TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Potensi Pertanian Tembakau Masih Menggiurkan 

Impor tembakau harus ditekan

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Perkebunan tembakau di Indonesia hingga saat ini masih belum mencukupi kebutuhan industri khususnya untuk rokok. Hal ini membuat industri rokok dalam negeri masih membeli beberapa jenis tembakau dari luar negeri guna memenuhi kebutuhan produksi.

Ketua Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia, Budidoyo, menuturkan bahwa potensi perkebunan tembakau masih besar. Per tahunnya di Indonesia, perkebunan di seluruh daerah hanya mampu menyuplai 330 ribu ton tembakau. Sementara produksi sekarang masih 200 ribu ton.

"Jadi defisitnya itu masih 130 ribu ton. Maka untuk dipenuhi kita dengan impor," ujar Budidoyo di area perkebunan tembakau, Desa Mekarlaksana, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Selasa (12/8).

Dengan demikian, peluang untuk berkebun tembakau sebenarnya masih besar. Perkembangan industri rokok yang terus meningkat pun mampu mendongkrak permintaan perkebunan tembakau.

1. Impor tembakau sebenarnya bisa ditekan

IDN Times/Debbie Sutrisno

Budidoyo mengatakan, selama ini ada tiga jenis tembakau yang diimpor, yaitu jenis virgina, oriental, dan white barley. Cina menjadi negara paling banyak menjual pasokan tembakaunya ke Indonesia, dengan menawarkan harga murah meski kualitas rendah.

Jumlah impor ini sebenarnya bisa ditekan dengan membudidayakan tembakau jenis tersebut di Indonesia. Sejauh ini sudah ada petani yang memproduksi tembakau jenis virginia di Lombok dan Bojonegoro. Sedangkan tembakau jenis white barley mulai dibudidayakan di Lumajang.

"Kalau jenis-jenis ini dibudidayakan dan bisa dikembangkan di Indonesia, maka bisa menekan impor," paparnya.

2. Ekspor produk tembakau masih lebih tinggi dari impor

IDN Times/Debbie Sutrisno

Meski ada impor, lanjut Budidoyo, ekspor produk tembakau sejauh ini masih mendominasi dalam hitungan uang. Sebab, produk rokok dari dalam negeri banyak dijual ke luar. Di sisi lain, impor bahan baku tidak terbilang banyak dibandingkan dengan produksi perkebunan petani lokal.

"Untuk neraca perdagangan masih surplus kita karena yang dijual adalah olahan," ujarnya.

Berita Terkini Lainnya