Jabar Masih Lebih Butuh Investasi Padat Karya ketimbang Padat Modal 

Angka pengangguran di Jabar masih terbilang besar

Bandung, IDN Times - Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) menargetkan investasi di angka Rp188 triliun pada 2023. Hingga semester pertama, nilai investasi yang masuk berada di angka Rp103,6 triliun atau 55 persen.

Akademisi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (Unpad) Bayu Kharisma mengatakan, penyertaan modal asing (PMA) di Jabar masih lebih tinggi dari penyertaan modal dalam negeri (PMDN). Pada kuartal I 2023 misalnya, realisasi investasi PMA Jawa Barat adalah sebesar Rp28,12 triliun atau 56,23 persen dan PMDN sebesar Rp21,89 triliun atau 43,77 persen dari total investasi.

Bayu menilai presentase ini tidak akan berubah banyak di mana PMA pasti akan lebih banyak dari PMDN. Namun, satu hal yang harus dingat oleh Pemprov Jabar adalah sektor apa yang diminati investor, di mana penyertaan modal tersebut harus selaras dengan penyerapan tenaga kerja.

"Saya menilai bahwa di Jabar masih harus mengutamakam modal untuk padat karya yang bisa menyerap lebih banyak pekerja. Jangan sampai banyak investasi tapi serapan tenaga kerja sedikit," kata Bayu dalam diskusi 'Road to West Java Invesment Summit', Rabu (2/8/2023).

1. Angka penggangguran di Jabar masih tinggi

Jabar Masih Lebih Butuh Investasi Padat Karya ketimbang Padat Modal Ilustrasi pegawai sebuah pabrik di Kabupaten Bandung hendak pulang kerja. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jabar, angka pengaguran terbuka mencapai angka 7,89 persen. Angka pengaguran di Jabar ini hanya berbeda tipis dengan Banten yakni 7,97 persen.

Meski demikian, angka pengangguran terbuka Jawa Barat mengalami penurunan. Data year on year (yoy/tahunan) bulan Februari tahun 2022, angka pengangguran Jabar menyentuh 8,35 persen.

Bayu mengatakan, saat ini industri di Jabar memang masih harus memikirkan besaran upah yang harus dibayarkan kepada setiap pekerja karena lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. Meski demikian, SDM dari Jabar diklaim lebih baik dari daerah lainnya, sehingga masih bisa bersaing dari segi produktivitas.

"Karena angka kebutuhan serapan kerja masih tinggi. Jadi untuk padat karya juga masih banyak mau masuk ke Jabar," kata dia.

Beberapa sektor yang sekarang masih menjadi andalan seperti tranpsortasi, pergudangan, hingga komunikasi.

2. Jumlah pengusaha lokal harus naik agar serapan tenaga kerja meningkat

Jabar Masih Lebih Butuh Investasi Padat Karya ketimbang Padat Modal IDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat Cucu Sutara mengungkapkan, tagline Jawa Barat juara investasi bagi para pengusaha belum menyentuh ke masyarakat. Hasil dari investasi yang digarap pemerintah, tak terasa atau berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

Menurutnya, harus ada langkah bersama antara pemerintah daerah dengan pelaku usaha dalam negeri sehingga investasi yang masuk baik PMA maupun PMDN bisa terasa secara menyeluruh. Cucu meminta agar pihaknya bisa digandeng dalam pembentukan kebijakan investasi.

“Jumlah pengusaha Indonesia masih di bawah dua persen, ini belum mempengaruhi daya saing. Dengan banyaknya pengusaha lokal maka banyak juga bisnis bisa tumbuh sehingga bisa menyerapan tenaga kerja," paparnya.

3. Keahlian SDM pengaruhi investasi di suatu daerah

Jabar Masih Lebih Butuh Investasi Padat Karya ketimbang Padat Modal Ilustrasi investasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Kepala Dinas Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jabar, Nining Yuliastiani mengatakan bahwa SDM di provinsi ini menjadi salah satu aspek yang menarik investasi dari pemodal. Tingginya investasi tersebut tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang memadai di Jabar sehingga para investor tetap memilih menanamkan modalnya di sini meski upah para pekerjanya sudah terbilang tinggi.

"SDM di Jabar ini dalam segi produktivitasnya tinggi. Jadi kalau dibandingkan dengan daerah lain yang upahnya lebih rendah, investor masih lebih banyak memilih berinvestasi di sini (Jabar)," kata Nining.

Dia menyebut, dalam beberapa tahun terakhir memang ada informasi mengenai ekspansi industri dari Jabar ke daerah lain seperti Jateng dan Jatim, khususnya yang padat karya. Namun, dari hasil komunikasikan DPMPTSP Jabar dengan dinas terkait di provinsi lain seperti Jateng, tidak lebih dari sembilan perusahaan yang pindah.

Pemda Jateng misalnya, menyebut bahwa ada perbedaan karakteristik pekerja di sejumlah daerah di sana dengan pekerja di Jabar. Meski upah yang ditawarkan di provinsi luar Jabar lebih rendah, tapi SDM Jabar memiliki kualitas dan produktivitas lebih baik.

Baca Juga: Catat! Bappenas Buka Loker Tenaga Ahli dan Asisten Tenaga Ahli 

Baca Juga: Sinergi Positif Pemprov Jabar dan Masyarakat Pangkas Pengangguran

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya