda darurat serta kantor desa setempat. "Untuk sementara ini warga menampati tempat pengungsian agar aman dari bencana susulan," ungkap Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sukabumi, Iyos Soemantri saat melakukan peninjauan langsung situasi terbaru di lokasi bencana, Jumat pagi.