TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bandung Lebih Macet dari Jakarta, Polres: Ini Cambuk Buat Kami

Ada tiga faktor penyebab kemacetan Bandung.

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times – Asian Development Bank (ADB) baru saja mengeluarkan hasil studi tentang kemacetan di kota-kota negara berkembang se-Asia. Hasilnya, Kota Bandung menempati posisi ke-14, lebih tinggi dari Jakarta, yang kerap disebut kota macet, di mana menduduki posisi ke-17.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Satuan Lalu Lintas Polrestabes Bandung Komisaris Bayu Catur Prabowo mengatakan bahwa hasil studi ADB memotivasi polisi untuk bekerja lebih baik lagi. “Ini menjadi cambuk buat kami untuk memperbaiki lagi lalu lintas di Bandung,” kata Catur, ketika ditemui di Markas Polrestabes Bandung, Jalan Merdeka, Kota Bandung, Selasa (8/10).

Baca Juga: Pemkot Bandung Dinilai Gagal Atasi Persoalan Kemacetan Lalu Lintas

Baca Juga: Menikmati Kemacetan Kota Bandung yang Makin Semrawut

1. Bandung tidak mengalami penambahan infrastruktur jalan

IDN Times/Galih Persiana

Kalau dilihat dari dulu hingga sekarang, kata Catur, Kota Bandung menjadi daerah dengan pengembangan jalan raya yang minim. Bahkan, penambahan infrastruktur jalan raya bukan dilakukan dengan pemanjangan atau pelebaran, melainkan dengan menghadirkan jembatan layang.

“Hanya ada penambahan fly over Pasopati, Antapani, Gatot Subroto, dan Jalan Jakarta,” katanya. Dua jembatan layang yang disebut terakhir masih dalam proses pengerjaan.

Hal tersebut bertolak belakang dengan penambahan jumlah kendaraan di Bandung. Menurut data Direktorat Lalu Lintas Polda Jabar, Kota Bandung mengalami penambahan sekitar 9 ribu kendaraan, baik roda dua maupun empat, tiap tahunnya.

“Jalan di Bandung tidak pernah bertambah, sementara kendaraannya terus bertambah. Bisa dibayangkan, betapa perlunya upaya-upaya lain. Misalnya upaya transportasi umum untuk mengurai kemacetan,” ujar dia.

2. Transportasi umum tidak mampu layani masyarakat

IDN Times/Debbie Sutrisno

Sayangnya, transportasi umum di Kota Bandung pun masih jauh dari kata memuaskan. Jika dibandingkan Jakarta, kata Catur, Bandung tentu jauh ketinggalan. Ibu Kota memiliki Trans Jakarta (dengan jalur khusus), LRT, dan MRT yang jitu mengurangi kemacetan.

“Di Bandung juga ada Trans Metro Bandung (TMB), tapi kita semua bisa lihat (efektiviasnya) seperti apa. Bis sekolah sudah disiapkan pemerintah, tapi tetap banyak pelajar diam di pool. Terkadang untuk menggunakan sarana transportasi umum itu sudah ada, tapi masyarakatnya belum mencoba beralih,” ujar Catur.

3. Transportasi umum tidak praktis

IDN Times/Isidorus Rio

Namun, Catur juga memaklumi kecenderungan masyarakat yang memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang transportasi umum. Salah duanya ialah sistem transportasi yang tak menunjang juga kendaraan yang tak terawat.

Catur memberi contoh, TMB jalur Jalan Soekarno Hatta hanya melayani penumpang di sisi luar Kota Bandung. Ketika hendak menuju pusat kota, penumpang harus menunggani transportasi lain seperti angkutan kota (angkot) atau ojek online.

Persoalan itu membuat sistem transportasi umum di Bandung tidak praktis. “Jadi lebih baik naik motor karena dinilai lebih cepat dan irit,” ujarnya.

Tak hanya itu, problema lainnya ialah angkot yang kondisinya semakin butut. Peremajaan angkot di Bandung sulit dilakukan, karena kehadiran ojek online merenggut sebagian sumber penghasilan para sopir angkot.

Baca Juga: Survey: Warga Bandung Keluhkan Penyelesaian Kemacetan yang Lamban

Berita Terkini Lainnya