Temu Bisnis Produk Pesantren Jabar Bukukan Transaksi Rp21,02 Miliar
Pesantren harus mandiri agar bisa berdakwah secara maksimal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Sebanyak 500 pondok pesantren melakukan temu bisnis dan pameran secara virtual untuk memperkenalkan serta menjual produk yang dihasilkan. Hasilnya, produk pesantren ini mampu terjual dan membukukan transaksi Rp21,02 miliar.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Provinsi Jawa Barat, Kusmana Hartadji menuturkan,
Pada temu bisnis one product one pesantren (OPOP) mempertemukan antara pembeli, investor, dan mitra usaha pengusaha sukses untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan produk pondok pesantren (pontren) peserta pameran. Pameran virtual tersebut memperlihatkan berbagai produk seperti makanan, minuman, aksesoris, fesyen, craft, produk pertanian dan perkebunan, peternakan dan berbagai produk unggulan lainnya.
"Kami coba membantu pesantren tersebut untuk membuka pasar bagi produknya. Bahkan, kami akan membantu membukakan jejaring hingga link and match dengan pesantren lain yang memiliki produk berkaitan," ujar Kusmana dalam penutupan acara temu bisnis OPOP 2020 di Hotel Papadayan, Bandung, Selasa (8/12/2020).
1. Peningkatan kemandirian pesantren penting dalam pemerataan ekonomi
Kusmana menuturkan, lewat program OPOP setiap pesantren bukan hanya mengikuti audisi untuk dicari yang terbaik, tapi didorong mendapatkan peningkatan wawasan, pengetahuan, serta pendampingan usaha. Harapannya, pesantren yang mengikuti program ini akan menghasilkan produk-produk yang mampu memiliki nilai tinggi di pasar domestik maupun pasar internasional.
Melalui kegiatan ini diharap akan ada efek domino dari program OPOP di daerah yakni meratanya pengembangan ekonomi di daerah. Hasil survei pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebelum COVID-19 mencapai 6,9 persen atau melebihi pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun hasil survei Bank Indonesia angka tersebut hanya dinikmati oleh sekelompok golongan masyarakat tentu atau masyarakat kota. "Untuk itu perlunya program yang berdampak pada pemerataan ekonomi. Apalagi selama ini mayoritas pesantren itu ada di desa-desa," paparnya.